Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Musim Dingin yang 'Hot'
14 Januari 2018 6:45 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Salman Prawirayuda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Layaknya garam pada sayuran, transfer window atau jendela transfer merupakan bumbu penting yang perlu dimasukkan ke dalam wajan persepak bolaan dunia. Bukan karena punya rasa yang asin, tapi adanya aturan jendela transfer ini memungkinkan suatu klub membeli atau menjual pemain guna menemukan komposisi yang pas.
ADVERTISEMENT
Sejak musim 2002-2003, jendela transfer selalu dilaksanakan dalam dua periode. Periode pertama adalah summer transfer window atau jendela transfer musim panas. Sedangkan periode kedua tak lain merupakan saudara tirinya, winter transfer window atau jendela transfer musim dingin. Di Google juga ada definisi ini.
Setiap periode jendela transfer memiliki durasi yang berbeda-beda menurut aturan yang telah ditetapkan oleh FIFA. Summer transfer window berlangsung selama 12 pekan dan biasanya dibuka menjelang awal musim baru tiba.
Berbeda dengan summer transfer window yang pelaksanaanya juga bertepatan dengan musim panas di Eropa, winter transfer window dilaksanakan bertepatan dengan musim dingin di Eropa selama empat pekan.
Saat ini, jendela transfer musim dingin telah memasuki hari ke-13 yang artinya hampir setengah dari jendela transfer periode kedua ini telah usai. Kalau kita mau melihat kembali masa lalu, dan mencoba untuk tidak baper, biasanya jendela transfer musim dingin cenderung beku dan adem ayem jika dibandingkan dengan jendela transfer musim panas.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, tidak sedikit di antara pembelian pada periode ini menjadi momen yang paling menentukan di posisi mana pada akhir musim klub ini akan berada.
Jendela transfer musim dingin kali ini diprediksi tidak akan kalah “hot” dibandingkan dengan saudara tirinya. Setelah tercipta saga transfer Virgil van Dijk ke Liverpool yang memecahkan rekor pembelian termahal seorang bek.
Lalu misteri transfer Phillipe Coutinho ke Barcelona pun akhirnya rampung. Proses transfer yang berepisode-episode memberikan rasa penasaran seperti sinetron Cinta Fitri. Menjadikan Coutinho sebagai pemain termahal kedua di dunia. Bikin mata penggemar bola makin melotot saja.
Namun, semua tahu ini belum berakhir. Selain karena waktunya yang memang belum genap dua minggu, diduga pula masih akan ada sejumlah nama besar yang akan berpindah klub untuk melengkapi drama awal tahun ini. Mengapa demikian?
ADVERTISEMENT
Dilema Menolak Pinangan atau Melupakan Gebetan
Sudah menjadi rahasia bersama bahwa kontrak merupakan salah satu variabel sakral yang turut menentukan keberadaan seorang pemain dalam suatu klub. Meski tidak selalu menjamin setiap pemain akan loyal dan menghabiskan waktunya sesuai dengan kontraknya, tetapi durasi kontrak yang tersisa sangatlah mempengaruhi nilai pasar sang pemain.
Semakin panjang sisa kontraknya, semakin tidak murah harga jualnya sehingga semakin kecil peluangnya untuk dilirik klub-klub lain. Hal yang rumit dalam masalah kontrak tentu adalah ketika ada pemain yang berada di ujung tenggat kontraknya.
Pemain seperti ini akan senantiasa dihadapkan dengan dua pilihan. Yakni menerima pinangan dan melupakan gebetan (memperpanjang kontrak) atau memilih gebetan dengan menolak pinangan (tidak memperpanjang kontrak). Dua pilihan inilah yang menjadi warna paling terang dalam gemerlap jendela transfer musim dingin.
ADVERTISEMENT
Musim dingin sendiri adalah saat di mana kompetisi telah berjalan setengah musim. Pada saat-saat seperti ini, para klub biasanya dipusingkan dengan ulah pemain bintangnya yang kontraknya kepepet kedaluwarsa tapi enggan memperpanjang masa berlakunya.
Apabila deal masih juga tidak terwujud, maka tak ada pilihan lain bagi klub selain menjual pemain tersebut secara cuma-cuma pada akhir musim untuk tetap mendapatkan servis di sisa kontraknya. Atau bisa juga menukar servis mereka dengan sejumlah uang yang didapat dari hasil penjualannya.
Beberapa klub dan pemain yang terancam dalam contract-zone ini antara lain Arsenal dengan Alexis Sanchez dan Mesut Ozilnya serta Mancherster United dengan yang Terhormat, “Lord Fella” a.k.a. Marouane Fellaini.
Riya' karena “Ngebet” Ingin Main di Rusia
ADVERTISEMENT
Enam bulan ke depan, panggung sepak bola akan mendadak menjadi panggung riya’ terbesar di dunia. Khususan bagi pemain-pemain yang negaranya akan menjadi peserta di piala dunia 2018 yang digelar di Rusia tertanggal 14 Juni 2018 mendatang.
Bermain di Piala Dunia di Rusia adalah bagian yang wajib tercantum dalam daftar life goals setiap pesepakbola “zaman now”. Konsistensi dan peningkatan performa bersama klub yang dibelanya menjadi harga yang wajib dibayar oleh setiap bakal calon pemain piala dunia, dengan catatan negaranya lolos ke ajang empat tahunan tersebut.
Namun, tentu persaingan antar pemain dalam klub akan menjadi semakin sengit dan berdarah-darah lantaran akan terjadi “saling sikut” meski tidak sampai adu mulut apalagi adu lutut untuk menunjukkan kehebatannya di atas lapangan.
ADVERTISEMENT
Dalam setiap persaingan tentu ada pihak yang unggul dan pihak yang tertindas. Mereka yang tertindas adalah mereka yang memiliki peluang kecil dalam mendapatkan kesempatan bermain sehingga akan semakin kecil peluangnya untuk bisa riya’ dan semakin kecil lagi kesempatannya untuk bermain di Piala Dunia. Good bye ya!
Pada kondisi seperti ini, sebagian besar pemain pun tak mau cuma melotot saja memandangi layar TV saat Piala Dunia di Rusia nanti tiba. Mereka mengambil langkah taktis untuk memperjuangkan tempatnya di Piala Dunia dengan merengek minta dipindah atau setidaknya dipinjamkan ke klub lain.
Sebut saja Daniel Sturridge, Oliver Giroud, Lucas Moura, hingga Julian Draxler merupakan beberapa makhluk ciptaan Tuhan yang berada dalam posisi tersebut.
ADVERTISEMENT
Menutup Aib, Menebus Dosa
Mereka yang saat ini dalam kondisi terpuruk bisa jadi adalah pihak yang paling diuntungkan dengan diadakannya kebijakan transfer musim dingin ini. Kebijakan tersebut memberi sedikit ruang bagi mereka yang “tercekik” untuk dapat bernapas sejenak dan mencari celah agar bisa sepenuhnya lepas dari cekikan tersebut, setidaknya hingga kompetisi usai.
Cederanya beberapa pemain penting, gagalnya para pemain baru dalam beradaptasi hingga mundurnya performa individu pemain menjadi dosa yang harus segera ditebus supaya slogan “Next Year Will Be Our Year” tidak menjadi slogan yang terkesan utopis belaka.
Aib ini harus segera ditutupi! Menambah amunisi di transfer musim dingin bisa menjadi salah satu opsi solusi konkrit yang patut dipertimbangkan. Mereka yang mencoba peruntungannya di jeda musim dingin ini salah satunya adalah Liverpool yang merekrut Van Dijk untuk menambal keroposnya lini pertahanan mereka.
ADVERTISEMENT