Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Jejak Maritim Indonesia pada Masa Kolonial
4 Oktober 2022 20:44 WIB
Tulisan dari Salsa Anggie Nur Afni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kepulauan Indonesia yang terletak antara Benua Asia dan Australia seringkali diumpamakan sebagai jembatan antara kedua benua tersebut. Laut di Indonesia diintegrasikan sebagai pemersatu antara pulau-pulau yang menaburi lautan nusantara. Pada abad ke-14 dan ke-15, Indonesia memiliki zona komersial di kawasan Asia Tenggara. Zona komersial tersebut tidak hanya satu laut utama akan tetapi tiga zona laut, yaitu Laut Banda, Laut Jawa dan Laut Flores. Hal ini mendukung kehidupan perairan Indonesia menjadi fundamental sejak zaman awal kerajaan hingga masa kolonial. Karena daerah Indonesia merupakan daerah kelautan yang membutuhkan laut sebagai penghubung untuk dapat mengakses barang dan jasa ke daerah lainnya. Sebab mayoritas kehidupan leluhur bergantung pada sektor maritim.
ADVERTISEMENT
Laut Jawa salah satu diantara tiga zona komersial tersebut memiliki fungsi yang menginterasikan segala aspek kehidupan masyarakat yang melingkupinya. Dalam hal ini dapat dipahami bahwa sejak awal abad masehi bangsa Indonesia sudah terlibat secara aktif di dalam pelayaran serta perdagangan internasional antara dunia barat (Eropa) dan dunia timur (Cina) yang melewati Selat Malaka. Dalam hal ini dapat dilihat jika bangsa Indonesia adalah subjek yang menentukan.
Pada masa VOC, Jawa dibagi menjadi enam wilayah administratif, yang diurut dari wialayah barat, meliputi: Banten; Batavia dan omelanden (wilayah sekitar Batavia); Priangan; Cirebon; Mataram (Jawa Tengah bagian selatan) dan pesisir (Jawa Tengah bagian utara). Untuk pesisir uatara Jawa yang membentang dari Brebes hingga Blambangan yang ditambah dengan Madura merupakan wilayah yang sangat penting dikarenakan memangku panjangnya Laut Jawa. Laut Jawa sendiri merupakan laut inti atau sea core yang berada di tengah-tengah kepulauan Indonesia yang menghubungkan pusat perdagangan internasional di semenanjung Malaka dengan berbagai sumber komoditas utama di kepulauan timur Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam buku History of Java yang ditulis oleh Raffles digambarkan wilayah ini sebagai tempat yang prospektif. Senada dengan Raffles, John Joseph Stockdale meyebutkan bahwa terdapat banyak bandar perdagangan di sepanjang pantai utara Jawa yang memiliki pelabuhan ramai. Laut Jawa sejak zaman kolonial dikenal kaya akan ikan serta biota laut lainnya. Hal ini dikarenakan melimpahnya nutrisi sebagai sumber makanan ikan yang dibawa oleh aliran sungai dari pegunungan serta sinar matahari yang cukup baik.
Di abad ke-19, pelabuhan yang terdapat di Pekalongan dan Tegal difungsikan sebagai pelabuhan ekspor akan tetapi tetap menjadi pelabuhan kecil. Pelabuhan-pelabuhan ini disinggahi oleh kapal yang melakukan pelayaran domestik maupun juga ke luar negeri. Untuk pelayaran dan perdagangan skala besar dilakukan di pelabuhan yang terdapat di Batavia, Semarang, dan Surabaya. Berbagai komoditas agraris seperti beras, tebu, dan kopi didistribusikan dari wilayah ini.
ADVERTISEMENT
Sedangkan di Malaka pada tahun 1511, Portugis mengadakan monopoli perdagangan di sekitar pesisir Selat Malaka yaitu dengan komoditas ekspornya berupa rempah-rempah yang memiliki nilai jual tinggi yang kemudian oleh Portugis dijual kembali ke pasaran Eropa sehingga mereka mendapatkan keuntungan yang sangat tinggi. Portugis melakukan segala cara untuk mendapatkan harga termurah atas komoditas tersebut dengan cara yang tidak kooperatif dengan pedagang-pedagang lainnya.
Sedangkan di pulau Sumatera, setelah Samudera Pasai semakin lemah, muncul kerajaan Islam yaitu Kesultanan Aceh. Aceh adalah salah satu kerajaan Islam yang kuat dalam kemiliteran serta perdagangannya sehingga mampu menjadi pengalih alur perdagangan di sekitar Sumatera dan sekaligus penentang kekuasaan Portugis. Aceh menjadi harapan baru bagi pedagang mancanegara dan lokal yang ingin berdagang ke dalam ataupun ke luar Nusantara.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu maka para pedagang mulai menghindari Selat Malaka untuk masuk ke kepulauan nusantara dengan menyusuri pantai barat Sumatera dan memasuki Jawa tepatnya di Banten, lalu ke Demak, Banjar, Makassar lalu ke Ternate dan Tidore. Pada saat inilah perdagangan lewat jalur laut bisa tercipta hampir di seluruh wilayah kepulauan nusantara. Dari wilayah transit inilah kemudian muncul dan berkembang menjadi kota-kota pelabuhan. Meliputi Sunda Kelapa, Gresik, Jepara, Hujung Galuh (saat ini menjadi Surabaya), Banten, dan Demak.
Live Update
PSSI resmi mengumumkan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru timnas Indonesia, Rabu (8/1). Pelatih asal Belanda ini akan menjalani kontrak selama dua tahun, mulai 2025 hingga 2027, dengan opsi perpanjangan kontrak. Kluivert hadir menggantikan STY.
Updated 8 Januari 2025, 17:20 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini