Menyusuri Jejak Spiritual Sikh Temple dan Vihara Dharma Jaya di Pasar Baru

Salsa Dwi Novita
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta Prodi Jurnalistik
Konten dari Pengguna
20 Juli 2023 20:15 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salsa Dwi Novita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peribadatan umat Sikh di Gurdwara Sikh Temple, Pasar Baru (Sumber foto: dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Peribadatan umat Sikh di Gurdwara Sikh Temple, Pasar Baru (Sumber foto: dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kota metropolis yang padat dan penuh hiruk-pikuk kehidupan perkotaan, nyatanya semangat spiritual tetap menjadi kebutuhan mendasar bagi banyak orang di sana. Di tengah hutan beton dan kehidupan yang sibuk, banyak masyarakat perkotaan merasa tertarik untuk menemukan makna yang lebih dalam tentang kepercayaan.
ADVERTISEMENT
Hari itu, saya memutuskan untuk menjelajahi Pasar Baru di Jakarta Pusat dengan tujuan yang berbeda. Saya ingin menyusuri jejak spiritual agama Sikh dan Buddha yang ternyata memiliki kehadiran kuat di daerah tersebut. Meskipun saya bukanlah seorang pakar agama, saya sangat tertarik untuk mempelajari dan memahami lebih banyak tentang kepercayaan dan praktik spiritual yang berbeda.
Pertama-tama, saya mengunjungi Gurdwara Sikh Temple, Pasar Baru. Sebuah tempat ibadah bagi umat Sikh. Pagi itu, saya meminta izin pada pengurus peribadatan Sikh, apa boleh saya mengikuti dan mengetahui lebih pasti tentang kepercayaan Sikh. Dengan senang hati, pengurus peribadatan Sikh memperbolehkan dan memberi tahu saya jika ingin masuk ke area peribadatan di dalam, wanita terlebih dahulu wajib untuk memakai tutup kepala yang sudah disediakan, seperti syal dan kerudung sebagai syarat masuk ke area peribadatan.
ADVERTISEMENT
Ketika memasuki bangunan kuil putih dipadu dengan warna emas dan kebiruan yang sederhana namun indah ini, saya langsung disambut dengan kehangatan oleh jemaat yang hadir. Mereka memperlakukan saya dengan ramah dan saya dipertemukan oleh Manpreet Singh.
Manpreet Singh merupakan seorang pendeta kuil Sikh, Pasar Baru, yang keturunan India. Ia memberi tahu, kuil yang terletak di area Pasar Baru ini sudah berdiri sangat lama, bahkan sebagai salah satu tempat peribadatan Sikh terbesar kedua di ibu kota.
“Bangunan berdiri sudah sejak 1955. Menjadi tempatan ibadah Sikh terbesar kedua di Kota Jakarta setelah di Tanjung Priok,” jelas Manpreet Singh.
Manpreet Singh juga memperkenalkan dan menjelaskan kepada saya tentang apa sebenarnya kepercayaan Sikh. Sikh sendiri didirikan oleh Guru Nanak Dev Ji pada abad ke-15 di wilayah Punjab, India yang mengajarkan keyakinan Tuhan itu satu sebagai tujuan anak manusia lahir di dunia. Selain itu, kepercayaan ini menekankan persamaan, kesederhanaan, dan pelayanan kepada sesama.
ADVERTISEMENT
“Guru besar Sikh mengajarkan kasih kepada orang-orang yang lebih butuh, pesan cinta, serta tentang Tuhan bersifat universal,” terangnya.
Saya mengikuti beberapa ritual yang diadakan di dalam Gurdwara, termasuk kegiatan utamanya yaitu langar, makan bersama yang disediakan secara gratis untuk semua orang tanpa memandang agama apa pun atau latar belakang sosial. Saya terkesan dengan prinsip kesetaraan yang ditekankan di sini, di mana semua orang duduk bersama di lantai dan makan bersama-sama. Makanan yang disajikan semua vegetarian dan memberikan rasa persatuan yang kuat di antara semua yang hadir.
Setelah menjelajahi keindahan spiritual kepercayaan Sikh, saya melanjutkan perjalanan saya ke Vihara Dharma Jaya, salah satu vihara tertua di Jakarta. Begitu saya memasuki vihara ini, saya merasa tenang dan damai. Wangi dupa yang menyegarkan mengisi udara, dan suara gemericik air dari kolam lotus menambah ketenangan di tempat ini. Di dalam vihara, saya melihat patung-patung Buddha yang indah dan mengamati umat Buddha yang sedang bersembahyang dengan khidmat.
ADVERTISEMENT
Saya juga berkesempatan untuk mengobrol dengan beberapa umat Buddha yang berada di sana. Mereka dengan senang hati berbagi cerita dan pengetahuan mereka tentang ajaran Buddha. Saya belajar bahwa Buddha adalah seorang guru spiritual yang mencapai pencerahan dan mengajarkan tentang jalan menuju kebahagiaan yang sejati. Mereka menjelaskan tentang praktik meditasi yang membantu mereka menenangkan pikiran dan meningkatkan kesadaran diri.
Saat keluar dari vihara, saya merasa benar-benar terinspirasi oleh kedamaian dan kedamaian yang saya temui di tempat ini. Saya menyadari bahwa agama Sikh dan agama Buddha memiliki pesan universal tentang cinta, perdamaian, dan pelayanan kepada sesama manusia.
Perjalanan saya menyusuri jejak spiritual agama Sikh dan Buddha di Pasar Baru Jakarta Pusat telah memberi saya pengalaman yang tak terlupakan. Saya belajar bahwa ada keindahan dalam keberagaman agama dan kepercayaan. Meskipun saya masih jauh dari pemahaman yang sempurna, perjalanan ini telah membuka pikiran dan hati saya terhadap keindahan dan kedamaian yang dapat ditemukan dalam mencari hubungan spiritual.
ADVERTISEMENT
Dalam menjelajahi berbagai kepercayaan, saya belajar banyak tentang menghargai perbedaan dan memahami bahwa kehidupan spiritual dapat menghadirkan kedamaian dan pencerahan. Agama Buddha dan kepercayaan Sikh di Pasar Baru memberikan saya pelajaran penting tentang kesetaraan, cinta kasih, dan kedamaian yang sejati. Saya berharap bahwa perjalanan spiritual saya ini akan terus berlanjut, dan membawa saya pada pemahaman yang lebih dalam tentang di tengah kemajuan dan kecepatan kota berkembang, semangat spiritual tetaplah menjadi landasan utama.
Ketika menghadapi perkembangan kota yang pesat, mengenali dan memahami kepercayaan agama dan nilai-nilai spiritual dari berbagai budaya dapat membawa kesadaran yang lebih baik tentang betapa pentingnya tetap menghormati nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempertahankan semangat spiritual sebagai landasan utama, masyarakat dapat mencapai keseimbangan dan kedamaian dalam menghadapi perubahan modern.
ADVERTISEMENT
Penulis: Salsa Dwi Novita, mahasiswi prodi Penerbitan (Jurnalistik) Politeknik Negeri Jakarta.