Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Skandal Uang Palsu UIN: Ancaman Serius Bagi Sistem Keuangan Indonesia
9 Januari 2025 17:30 WIB
ยท
waktu baca 4 menitTulisan dari Salsa Ramadhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kasus peredaran uang palsu di UIN Alauddin Makassar merupakan sebuah tindakan kriminal yang tidak hanya merugikan individu, namun juga merusak kepercayaan publik terhadap sistem keuangan Indonesia. Peristiwa ini tidak hanya menciderai reputasi institusi pendidikan, tetapi juga menjadi bukti nyata bagaimana lemahnya pengawasan terhadap peredaran uang di masyarakat dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk merusak tatanan ekonomi. Dalam sistem keuangan yang sehat, mata uang adalah simbol kepercayaan, integritas, dan stabilitas ekonomi suatu negara.
Ketika uang palsu beredar, dampaknya tidak hanya merugikan individu atau kelompok tertentu, tetapi juga berpotensi menimbulkan inflasi, mengganggu aktivitas ekonomi, dan pastinya melemahkan kepercayaan publik terhadap otoritas moneter. Dalam jangka pendeknya, peredaran uang palsu dapat langsung merugikan individu dan pelaku usaha kecil yang menjadi korban, terutama mereka yang memiliki keterbatasan dalam memverifikasi keaslian uang. Dengan kerugian finansial ini bisa menyebabkan gangguan terhadap arus kas, terutama pada sektor informal, yang merupakan salah satu pilar penting ekonomi Indonesia. Selain itu, meningkatnya peredaran uang palsu dapat memperburuk inflasi, karena uang palsu yang beredar menambah jumlah uang dalam perekonomian tanpa adanya peningkatan nilai barang dan jasa. Hal ini mengurangi daya beli masyarakat dan menciptakan ketidakstabilan harga. Dalam jangka pendek pula, kepercayaan masyarakat terhadap mata uang nasional mulai tergerus, yang dapat memicu peningkatan permintaan terhadap alternatif seperti mata uang asing atau aset digital, sehingga melemahkan posisi rupiah sebagai alat pembayaran yang sah. Dalam jangka panjang, dampak dari kasus ini jauh lebih luas dan mendalam. Kepercayaan yang menurun ini tidak hanya akan memengaruhi aktivitas konsumsi dan investasi domestik, tetapi juga kredibilitas Indonesia di mata investor asing. Ketika investor internasional meragukan kemampuan negara dalam menjaga integritas sistem keuangannya, aliran investasi langsung dan portofolio ke dalam negeri dapat terganggu, yang pada akhirnya melemahkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, peredaran uang palsu yang terus-menerus dapat menekan kapasitas pemerintah dan otoritas moneter untuk mengelola kebijakan moneter dengan efektif, karena data ekonomi seperti jumlah uang beredar menjadi tidak akurat. Dalam jangka panjang, ini bisa memengaruhi stabilitas nilai tukar dan menambah beban pada anggaran negara, karena pemerintah harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mengamankan desain mata uang, meningkatkan pengawasan, serta menjalankan kampanye edukasi publik.
ADVERTISEMENT
Tindakan ini bukan hanya sekedar kejahatan biasa, melainkan sabotase terhadap fondasi ekonomi negara dan bentuk kejahatan ekonomi yang dapat mengakibatkan kerugian besar secara sistemik jika tidak segera diatasi dengan langkah-langkah yang tegas dan komprehensif. Ironisnya, pelaku berasal dari pengusaha terkenal dan terdidik serta rekan-rekan lainnya, yang seharusnya menjadi motor penggerak perubahan positif dalam masyarakat, namun justru terlibat dalam tindakan kriminal yang bertentangan dengan nilai moral, etika, dan tanggung jawab sosial. Kasus ini juga mengungkapkan adanya celah besar dalam edukasi dan literasi keuangan di kalangan masyarakat, termasuk mahasiswa, yang seharusnya memiliki pemahaman mendalam mengenai dampak dari kejahatan seperti ini terhadap perekonomian negara. Selain itu, lemahnya pengawasan terhadap peredaran uang dan minimnya kesadaran masyarakat untuk memeriksa keaslian uang yang mereka terima memperbesar peluang bagi pelaku untuk melancarkan aksi mereka. Dalam konteks ini, peran Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menjadi sangat penting untuk terus meningkatkan kualitas desain mata uang agar lebih sulit untuk dipalsukan, sekaligus meluncurkan kampanye edukasi masif tentang cara mengenali ciri-ciri uang asli. Pemerintah juga perlu mempercepat penerapan teknologi keuangan modern, seperti mata uang digital yang berbasis blockchain, sebagai solusi jangka panjang untuk mengurangi risiko peredaran uang palsu. Lebih jauh, institusi pendidikan harus mengambil peran proaktif dengan memasukkan literasi keuangan dan pendidikan etika ke dalam kurikulum, sehingga mahasiswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memahami tanggung jawab moralnya terhadap masyarakat. Serta penegakan hukum yang tegas dengan memberikan sanksi berat kepada pelaku juga menjadi langkah penting untuk menciptakan efek jera, sekaligus menunjukkan bahwa pemerintah tidak akan mentolerir tindakan yang merusak stabilitas ekonomi nasional. Kasus ini juga menjadi pengingat bagi kita semua bahwa upaya menjaga kepercayaan terhadap sistem keuangan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya tugas pemerintah atau aparat penegak hukum semata. Kerja sama antara masyarakat, institusi pendidikan, otoritas keuangan, dan penegak hukum menjadi kunci untuk memastikan bahwa kejahatan seperti ini tidak terulang di masa depan, dengan langkah-langkah strategis yang terintegrasi, Indonesia dapat melindungi integritas sistem keuangannya dan memastikan bahwa ekonomi nasional tetap stabil, kuat, dan berdaya saing di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
ADVERTISEMENT