news-card-video
29 Ramadhan 1446 HSabtu, 29 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Jerat Perlindungan Berlebihan: Mengapa Overprotective Menghambat Potensi Anak?

Salsabila
Mahasiswa Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala
9 Maret 2025 12:56 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pola asuh Overprotective atau terlalu protektif adalah pola asuh di mana orang tua menunjukkan tingkat perlindungan yang berlebihan terhadap anak. Hal ini sering terlihat dalam upaya untuk melindungi anak dari segala bentuk risiko, tantangan, atau pengalaman negatif, seperti kegagalan, kesedihan, atau bahkan sedikit rasa tidak nyaman. Dorongan utama di balik perilaku tersebut biasanya adalah kekhawatiran yang berlebihan terhadap keselamatan dan kesejahteraan anak, baik secara fisik maupun emosional. Akibatnya, orang tua mungkin akan membatasi aktivitas anak, mengambil alih keputusan, atau terus-menerus mencampuri situasi yang seharusnya bisa diselesaikan oleh anak sendiri.
ADVERTISEMENT
freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
freepik.com
Apa itu overprotective?
Overprotective adalah gaya pengasuhan di mana orang tua bersikap terlalu protektif, sehingga anak memiliki lebih sedikit kesempatan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, merencanakan sesuatu, mengambil keputusan sendiri, dan bertanggung jawab atas kesejahteraannya sendiri (Mappiare, 1982; Briawan & Herawati, 2008). Kartini dkk. (1987) juga mendefinisikan overprotection sebagai perlindungan berlebihan yang memerlukan perhatian sangat ketat pada anak. Berdasarkan teori perkembangan anak seperti Teori Kemandirian Erik Erikson, anak memerlukan kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungannya untuk membangun rasa percaya diri dan kemandirian. Pada masa pertumbuhannya, terutama pada masa remaja awal, anak memerlukan perhatian dan bimbingan orang tua untuk secara aktif membimbing perkembangannya. Orang tua yang terlalu memanjakan, selalu menuruti kemauan anak, dan terlalu protektif dapat menyebabkan anak kehilangan kemandirian, mudah curiga, serta kurang percaya diri terhadap kemampuannya sendiri. Beberapa contoh pola asuh overprotective adalah:
ADVERTISEMENT
• Melarang anak bermain di taman karena takut kotor atau terluka;
• Tidak mau mengajari anak naik sepeda karena takut jatuh;
• Selalu ingin memantau gerak-gerik anak;
• Menghindarkan anak dari bermain dengan hewan peliharaan karena takut tertular kuman atau alergi.
Dampak Negatif Overprotective
Dampak dari sikap overprotective memiliki konsekuensi jangka panjang yang signifikan. Anak-anak yang tumbuh dalam asuhan orang tua yang overprotective sering kali mengalami kesulitan bersosialisasi dan merasa cemas saat menghadapi situasi baru karena kurangnya kesempatan untuk menghadapi tantangan atau mengambil risiko. Hal ini dapat mengakibatkan ketergantungan berlebihan kepada orang tua, di mana anak merasa tidak mampu mengatasi masalahnya sendiri dan sulit membuat keputusan tanpa bimbingan orang tua. Selain itu, anak-anak yang mengalami overprotective sering kali merasa cemas dan takut gagal, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk berinteraksi sosial dan membangun hubungan yang sehat dengan teman sebaya. Sikap overprotective orang tua terhadap anak dapat membawa dampak negatif, di antaranya:
ADVERTISEMENT
1. Rendahnya Rasa Percaya Diri
Anak yang tumbuh dengan orang tua overprotective sering merasa ragu untuk mencoba hal baru atau mengambil risiko, mereka mungkin tidak percaya diri tanpa dukungan orang tua.
2. Kurangnya Kemandirian
Anak yang terus-terusan diawasi dan dibatasi aktivitasnya seringkali tidak belajar untuk membuat keputusan sendiri atau menyelesaikan masalah, hal ini dapat menghambat perkembangan kemandirian anak.
3. Keterlambatan dalam Perkembangan Sosial
Orang tua overprotective cenderung membatasi interaksi sosial anak. Akibatnya, anak mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya dan kurang terbiasa berkomunikasi atau bekerja sama.
4. Menghambat Kemampuan untuk Mengatasi Stres
Anak-anak perlu mengalami kegagalan atau tantangan kecil untuk belajar mengatasi stres. Orang tua yang selalu melindungi anak dari setiap masalah dapat membuat anak kesulitan menghadapi kegagalan atau kesulitan di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
5. Meningkatkan Risiko Kecemasan
Proteksi berlebihan dapat menyebabkan anak tumbuh dengan rasa takut atau cemas terhadap dunia luar, mereka mungkin merasa dunia adalah tempat yang berbahaya dan selalu memerlukan perlindungan.
6. Keterbatasan Kreativitas dan Inisiatif
Ketika anak tidak diberikan kesempatan untuk bereksplorasi secara bebas, kreativitas dan kemampuan untuk mengambil inisiatif bisa terhambat, karena mereka terbiasa dengan batasan yang ketat dari orang tua.
Peran Orang Tua Untuk Memberi Kepercayaan Kepada Anak
Peran orang tua sangat penting dalam mendukung perkembangan anak, yang meliputi kegiatan seperti mendampingi, memberikan peluang bagi anak untuk belajar, berkomunikasi secara terbuka, memberikan dorongan serta motivasi, membimbing, dan mengawasi. Ketika peran orang tua kuat dan konsisten, anak cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi, yang tercermin dalam sikap positif, kemampuan untuk bersikap non-agresif, tidak mudah dipengaruhi, mudah bergaul, bertanggung jawab terhadap tugasnya, serta berani menghadapi penolakan dan menjadi dirinya sendiri. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah dari dampak overprotective dari orang tua terhadap anak yaitu dengan memberikan kepercayaan kepada anak untuk bersosialisasi dan mengeksplorasi dunia mereka sendiri. Orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dari kesalahan, menghadapi risiko yang wajar, dan bisa berinteraksi dengan teman sebaya tanpa terlalu banyak campur tangan, pendekatan ini akan membantu anak dalam mengembangkan keterampilan sosial, kemandirian, dan rasa percaya diri.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Pola asuh overprotective yang diterapkan orang tua dapat menghambat perkembangan dan pertumbuhan anak secara signifikan. Meskipun orang tua berniat melindungi anak dari bahaya dan kesulitan, perlindungan berlebihan ini justru dapat menyebabkan anak kurang mandiri, rendah percaya diri, dan kesulitan dalam menghadapi tantangan atau berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak yang terus-menerus dilindungi cenderung mengalami keterlambatan dalam pengembangan keterampilan sosial, kreativitas, dan kemampuan untuk mengatasi stres. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberi ruang kepada anak untuk mengeksplorasi, membuat keputusan, dan belajar dari pengalaman, agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang lebih mandiri, percaya diri, dan siap menghadapi tantangan hidup di masa depan.
Referensi
Herlina, D., et al. (2017). Sikap Over protective Orangtua Terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Penelitian Guru Indonesia-JPGI, 2, 2.
ADVERTISEMENT
Shafia, K. (2024). Dampak dari Sikap Overprotective Orang Tua Terhadap Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan dan Sosial Humaniora, 2, 208 & 2012.