KPOP Menjadi Toxic di Kalangan Remaja,Benar atau Tidak

salsabila az zahra
Mahasiswi Antropologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
2 November 2020 10:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari salsabila az zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source: Wrytin
zoom-in-whitePerbesar
Source: Wrytin
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
K-POP di era globalisasi ini telah melebarkan sayapnya hingga ke berbagai penjuru dunia. Siapa yang tidak tahu K-POP di era sekarang? Sepertinya hanya sedikit orang yang benar-benar tidak mengetahui apa itu K-POP. K-POP telah ada sejak tahun 1992,dengan munculnya Seo Taeji and Boys yang menjadi awal berkembangnya industri kpop. Fenomena demam K-POP mulai bertambah antusiasnya setelah munculnya Super Junior dengan lagu Mr.Simple yang membuat banyak orang mulai mengenal K-POP. Di K-POP kita akan diperkenalkan dengan boygrup dan girlgrup yang eksis mulai dari generasi pertama hingga sekarang K-POP berada di generasi ke empat. Di generasi pertama kemunculan K-POP di mulai dengan kehadiran H.O.T,BoA,Rain,Lee Hyori,Shinhwa,G.O.D,S.E.S,dan Sechkies. Kemudian generasi kedua dilanjutkan dengan munculnya Super Junior,SNSD,Bigbang,2PM,SHINee,dan masih banyak lainnya. Generasi ketiga ditandai dengan hadirnya EXO,BTS,Twice,Blackpink,Red Velvet,Ikon,Winner. Terakhir generasi keempat ini diisi oleh ITZY,Stray Kidz,ATEEZ,TXT,dan grup rookie lainnya yang akan bermunculan.
ADVERTISEMENT
Setiap boygrup ataupun girlgroup memiliki penggemar yang selalu mendukung dalam setiap aktivitas yang dilakukan idolanya. Tidak sedikit mereka yang bahkan mengikuti aktivitas idolanya hingga ke berbagai negara-negara yang dikunjungi idolanya,membeli setiap merchandise yang diiklankan idolanya. Penggemar yang rela melakukan hal tersebut sering kita lihat sebagai penggemar yang fanatik, dimana mereka lebih menghabiskan hidupnya memikirkan idolnya ketimbang kehidupan dirinya sendiri. Hal seperti itulah yang sedang dialami banyak remaja sekarang ini. Industri K-POP yang telah berkembang ini memberikan banyak penawaran kepada banyak remaja untuk mendukung idolanya,seperti membuat lightstick,membuat aplikasi dimana penggemar dan idola dapat berinteraksi,dll. Hal tersebut tentunya tidak dipungut tanpa biaya. Penggemar harus rela merogoh uang mereka demi bisa berinteraksi dengan idolanya meskipun dengan mengeluarkan pundi-pundi uang yang tidak sedikit. Kemudian hal tersebutlah yang menjadi tanda tanya,darimanakah para penggemar yang mayoritas merupakan para remaja mengeluarkan uang yang relative banyak untuk membeli setiap merchandise yang berhubungan dengan idolanya?.
ADVERTISEMENT
Source: Hipwee
Tentu banyak dari penggemar yang mungkin menabung untuk bisa menonton konser idolanya atau bahkan membeli barang-barang yang berkaitan dengan idolanya,namun kebanyakan remaja tidak bisa memprioritaskan kepentingan dirinya sendiri,dan lebih memilih mengeluarkan uang untuk idolanya. Itu yang membuat orang luar melihat bahwa K-POP sendiri dapat menjadi toxic bagi para penggemar yang tidak bisa menjadikan dirinya sendiri sebagai prioritas. Selain membuang uang yang dinilai tidak terlalu penting bagi sebagian ,para remaja yang sangat fanatik pada K-POP ini banyak melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar,seperti lebih sering mengakses internet untuk melihat video-video idola mereka daripada mengakses tentang pelajaran. Kuota internet mereka lebih sering dihabiskan untuk melihat konten dari para idolanya. Pikiran mereka terus tertuju kepada idolanya hingga mengkhayal berbagai hal dengan idolanya yang membuat realita kehidupan mereka terabaikan. Dan yang akhir-akhir ini sering terjadi di tengah kemajuan sosial media adalah remaja yang terobsesi dengan idolanya seringkali menyerang orang lain untuk melakukan pembelaan terhadap idolanya. Namun karena kurangnya pengawasan dari orang tua banyak dari remaja yang tidak mengerti dampak jika mereka tidak berhati-hati dalam penggunaan sosial media,sehingga hal tersebut dapat merugikan diri mereka sendiri dan orang disekitarnya. Tetapi dari pelabelan toxic K-POP ini ada sebagian remaja yang mengklaim bahwa hadirnya K-POP di hidup mereka bukanlah suatu toxic,namun sebagai penambah semangat bagi mereka. Bagi para penggemar K-POP juga bisa menjadi penyemangat saat menghadapi hari sulit mereka. Akan tetapi ada juga banyak hal positif yang bisa mereka dapatkan dari idola mereka,seperti kerja keras idolanya sebelum mencapai masa jayanya yang bisa menginspirasi penggemar juga dalam meraih cita-citanya.
ADVERTISEMENT
Jadi sebenarnya kita tidak bisa melabeli K-POP itu sebagai suatu yang toxic pada remaja. Hal ini dikarenakan banyak remaja yang juga mendapatkan sisi positif dengan menyukai K-POP,hal itu tergantung bagaimana penggemar menempatkan dirinya. Penggemar harus bisa melihat realita yang sedang mereka hadapi ketimbang terus terpaku pada fantasi tentang idol. Memprioritaskan kepentingan diri sendiri diatas segalanya juga merupakan suatu hal yang penting,jangan sampai mencintai idol melebihi rasa cinta kita pada diri kita sendiri.