Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Emosi Suporter Timnas Sepak Bola saat Kalah: Dari Sorakan Menjadi Kemarahan
21 November 2024 15:25 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Salsabila Khairunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sepak bola pada saat ini bukan hanya sebuah permainan olahraga, melainkan fenomena sosial yang mengikat emosi banyak orang. Sering kali kekalahan pada pertandingan sepak bola mempengaruhi kehidupan nyata. Ketika tim kebanggan kita kalah pasti kita merasa kurang bersemangat bahkan hingga emosi pada lingkungan sekitar. Bahkan mungkin kalian pernah merasakan perubahan mood pada ayah atau suami saat klub bola kesayangannya kalah telak. Apalagi pada saat sekarang dimana tim nasional indonesia kebanggaan kita sedang memasuki kualifikasi piala dunia 2026 zona asia. Kekalahan telak Indonesia vs Jepang pada tanggal 16 November kemarin tentu saja sangat mempengaruhi dinamika mood para suporter.
ADVERTISEMENT
Dalam Jurnal telah dikemukakan bahwa menghadiri atau menonton pertandingan sepak bola dapat meningkatkan euforia kita, hal ini juga didukung oleh teori teori psikologi. Para suporter dari tim yang mengalami kekalahan setelah dan pada saat pertandingan mengalami kecemasan yang kemudian berubah menjadi kekesalan hingga kebencian pada pemain tim sepak bolanya. Hal ini bisa kita buktikan dengan melihat isi kolom komentar para pemain tim Nasional Indonesia yang mendapatkan ujaran kebencian atau hate comment jika mengalami kekalahan. Mengapa Hal ini dapat terjadi?
Ujaran kebencian atau hate comment yang kita temukan pada kolom komentar para pemain sepak bola tim Nasional Indonesia disebabkan oleh sifat agresivitas para suporter. Banyak dari suporter Indonesia yang belum memiliki kematangan emosi dan melampiaskan kekesalannya pada para pemain tim nasional Indonesia. Dalam salah satu jurnal penelitian dibuktikan bahwa kematangan emosi berpengaruh sebanyak 77,5% pada keredaan sifat agresif. Maka dari itu para suporter harus memiliki kematangan emosi yang tinggi, berikut adalah perilaku yang mencerminkan kematangan emosi:
ADVERTISEMENT
Seseorang yang bisa menerima keadaan dirinya sendiri cenderung tidak mudah marah dan bisa menilai secara objektif. Hal ini berlaku untuk para suporter yang harus bisa menerima dan menilai keadaan dengan apa adanya juga objektif.
Orang yang tidak implusif cenderung sangat berhati-hati dan berpikir terlebih dahulu tanpa terbawa dorongan emosi ketika bertindak atau melakukan sesuatu. Sifat ini penting dimiliki para suporter agar ketika memberikan tanggapan pada suatu hal tidak tercampur dengan emosi, sehingga dapat menyampaikan pendapat dengan bijaksana dan objektif.
Kemampuan seseorang untuk mengendalikan dan mengelola emosi dan reaksi mereka pada suatu kejadian. Hal ini melibatkan kesadaraan diri, menghindari reaksi berlebihan,serta mengekspresikan perasaan dengan baik. para suporter harus bisa mengontrol dan mengekspresikan emosi dengan baik supaya bisa berkomunikasi dengan efektif dan tidak menyinggung pihak lain.
ADVERTISEMENT
Suporter yang tetap sabar dan tenang ketika timnya mengalami kekalahan dan kesulitan, tanpa bersikap maran dan implusif tentu saja sangat penting untuk menciptakan suasana yang baik. Sementara sifat toleran dibutuhkan untuk menghargai perbedaan pendapat, baik dalam hal strategi tim maupun preferensi individu. Sehingga tidak tercipta konflik antar sesama suporter.
Kematangan emosi ini sangat penting dikuasai para suporter sepak bola maupun suporter cabang olahraga yang lainnya. Dengan kematangan emosional yang tinggi dapat meminimalisir sifat agresif, Sehingga bisa tercipta suasana permainan yang asik dan suportif.
Reference: Ristananda Nova Ihya, U. D. (2022). The Relationship Between Emotional Maturity and Aggressiveness in the Football Supporters Group in Sidoarjo. Psikologia: Jurnal Psikologi, Vol 7 No 2.
ADVERTISEMENT