Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Dibantu atau Dimanjakan? AI dan Krisis Nalar di Kalangan Pelajar
22 April 2025 11:26 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Salsabila Putri Desriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kecanggihan AI seperti ChatGPT dan PhotoMath kini banyak digunakan pelajar. Namun, apakah ini benar-benar mendukung pendidikan, atau justru memicu krisis nalar di kalangan pelajar?
ADVERTISEMENT

Fenomena AI dan Krisis Nalar di Kalangan Pelajar dalam Dunia Pendidikan Modern
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, AI dan krisis nalar di kalangan pelajar menjadi isu penting dalam dunia pendidikan. Aplikasi seperti ChatGPT, PhotoMath, dan Socratic kini digunakan oleh jutaan pelajar untuk menyelesaikan tugas harian mereka. Mereka tinggal mengunggah soal dan langsung mendapat jawaban lengkap.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah proses ini benar-benar membantu mereka belajar atau justru memicu ketergantungan dan menurunnya kemampuan berpikir kritis?
AI: Antara Membantu dan Memanjakan
AI memang memberi akses cepat terhadap jawaban. Tapi di sinilah masalahnya: siswa sering melewati proses berpikir dan langsung menerima hasil. Ini bisa memicu krisis nalar di kalangan pelajar, karena mereka tidak lagi terbiasa menganalisis soal secara mendalam.
Alih-alih mendorong rasa ingin tahu, teknologi justru bisa mempercepat kebiasaan instan, melemahkan proses belajar yang seharusnya membentuk logika dan pemahaman jangka panjang.
Peran Guru dan Orang Tua di Era AI
Daripada melarang penggunaan AI, pendekatan terbaik adalah mengarahkan penggunaannya secara edukatif. Beberapa cara yang bisa diterapkan:
ADVERTISEMENT
Menurut riset dari Microsoft Research, siswa yang mendapat pengawasan saat menggunakan teknologi cenderung lebih bertanggung jawab dan berpikir kritis.
Literasi AI: Solusi atas Krisis Nalar Pelajar
Literasi teknologi saat ini lebih fokus pada “cara pakai” daripada “cara berpikir”. Di sinilah pentingnya literasi AI yang tidak hanya mengajarkan penggunaan alat, tapi juga:
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah juga telah mendorong kurikulum digital yang mengedepankan nilai integritas dan kemampuan berpikir mandiri.
AI Sebagai Alat, Bukan Jalan Pintas
AI dan teknologi digital bisa menjadi teman belajar terbaik, tapi bukan pengganti proses berpikir. Pelajar harus dilatih untuk menggunakan AI dengan tanggung jawab, menjadikannya alat bantu, bukan jalan pintas.
ADVERTISEMENT
Jika digunakan secara tepat, AI akan membantu membentuk generasi yang tak hanya cerdas secara digital, tapi juga kuat secara moral dan intelektual.