news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Efektivitas Kerja Sama Keamanan Maritim Indonesia-Malaysia-Filipina di Laut Sulu

Salsabila Rinjani
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Jakarta
25 Oktober 2022 8:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salsabila Rinjani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: Google Maps
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Google Maps
ADVERTISEMENT

Pengertian Kerjasama Internasional

Sebagaimana dijelaskan oleh Supriyatno (2014, hlm. 153), pengertian kerja sama internasional adalah bentuk dari mempromosikan perdamaian dan stabilitas keamanan di regional dan dunia, mempromosikan hubungan yang ramah dan bersahabat, mempererat dan meningkatkan kerjasama bilateral, mengembangkan hubungan kerjasama antar kedua negara, menetapkan suatu kerangka kerja guna meningkatkan hubungan bilateral antara badan pertahanan dan keamanan. Indonesia, Malaysia dan Filipina adalah negara-negara yang berada di kawasan yang sama. Ketiga negara ini memiliki wilayah yang saling berdekatan, salah satunya adalah berbatasan langsung dengan Laut Sulu.
ADVERTISEMENT
Laut Sulu merupakan laut yang meliputi perairan antara Indonesia, Malaysia dan Filipina, yang menjadi daerah rawan kejahatan. Mengapa demikian? Laut Sulu ini memiliki nilai strategis bagi keamanan maritim di kawasan Asia-Pasifik. Laut Sulu terhubung dengan Laut Sulawesi, yang menghubungkan Laut Cina Selatan dengan Samudra Hindia melalui Selat Makassar dan Lombok. Perairan ini menjadi pilihan untuk kegiatan pelayaran dari Australia dan Indonesia bagian Tengah ke kawasan Asia Timur dan juga tempat para nelayan mencari ikan (Andyva et al, 2018). Letaknya yang berada di puncak segitiga terumbu karang dunia yang mengiris tiga negara yakni Indonesia, Filipina dan Malaysia, menambah nilai bagi perairan tersebut (Rustam 2017).
Sifat strategis Laut Sulu menimbulkan ancaman yang semakin besar terhadap keamanan maritim yang tidak terlepas dari kurangnya kerja sama dan sinergi antara ketiga negara sebelumnya. Menurut Salim (2017), ancaman dan tantangan keamanan maritim ini semakin diperumit dengan kemajuan teknologi yang berdampak buruk terhadap keamanan maritim saat ini, sehingga kerja sama internasional di bidang keamanan maritim tidak dapat dihindari. Namun, melihat dari banyaknya tindakan kejahatan di perairan ini membuat ketiga negara sepakat membentuk kerja sama keamanan maritim yang bernama Trilateral Cooperative Arrangement (TCA).
ADVERTISEMENT
Kerja sama ini disepakati oleh ketiga negara karena banyak terjadinya pembajakan maupun aksi kejahatan di Laut Sulu yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan juga Filipina. Dalam laporan ReCAAP (The Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia) sepanjang tahun 2016 telah terdapat 16 kali insiden penculikan kru kapal di Laut Sulawesi dan Laut Sulu (ReCAAP 2016). Dengan begitu, ReCAAP menganggap pembajakan maupun aksi kejahatan di laut Sulu menjadi ancaman serius terutama pada kasus penculikan dan pembajakan oleh kelompok Abu Sayyaf yang terus berlanjut terjadi sepanjang tahun 2016 (Partogi 2016; ReCAAP 2016).
Dalam pertemuan pertama, dicapai beberapa kesepakatan. Salah satunya adalah kesepakatan untuk melakukan patroli bersama di perairan Laut Sulu untuk mencegah kejahatan lintas negara, termasuk pembajakan. Tiga poin lain yang disepakati diantaranya, (1) meningkatkan koordinasi respon cepat terhadap penduduk dan kapal yang berisiko; (2) memperkuat kerja sama dalam berbagi informasi dan intelijen serta memperkuat dan memastikan efektivitas kerja sama melawan ancaman; (3) membangun sambungan komunikasi di antara ketiga negara untuk meningkatkan koordinasi jika terjadi keadaan darurat atau ancaman keamanan (Apriyana 2019).
ADVERTISEMENT

Lalu apakah kerja sama ini efektif?

Sumber Foto: https://kemlu.go.id/portal/id/read/3459/berita/perkuat-kerja-sama-tiga-negara-menteri-pertahanan-ri-hadiri-trilateral-defence-ministerial-meeting
Pada 28 Maret 2022, Indonesia perkuat kerja sama pertahanan dan keamanan di bidang maritim dengan Malaysia dan Filipina melalui pertemuan Trilateral Defence Ministerial Meeting (TDMM) Indomalphi (Indonesia, Malaysia dan Filipina) di Kuala Lumpur. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto; Menteri Pertahanan Senior Malaysia, Dato’ Seri Hishamuddin Tun Hussein, dan Menteri Pertahanan Filipina Delfin N. Lorenzana (Kementerian Luar Negeri, 2022).
Ketiga negara tersebut memperkuat kerja sama maritim sejak 2016, termasuk bertukar informasi tentang situasi keamanan di Laut Sulu dan Laut Sulawesi. Pertemuan tersebut menghasilkan Joint Press Release yang antara lain disepakati untuk memperkuat koordinasi antara Maritime Command Center (MCC) dan operasionalisasi Trilateral Maritime Patrol (TMP) ketiga negara.
Pelaksanaan Trilateral Maritime Patrol memang menghadapi banyak tantangan dan efektivitas operasional, namun tantangan tersebut tidak secara signifikan mempengaruhi efektivitas operasi. Di tengah tantangan operasional, sinergi ketiga negara dalam menerapkan TMP tetap terjaga. Sinergi ini tidak hanya di tingkat pemangku kepentingan politik, tetapi juga di tingkat pemangku kepentingan operasional. Komunikasi rutin antar MCC menunjukkan bahwa sinergi tetap terjaga. TMP juga didukung dengan keberadaan MCC yang berperan sebagai pusat komando dan kendali (Puskodal) untuk mengendalikan unsur masing-masing negara yang terlibat dalam patroli Laut Sulu. Parameter utama efektivitas operasi TMP adalah menurunnya angka pembajakan di Laut Sulu.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa faktor yang meningkatkan efektivitas MCC Tarakan. Pertama, MCC Tarakan mengandalkan perangkat komunikasi aman berbasis Centrix yang mengandalkan teks, bukan suara. Salah satu fungsi MCC Tarakan adalah berkomunikasi dengan unsur KRI yang berpatroli. MCC Tarakan memiliki jaringan dengan MCC Tawau (Malaysia) dan MCC Bungao (Filipina) untuk berbagi informasi tentang peristiwa laut. Perangkat komunikasi MCC Tarakan dirancang agar kompatibel dengan perangkat komunikasi TNI AU dan berkomunikasi dengan elemen pesawat TNI AU yang melakukan operasi penerbangan di Laut Sulu. Kedua, MCC melakukan pekerjaan yang baik dalam melakukan tugas utama dalam melaksanakan hal yang bersifat mendasar, yakni sebagai pusat komunikasi dengan MCC Tawau (Malaysia) dan MCC Bungao (Filipina), serta sebagai pusat komunikasi dengan unsur KRI yang terlibat dalam operasi TMP untuk mewujudkan Maritime Command Center yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Referensi
Kementerian Luar Negeri. (2022). Perkuat Kerja Sama Tiga Negara, Menteri Pertahanan RI Hadiri Trilateral Defence Ministerial Meeting. Pada https://kemlu.go.id/portal/id/read/3459/berita/perkuat-kerja-sama-tiga-negara-menteri-pertahanan-ri-hadiri-trilateral-defence-ministerial-meeting (diakses pada 19 Oktober 2022).
Dirgantara, Octav Bayu, dkk. (2020). Efektivitas Pelaksanaan Operasi Trilateral Maritime Patrol Indomalphi dalam Menjaga Keamanan Maritim di Wilayah Laut Sulu. Jurnal Maritim Indonesia, 8 (1), 14-23
Chaer, Muh. Idhan, dkk. (2021). Strategi Diplomasi Pertahanan Indonesia Dalam Kerja Sama Trilateral Cooperative Arrangement (Port Visit Indomalphi 2017-2019). Jurnal Diplomasi Pertahanan, 7, (3), 75-91
Saraswati, Ayu Laksmi, dkk. (2020). Strategi Keamanan Maritim Indonesia terhadap Maritime Piracy di Laut Sulu Tahun 2016. Jurnal Transformasi Global, 7(1), 115-143