Mengenal Kehidupan dan Karya Sastrawan William Faulkner Peraih Penghargaan Nobel

Salsabilla Syifaa R
Mahasiswi S1 Sastra Inggris Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
21 Oktober 2021 18:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salsabilla Syifaa R tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/images/id-1356450/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/images/id-1356450/

William Cuthbert Faulkner adalah Novelis dan penulis cerita pendek Amerika. William Faulkner secara luas dianggap sebagai salah satu penulis terbesar abad ke-20. Dia dikenang karena perintis penggunaan teknik aliran kesadaran serta jangkauan dan kedalaman karakterisasi nya. Selain itu, Pada tahun 1949 Faulkner juga memenangkan Hadiah Nobel Sastra. Ketika dia masih kecil keluarganya pindah ke Oxford, Mississippi. Pecahnya Perang Dunia I, dia bergabung dengan Royal Canadian Air Force tetapi dia tidak bertugas dalam pertempuran. Kembali ke Oxford, ia kuliah di universitas Mississippi selama tiga semester sebelum akhirnya keluar. Dia kemudian pindah ke New Orleans, di mana dia menulis novel pertamanya, Soldiers’ Pay (1925) Kembali ke Oxford, ia menulis Sartoris (1927), karya pertamanya yang berlatar di Kabupaten Yoknapatawpha. Pada tahun 1929, ia menerbitkan The Sound and the Fury. Tahun berikutnya, dia menulis As I Lay Dying. Untuk mencari kesuksesan ekonomi yang lebih besar, ia pergi ke Hollywood untuk bekerja sebagai penulis skenario. Faulkner mencapai puncaknya setelah penerbitan The Portable Faulkner karya Malcolm Cowley dan Hadiah Nobel Sastra 1949-nya, menjadikannya satu-satunya pemenang Nobel kelahiran Mississippi. Dua karyanya, A Fable (1954) dan novel terakhirnya The Reivers (1962), memenangkan Hadiah Pulitzer untuk kategori Fiksi.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
William Faulkner dikaitkan dengan gerakan sastra modernisasi dan gothic Selatan. Mayoritas novelnya berlatar belakang Amerika Selatan, Postbellum. Beberapa Novel karyanya yang membuatnya di kenal sampai saat ini yaitu The sound and The Fury (1929), As I Lay Dying (1930), Sanctuary (1931), dan Absalom, Absalom! (1936). Salah satu daya tarik Faulkner adalah kreativitas dia dalam mendongeng. Dalam novelnya yang berjudul As I Lay Dying, ia menggunakan 15 narator yang bermonolog sehingga membuat sebagian orang merasa kesulitan untuk memahami karya-karyanya. Ketika di wawancarai mengenai tanggapannya tentang pendapat pembaca, Faulkner mengatakan “Baca karyaku empat kali”
Salah satu kutipan perkataan William Faulker yang terkenal yaitu “Jangan pernah takut untuk mengangkat suara anda untuk kejujuran, kebenaran dan belas kasihan terhadap ketidakadilan, kebohongan, dan keserakahan. Jika orang di seluruh dunia melakukannya, itu akan mengubah bumi”. William Faulkner menggunakan pengalaman keluarganya yang tidak mendapatkan keadilan dalam sebuah karyanya. Ia juga mengkritik perilaku masyarakat Amerika Selatan yang tidak berperikemanusiaan terhadap orang miskin dan orang Negro, dan Ia juga berharap agar orang kulit putih Selatan tidak mendiskriminasi pihak manapun lagi. Selain berhubungan dengan kehidupan Faulkner kutian tersebut juga bisa dikaitkan dengan masa sekarang di mana kejujuran dan kebenaran sudah tidak diutamakan lagi di dalam lingkungan masyarakat. Bahkan banyak yang rela berbohong demi mendapatkan kekuasaan atau jabatan. Kebenaran sudah tidak ada harganya lagi karena semua orang saat ini telah takut untuk speak up, karena nyatanya saat ini ancaman akan datang pada orang yang berani menyatakan kebenaran.
ADVERTISEMENT
Sepanjang hidupnya Faulkner mengalami kegagalan demi kegagalan. Bahkan ia menyebut dirinya sebagai penyair gagal. Semasa kecil Faulkner pernah dikeluarkan dari sekolah karena sering melamun di kelas dan tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana yang diajukan oleh gurunya. Semasa remaja ia pernah ditinggalkan pacarnya karena lebih mapan. Faulkner juga pernah ditolak saat melamar ke Angkatan Udara Amerika Serikat karena memiliki tubuh yang kecil dan pendek. Namun, Kegagalan demi kegagalan tidak membuat Faulkner menyerah, dia mendaftar untuk beberapa kursus universitas, menerbitkan puisi dan gambar di koran kampus, dan memerankan peran yang menjadikan diri sebagai penyair yang telah melihat layanan masa perang. Hingga akhirnya ia bisa menerbitkan karya-karya yang menjadikannya sebagai penulis terkenal. Melihat kisah Faulkner saya teringat cerita kerabat dekat saya yang pernah mengalami berkali-kali kegagalan, dia sudah mencoba berbagai jalan untuk mencapai tujuannya namun tetap mengalami kegagalan sampai pada saat dia ingin menyerah dia terus mendapatkan dorongan dari orang sekitarnya untuk terus mencoba dan ternyata usahanya membuahkan hasil yang membawanya kepada kesuksesan seperti yang dialami oleh Faulkner.
ADVERTISEMENT
William Faulkner berkata bahwa "Kita semua gagal dalam mencapai impian kita mengenai karya yang sempurna, karena itu kita rata-rata berada pada kegagalan indah untuk mengerjakan sesuatu yang tidak mungkin terjangkau". Kutipan Faulkner ini seharusnya bisa jadi motivasi bagi saya maupun generasi muda lainnya. Tidak ada kesuksesan tanpa adanya kegagalan. Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan, saya, anda, kita semua pernah mengalami kegagalan tetapi cara kita menghadapinya berbeda-beda. Bagi orang yang mempunyai semangat yang tinggi dia tidak akan menyerah ketika kegagalan menghampirinya, dia akan terus mencoba dan berusaha untuk membuktikan bahwa dia bisa. Namun, sebagian orang juga banyak yang menyerah setelah mendapatkan kegagalan, tanpa dia atau kita ketahui bahwa sebenarnya keberhasilan menanti kita di depan sana. Oleh karena itu, sebagai generasi muda kita harus yakin dan berani melawan ketakutan dan kegagalan agar bisa memajukan bangsa dan tanah air kita. Jadikan kegagalan sebagai cerita indah di saat kita telah mencapai kesuksesan nanti.
ADVERTISEMENT
"The past is never dead it’s not even past" yang memiliki arti Masa lalu tidak pernah mati, Hal tersebut bukan akhir. Kalimat tersebut merupakan perkataan Faulkner yang bisa juga kita gunakan di zaman sekarang. Setiap orang memiliki masa lalu, entah itu baik atau buruk, sedih atau bahagia tetapi semuanya pasti memiliki cerita dan kenangannya masing-masing di dalam pikiran kita. Jika kita mempunyai masa lalu yang buruk dan menyedihkan kita tidak harus berusaha untuk langsung melupakannya itu semua bisa kita jadikan pelajaran buat melangkah kedepan. Masa lalu yang buruk bukan berarti akhir dari segala perjalanan hidup kita justru itu bisa membuat kita jadi lebih semangat lagi dan membuktikan bahwa kita bisa jadi versi terbaik dari diri kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Ada lagi salah satu kutipan oleh Faulkner yang mengatakan "Bacalah! Anda akan menyerapnya, lalu tulislah jika itu bagus anda akan mengetahuinya, jika tidak buanglah keluar jendela" yang bisa saya simpulkan maksudnya yaitu kita harus memulai untuk membaca agar kita bisa memahami maksud dari tulisan tersebut atau maksud dari kondisi disekitar kita, jika hal itu menarik dan penting kita akan mendapatkan ilmu pengetahuan baru tetapi jika itu tidak membawa manfaat untuk kita maka kita tidak perlu mengingatnya cukup baca dan lupakan saja. Agar jadi orang yang berilmu dan banyak pengetahuan kita harus mau membaca, baik membaca buku ataupun membaca kondisi disekitar kita.
Kembali mengenai Faulkner, William Faulkner lahir di New Albany, Mississippi pada 25 September 1897. Faulkner adalah anak tertua dari empat bersaudara. Ibunya bernama Murry Cuthbert, ayahnya bernama Maud Butler Falkner. Ia dibesarkan dekat Oxford, Mississippi. Ia merupakan seorang siswa yang enggan untuk datang ke sekolah, ia meninggalkan sekolah sebelum acara kelulusan agar ia dapat bekerja di Bank milik kakeknya. Ia juga tidak melanjutkan sekolah diploma nya karena ia terlalu hobi membaca dan kecintaannya dengan dunia puisi. Namun, tahun 1926an Faulkner meneruskan pendidikannya yang sempat ia tinggalkan dan pada tahun 1931 novelnya yang berjudul “Sanctuary” berhasil laku keras dipasaran, sejak itulah karya-karyanya banyak dikenal orang.
ADVERTISEMENT
Faulkner menikah dengan Estelle Oldham, kekasihnya sejak kecil dan mereka tinggal bersama sampai Faulkner meninggal pada tanggal 6 Juli 1962 di sebuah rumah sakit di Byhalia, Mississippi pada usia 64 tahun karena terjatuh di lempar oleh kuda kesayangannya saat ia menunggangi kuda tersebut. Tubuh Faulkner terlempar dan menghantam tanah sekeras-kerasnya.
Dari kisah hidup dan pengalaman hidup Faulkner tersebut dapat kita ambil pelajaran dan jadikan motivasi terutama untuk generasi muda. Sebagai satu-satunya penulis yang mendapatkan penghargaan nobel kelahiran Mississippi, Faulkner juga banyak mengalami kegagalan dan di rendah kan oleh orang di dalam hidupnya, namun kegigihan dan kerja kerasnya patut di acungi jempol. Ia tidak menyerah begitu saja, ia berusaha melahirkan karya-karya yang akhirnya banyak disukai oleh orang, ia mendalami hobinya dan menjadikan hobinya sebagai sesuatu yang membawa pengaruh besar dalam hidupnya, membuat dirinya dikenang dan karyanya dinikmati oleh banyak orang hingga sekarang.
ADVERTISEMENT