Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Desa Sade: Mengenal Desa Adat Sade Suku Sasak Lombok Tengah NTB
25 Desember 2023 18:11 WIB
Tulisan dari Salsha Amelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Desa Adat Sade di Lombok Tengah,Nusa Tenggara Barat (NTB),merupakan salah satu desa adat yang patut dikunjungi.Sejak Tahun 1975 banyak wisatawan berkunjung ke Desa Sade.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Desa Sade masih melestarikan keunikan adat Suku Sasak,seperti bentuk bangunan,tradisi kawin culik,kain tenun,cara berpakaian dan masih banyak lagi.Dengan keberagaman budaya dan keunikan itu,Desa Sade menjadi destinasi yang menarik untuk dikunjungi ketika berada di Pulau Lombok.
Lokasi Desa Sade yaitu tepat di jalan Raya Praya-kita,Desa Rembitan,Pujut,atau 43 Kilometer dari Pusat Kota Mataram.Desa Sade memiliki luas 5,5 hektare dengan 150 rumah berdiri diatasnya.Setiap rumah terdiri dari satu kepala keluarga,dengan jumlah seluruh penduduk sekitar 700 orang.
Desa Sade dipimpin oleh seorang kepala dusun yang dipilih berdasarkan musyawarah.Penduduk di sana menggunakan bahasa Sasak sebagai Bahasa sehari-hari.Pelafalan aksara yang digunakan hampir sama dengan bahasa Jawa.Yakni Ha Na Ca Ra Ka yang diucapkan menjadi He Ne Ce Re Ke.
ADVERTISEMENT
Mata Pencaharian orang Sade mayoritas memanfaatkan sumber daya alam yang ada.Misalnya,petani,peternak,penenun,pemandu wisata,penjual aksesoris dan lain sebagainya.Para pria mayoritas bekerja sebagai petani di ladang.Sementara para perempuan mayoritas bekerja sebagai penenun.
Dilansir dari berbagai sumber,ada beberapa versi berbeda terkait sejarah Desa Sade.Versi yang dikenal saat ini mengatakan nenek moyang orang Sade berasal dari Jawa.Yakni,leluhur Hama Ratu Mas Sang Haji.Ada juga yang mengatakan orang Sade merupakan warga kerajaan Hindu-Buddha yang dipimpin Raja A A Gede Karangasem.Hal ini dapat terlihat dari bentuk-bentuk rumah penduduk berdasrkan tiga tangga,yang merupakan simbol dari waktu telu.
Budaya menenun cukup popoluer di kalangan perempuan di Desa Sade.Perempuan sasak mulai belajar menenun sejak usia tujuh hingga 10 tahun.Karenanya,menenun menjadi profesi yang digeluti perempuan Sasak ketika di masa panen berakhir.Selain itu,Orang Sasak di Desa Sade percaya bahwa perempuan Sasak wajib mengusai keterampilan menenun sebelum menikah.
ADVERTISEMENT
Salah satu produk hasil tenunan di Desa Sade adalah kain songket, yang terbuat dari benang emas atau perak yang ditenun bersamaan dengan katun atau sutra. Untuk membuat sehelai Songket, dibutuhkan kain sepanjang dua meter dengan waktu pengerjaan selama dua sampai tiga minggu.
Tradisi kawin culik adalah tradisi pernikahan khas orang Sasak di Desa Sade. Pemuda Sasak yang ingin menikah akan menculik calon mempelainya saat malam hari.
Setelah aksi culik-menculik, mempelai pria akan membawa calon istrinya ke rumah kerabat. Setelah itu, pembicaraan soal pernikahan akan dibahas oleh keluarga dari kedua mempelai keesokan harinya.
Terdapat perbedaan soal mahar atau mas kawin. Bagi pria Sasak yang menikahi perempuan dari desa yang sama, hanya diwajibkan menyerahkan mas kawin Rp 100.000. Sedangkan, jika si mempelai pria menikahi gadis dari desa atau daerah lain, mas kawin yang wajib diserahkan setara dua ekor kerbau.
Rumah adat di Desa Sade memiliki ciri khas atau arsitektur tiga tipe rumah menurut penggunaannya. Pertama, Bale Bonter, yaitu rumah pribadi para pejabat desa. Lalu, ada Bale Kodong, rumah untuk pasangan yang baru menikah atau orang tua yang ingin menghabiskan masa tuanya.
Tipe rumah selanjutnya, Bale Tani yang digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat umum. Warga Sasak yang menempati Bale Tani punya kebiasaan unik membersihkan rumah menggunakan kotoran kerbau. Fungsinya, sebagai anti serangga dan menangkal serangan berbau mistis.
ADVERTISEMENT