Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Seorang Tukang Pijat Yang Memiliki Gelar Sarjana Farmasi
28 Oktober 2020 19:46 WIB
Tulisan dari Salsabila Budi Kamiliya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Riwayat pendidikan tidak menuntut seseorang dalam mengambil pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang ditekuni sebelumnya. Terbukti adanya, seperti yang dialami oleh tukang pijat ini.
ADVERTISEMENT
Tukang pijat wanita bernama Chieyanti Ratnasari (39), yang biasa dipanggil dengan sebutan Ana. Kini Ia berprofesi sebagai tukang pijat di kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Selama 11 tahun Ia menjadi tukang pijat yang tak kenal lelah.
Sebelumnya, Ana telah menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi. Ia berhasil lulus dan menyelesaikan jenjang perkuliahannya pada tahun 2008. Setelah lulus kuliah, Ia tidak lanjut bekerja karena tidak diperbolehkan mengambil pekerjaan diluar rumah dan memilih untuk mengurus keluarganya dirumah. Hal itulah, penyebab gelar sarjana yang dimiliki Ana belum sempat dimanfaatkannya untuk melamar pekerjaan. Sebab, tidak diizinkan bekerja di perkantoran oleh pihak keluarganya.
Seiring berjalannya waktu, Ana merasa jenuh dan tidak memiliki kegiatan dirumah. Ia berpikir untuk membantu sang suami mencari penghasilan tambahan. Sebelum beralih profesi menjadi tukang pijat, Ana berkeinginan membuat lapangan pekerjaan sendiri, dengan mengikuti pelatihan salon kecantikan yang diadakan di Balai Latihan Kerja (BLK).
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2009 Ana berhasil membuka bisnis salon kecantikan yang berada di rumahnya, sembari mengurus anak dan keluarganya. Namun, salon kecantikan tersebut kurang bejalan lancar dan mulai sepi pelanggan. Ana pun tidak putus semangat dan terus berjuang agar usahanya tidak bangkrut.
Ana menceritakan saat Ia mulai tertarik berprofesi sebagai tukang pijat. Bermula dari sang Suami pulang dari bekerja, lalu meminta tolong Ana yaitu sang Istri untuk memijatnya, karena kelelahan bekerja saat itu. Sembari memijat, "Kenapa tidak buka usaha pijat lulur aja, Bu?", kata Suami Ana. Lantas Ana berpikir dan memiliki niat untuk memulai bisnis pijat lulur tersebut yang digelutinya hingga kini.
Seiring berjalannya waktu, Ana mendapat pelanggan pertama dan pelanggan tersebut sangat puas dengan hasil kerjanya. Namun, Ana hanya menerima pelanggan khusus perempuan saja. Awalnya, Ia membuka usaha pijat lulur di salon miliknya. Namun, mayoritas pelanggannya tidak berkenan untuk datang pijat di salonnya. Kemudian, Ana mencoba untuk datang kerumah pelanggan atau dapat dikatakan sebagai jemput bola. Ana pun sudah mulai terbiasa dan dapat dukungan dari pihak keluarganya untuk pekerjaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Ana memiliki target dalam pekerjaannya sebagai tukang pijat, “Saya dalam sehari bisa dapat pesanan pijat 4-5 orang. Kalau sekali pijat orang tak targetin sekitar 3 jam udah selesai”, ujarnya.
Hingga kini, pendapatan Ana menjadi tukang pijat melebihi usaha salon kecantikan di rumah. Penghasilan yang diterimanya cukup banyak. "Kalo dibandingkan sebelum pandemi, dalam sebulan Saya bisa dapat 4,5 jt s/d 5jt beda sama sekarang pendapatan jadi menurun. Karena kan pasti orang-orang khawatir tertular virus covid-19", kata Ana (28/10).
Memang benar, semenjak adanya pandemi, perekonomian semakin menurun yang dipengaruhi oleh virus Covid-19. Seperti yang dialami oleh Ana, Ia menjadi tukang pijat yang dimana langsung berkontak fisik dengan pelanggannya. Hal tersebut yang menjadi kekhawatiran saat ini.
ADVERTISEMENT