Konten dari Pengguna

Inilah Koping yang Baik dalam Menangani Stres

Salsabila Hetri Soraya
Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya
15 Desember 2022 16:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salsabila Hetri Soraya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: https://unsplash.com/photos/e92L8PwcHD4
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: https://unsplash.com/photos/e92L8PwcHD4
ADVERTISEMENT
Sahabat Kumparan, apa yang terlintas di pikiran kita tentang stres? Mungkin sebagian dari kita memandang stres sebagai suatu keadaan sulit yang memunculkan beragam emosi. Emosi yang sering muncul dari stres ini biasanya adalah sedih dan marah. Di saat mengalami stres, kita mungkin melampiaskannya dengan cara yang kita nilai terbaik untuk kita sendiri. Bentuk pelampiasan dari stres ini bisa kita sebut dengan istilah koping. Koping yang kita lakukan bisa dengan mengekspresikan emosi yang kita alami. Namun, apakah hal itu bisa menjadi alternatif untuk kita dalam menghadapi stres? Memang, saat kita mengekspresikan emosi kita, perasaan lega akan timbul di dalam diri kita. Lantas, jika kita mengekspresikan emosi dengan berlebihan, apakah kita akan merasa lebih baik? Justru yang timbul sebaliknya. Terlalu berlebihan dalam mengekspresikan emosi hanya akan membuat kita terjebak dalam emosi yang kita rasakan, kita justru sulit untuk mencari jalan keluar dari situasi stres yang kita alami. Koping yang baik akan membantu kita untuk menghadapi stres dan meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkannya. Koping yang saya nilai sebagai solusi terbaik dalam menghadapi stres adalah koping konstruktif.
ADVERTISEMENT

Apa Itu Koping Konstruktif?

Koping konstruktif mengacu pada upaya untuk menghadapi situasi stres yang dianggap sehat karena koping konstruktif ini berdampak baik bagi mental hingga fisik. Perlu diingat bahwa respons koping yang paling sehat pun mungkin bisa saja tidak efektif dalam beberapa kasus (Bonanno & Burton, 2013). Efektivitas respons koping bergantung pada individu dan hal yang mengakibatkan stres. Dengan demikian, konsep koping konstruktif dimaksudkan untuk memberikan konotasi yang sehat dan positif, tanpa menjanjikan suatu keberhasilan dari koping ini sendiri. Moos dan Billings (dalam Grison & Gazzaniga, 2019) mengklasifikasikan teknik koping konstruktif menjadi tiga bagan besar: appraisal-focused coping (bertujuan untuk mengubah interpretasi seseorang tentang peristiwa yang membuat stres), problem-focused coping (bertujuan untuk mengubah situasi stres itu sendiri), dan emotion-focused coping (bertujuan untuk mengelola tekanan emosional yang berpotensi).
ADVERTISEMENT

Appraisal Focused Coping

Bentuk dari appraisal-focused coping ini dengan berpikir secara rasional dan humor. Kita bisa mencoba untuk berpikir secara rasional ketika dihadapkan dalam situasi yang sulit, pikiran yang muncul bahwa keadaan yang kita anggap menjadi penyebab dari stres bisa berubah seiring dengan kita mencoba berpikir bahwa keadaan tersebut bisa kita kendalikan dengan tenang. Albert Ellis (dalam Grison & Gazzaniga, 2019) berpendapat bahwa seorang individu dapat meminimalisasi reaksi emosional terhadap stres dengan mengubah pandangan mereka terhadap suatu peristiwa yang dapat membuat stres. Selanjutnya, kita bisa menggunakan humor untuk mengurangi stres. Dalam keadaan yang membuat kita sedih, kita cenderung mencari hiburan melalui humor. Humor dapat membantu kita dalam meredakan emosi yang kita rasakan. Misalnya pada suatu penelitian (Martin & Lefcourt, 1983) menunjukkan bahwa selira humor yang baik dapat berfungsi sebagai penyangga untuk mengurangi dampak negatif dari stres. Nah, dari kedua cara ini kita bisa mengurangi dampak-dampak yang kita terima dari stres dengan mudah, ya!
ADVERTISEMENT

Problem Focused Coping

Bentuk dari problem-focused coping dapat dilakukan dengan melakukan pemecahan masalah secara sistematis. Kita bisa mencoba untuk mencari akar dari penyebab mengapa kita stres. Ketika kita sudah mengetahui penyebabnya, kita akan tergerak untuk mencari solusi dari permasalahan yang kita hadapi. Saya menilai hal ini sangat membantu, karena emosi yang saya alami bisa reda dan masalah pun bisa terselesaikan. Dalam proses pencarian solusi, kita bisa mencari bantuan. Bantuan bisa datang dari keluarga, sahabat, bahkan tenaga profesional misalnya psikolog. Saran dari mereka bisa menjadi solusi untuk kita.

Emotion Focused Coping

Terakhir, bentuk dari emotion-focused coping. Dapat dilakukan dengan olahraga serta relaksasi dan meditasi. Saat saya sedang berolahraga, beban pikiran menjadi lebih ringan dan emosi menjadi lebih stabil. Olahraga selain membuat fisik kita menjadi sehat, olahraga juga membantu kita dalam menghadapi emosi berlebih yang berkaitan dengan stres (Grison & Gazzaniga, 2019). Relaksasi dan meditasi juga akan membantu suatu individu untuk menghadapi situasi yang mengakibatkan stres. Menurut (Alfaiz dkk., 2019) relaksasi dan meditasi terbukti menurunkan rasa cemas dan stres pada siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional.
ADVERTISEMENT
Bisa kita menyimpulkan, koping konstruktif ini akan berdampak positif untuk membantu kita berhadapan dengan stres. Koping yang sehat akan berdampak sehat pula bagi kesehatan mental maupun fisik. Jangan anggap sepele stres, stres yang berlebihan akan berdampak buruk bagi kita. Kesehatan mental juga sama pentingnya dengan kesehatan fisik kita, mulai peduli untuk menjaga kesehatan mental kita layaknya kita peduli dengan kesehatan fisik.

Referensi:

Alfaiz, A., Juliawati, D., Yandri, H., & Ayumi, R. T. (2019). Efektivitas Relaksasi Teknik Meditasi untuk Membantu Siswa Mengatasi Stres sebelum Menghadapi Ujian Nasional. Indonesian Journal of Learning Education and Counseling, 2(1). https://doi.org/10.31960/ijolec.v2i1.151
Bonanno, G. A., & Burton, C. L. (2013). Regulatory Flexibility: An Individual Differences Perspective on Coping and Emotion Regulation. In Perspectives on Psychological Science (Vol. 8, Issue 6, pp. 591–612). https://doi.org/10.1177/1745691613504116
ADVERTISEMENT
Grison, S., & Gazzaniga, M. S. (2019). Psychology in your life (Third edition). W. W. Norton & Company, Inc.
Martin, R. A., & Lefcourt, H. M. (1983). Sense of humor as a moderator of the relation between stressors and moods. Journal of Personality and Social Psychology, 45(6), 1313–1324. https://doi.org/10.1037/0022-3514.45.6.1313