news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Indikasi Resesi Global Tahun 2023 Muncul, The Fed Tidak Bisa Meredam Inflasi?

Salwa Lutfiah
Currently majoring in International Relations and Affairs
Konten dari Pengguna
22 November 2022 21:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salwa Lutfiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Salwa Lutfiah dan Muhammad Caesar Saputra
Photo by Pixabay from Pexels: https://www.pexels.com/photo/airport-bank-board-business-534216/
Sejak adanya informasi mengenai resesi global tahun 2023 yang tersebar masif di bulan Agustus tahun 2022, masyarakat global saat ini tengah berada dalam situasi yang mengharuskan mereka untuk waspada terhadap indikasi-indikasi resesi ekonomi global tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Reuters, ekonomis dari JPMorgan (sebuah perusahaan global financial services dan bank Amerika Serikat terbesar berdasarkan total aset) memprediksi bahwa akan terjadi resesi ringan atau mild recession pada tahun 2023.
Hal tersebut disebabkan oleh perekonomian AS yang diprediksi akan berkontraksi sebesar 0,5% pada kuartal keempat tahun depan. Keadaan ini memiliki kemungkinan akan terjadi hingga tahun 2024.
Kontraksi yang terjadi diperkirakan akan memotong Pendapatan Domestik Bruto AS di tahun 2023, (hanya mengalami 1% pertumbuhan) hampir setengah dari prediksi mereka dari tahun 2022.
Berbeda dengan apa yang dikatakan ekonomis JPMorgan, dilansir dari The Forbes, survei terbaru Bank of America menyatakan bahwa, “Sekitar 92% dari manajer keuangan memperkirakan bahwa, resesi ekonomi global terbesar kemungkinan akan terjadi tahun depan.
ADVERTISEMENT
Resesi tersebut ditandai dengan “stagflasi" (pertumbuhan di bawah rata-rata dan dan inflasi di atas rata-rata). Sehingga, hal ini dipandang sebagai skenario terburuk untuk pasar. Menanggapi hal ini, The Fed terpaksa untuk menghambat pertumbuhan ekonomi dengan menaikkan suku bunga di level yang cukup tinggi.

Daftar Indikasi Panjang Mengapa Tahun 2023 disinyalir sebagai Tahun yang Gelap

Sejalan dengan yang telah dijelaskan sebelumnya, krisis ini memiliki faktor penyebab yang berasal dari efek domino pandemi tahun 2020. Pandemi yang menghambat pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan.
Daya beli masyarakat yang menurun menyebabkan The Fed mencetak mata uang dalam jumlah besar. Di saat yang sama, terdapat banyak program pemerintah AS dalam bentuk bantuan yang diberikan selama pandemi.
ADVERTISEMENT
Tindakan yang dilakukan The Fed bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Akan tetapi, hal tersebut membuat tingkat inflasi semakin tinggi.
Tingginya tingkat inflasi tersebut kemudian menjadi indikasi pertama terjadinya resesi global. Sehingga, hal ini menjadi salah satu dari daftar indikasi panjang mengapa tahun 2023 disinyalir sebagai tahun yang gelap.
Indikasi kedua terjadinya resesi ekonomi global adalah terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak dan gas secara umum. Naiknya harga bahan bakar sebagai dampak dari perang Russia-Ukraina, kemudian menjadi penyebab naiknya harga kebutuhan hidup masyarakat global. Biaya distribusi barang yang lebih besar menyebabkan daya beli masyarakat menurun.
Indikasi ketiga yaitu, harga properti menurun dan suku bunga tinggi. Suku bunga tinggi mengakibatkan turunnya permintaan di bidang propeti. Sementara itu, pemilik properti berusaha untuk bergerak ke arah aset yang lebih lancar dengan menjual properti mereka. Indikasi ini juga terjadi pada saat krisis besar tahun 2008. Seperti yang dilansir dari Bankrate, aktivitas pasar perumahan AS cenderung melambat pada kuartal keempat.
ADVERTISEMENT
Perlu ditekankan bahwa apa yang terjadi pada AS akan berdampak pada negara lain. Sehingga, sebelum terjadi gagal bayar dalam membayar bunga KPR yang meningkat tajam, masyarakat global perlu mengevaluasi kemampuan finansial sebelum membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau properti.

Usaha The Fed Meredam Inflasi dan Implikasinya terhadap Perekonomian AS

Dilansir dari CNBC Indonesia, terdapat beberapa kebijakan The Fed dalam usahanya untuk meredam inflasi. Pertama yaitu menaikkan suku bunga untuk mengurangi tekanan dari adanya inflasi.
Akan tetapi, terdapat efek samping dari kenaikan suku bunga tersebut terhadap perekonomian AS. Dengan menaikkan suku bunga, terdapat peningkatan akan lay off karyawan atau Putus Hubungan Kerja (PHK), peningkatan angka pengangguran, serta menyusutnya ketersedian mata uang dalam sistem keuangan yang mempengaruhi daya beli masyarakat secara umum.
ADVERTISEMENT
Usaha kedua The Fed untuk meredam inflasi yaitu dengan operasi pasar terbuka. The Fed melakukan kegiatan jual beli surat berharga pemerintahan AS di pasar modal. The Fed menganggap cara ini merupakan cara yang efektif untuk mengendalikan jumlah dana yang ada di sistem perbankan Amerika Serikat.
Tindakan tersebut kemudian dilakukan The Fed untuk membeli sekuritas yang bertujuan untuk meningkatkan peredaran uang atau kredit maupun menjualnya dengan tujuan untuk mengurangi aliran peredaran mata uang Amerika Serikat.

Maka Dapatkah The Fed Menekan Adanya Indikasi Resesi di Tahun 2023?

Menurut CNBC Indonesia, saat ini The Fed telah berusaha secara agresif dalam menekan adanya indikasi resesi dengan menaikkan suku bunga (untuk menekan inflasi) ke angka 2% yang saat ini berada di angka 8.2%.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari kenaikan suku bunga yang melonjak tajam, hal tersebut masih akan berpengaruh besar terhadap daftar panjang mengapa tahun 2023 akan menjadi tahun yang gelap. Seperti meningkatnya PHK, meningkatnya angka pengangguran, daya beli masyarakat menurun, potensi gagal bayar ketika membeli aset yang tidak lancar seperti rumah, bunga KPR dan lain sebagainya.
Dampak dari tindakan The Fed yang menaikkan suku bunga dapat dirasakan secara global, karena angka likuiditas global yang menyusut dapat memperlambat pemulihan ekonomi.
Dengan menaikkan suku bunga di atas rata-rata, The Fed menyebabkan peredaran mata uang AS di seluruh kawasan menjadi lebih sedikit. Walapun banyak efek samping yang ditimbulkan dari tindakan The Fed (tindakan yang menimbulkan indikasi-indikasi resesi global 2023), The Fed juga perlu menekan adanya inflasi akibat banyaknya mata uang AS yang beredar.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, The Fed tidak dapat secara penuh menghindari kemungkinan resesi global di tahun 2023, terlepas dari langkah-langkah yang telah dilakukan.
Jika angka inflasi telah menurun, maka The Fed akan menurunkan tingkat suku bunga dan melonggarkan beberapa kebijakan moneter yang akan mengatasi indikasi-indikasi resesi global yang telah terjadi.