Konten dari Pengguna

Suatu Siang di Masjid Agung Surakarta

Salwa Nurhandini Suwandi
Mahasiswi banyak acara di salah satu Universitas Islam Negeri di Surakarta, merangkap sebagai penulis lepas sekaligus penyiar radio kampus
6 Oktober 2022 9:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salwa Nurhandini Suwandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana halaman Masjid Agung Surakarta (Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana halaman Masjid Agung Surakarta (Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
Siang ini saya kembali menyambangi Masjid Agung Surakarta, ini kali ketiga seingat saya. Namun, suasana yang dihadirkan kali ini begitu berbeda dari kunjungan pertama, bahkan kedua. Di kunjungan ketiga ini saya menemukan banyak hal-hal menarik yang sebelumnya belum pernah ditemukan di manapun. Dimulai dari jalan akses menuju masjid, lingkungan sekitar, halaman masjid, hingga dua pendopo yang masing-masing berada di bagian utara dan selatan masjid agung, semua tampak berbeda dari kunjungan saya sebelumnya. Sebagai tambahan, saya menggunakan transportasi umum batik solo trans yang dapat beruntungnya dapat mengantar hingga halaman depan masjid.
Halaman Masjid yang dipenuhi oleh penjaja makanan dan mainan. (Dok. Pribadi/Naily)
zoom-in-whitePerbesar
Halaman Masjid yang dipenuhi oleh penjaja makanan dan mainan. (Dok. Pribadi/Naily)
Masjid besar yang terletak di kawasan keraton Kasunanan yang letaknya tepat bersebelahan dengan Alun-Alun Utara. Seperti yang kita ketahui, di bulan Oktober 2022 ini bertepatan dengan bulan maulid yang mana menjadi salah satu bulan yang paling dimuliakan oleh masyarakat muslim maupun masyarakat di sekitar Masjid Agung. Halaman Masjid tampak penuh dengan penjaja cinderamata, makanan bahkan minuman segar. Teriknya sinar matahari tampaknya tidak membuat jama’ah maupun masyarakat yang sekedar hanya ingin berkunjung menyurutkan niatnya untuk datang ke Masjid. Siang itu, masjid ramai dan tampak begitu syahdu.
Pertunjukan Gamelan Sekaten (Dok. Pribadi)
Adalah kebetulan ketika mendengar suara gending-gending yang mulai dimainkan teratur, awalnya saya mengira ada pertunjukan lain diluar kawasan masjid, namun ternyata suara gending-gending itu datang dari dua pendopo yang berada di bagian utara dan selatan pelataran masjid. Ketika saya hampiri, ternyata banyak masyarakat yang kemudian menonton dengan khidmat, di sisi utara ada Kyai Guntur Sari sedangkan di sisi selatan ada Kyai Guntur Madu. Banyak kalimat tanya yang hadir di kepala, namun terjawab sudah bahwa kedua gending-gending ini dimainkan dalam rangka perayaan sekaten di bulan maulid ini. Pertanyaan tentang mengapa begitu banyak penjaja makanan serta mainan yang menurut saya agak ‘unik’ untuk berada di pelataran masjid pun terjawab. Adanya penjaja bunga kantil, kinang, gasing, celengan, telur asin hingga pecut ternyata adalah sekian dari hal-hal yang memiliki makna filosofis yang cukup dalam pada perayaan sekaten ini.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan selebaran yang saya terima, perayaan sekaten ini memiliki makna filosofis yang sangat banyak. Kata 'Sekaten' sendiri memiliki kurang lebih empat makna yang salah satunya berasal dari plesetan bahasa arab, yakni 'syahadatain' atau yang memiliki arti dua kalimat syahadat. Dalam bahasa Jawa Baru, kata 'sekaten' berasal dari kata 'sekati' yang artinya setimbang atau seimbang.

Dengan maknanya yang begitu luas, hakikat Upacara Perayaan Grebek Sekaten ini adalah untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dan juga sebagai bentuk perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT dari masyarakat Keraton Kasunanan Surakarta hingga saat ini.

Potret Menara Masjid Agung Surakarta. (Dok. Pribadi/Naily)
Potret Tenda-Tenda pedagang pada Festival Sekaten 2022 (Dok.Pribadi/Naily)
Matahari semakin terik, masjid semakin ramai, dan suara gending-gending semakin ramai, suasana yang mungkin terasa begitu ‘ruwet’ namun syahdu disaat yang bersamaan. Saya bergeser ke arah menara, sejujurnya hanya untuk memperhatikan menara yang menjulang tinggi, namun atensi saya direbut oleh perpustakaan yang nampak sepi dan terlihat sedikit kumuh dari luar. Ingin rasanya menghampiri perpustakaan itu, namun teringat waktu ashar kian dekat maka saya putuskan untuk kembali memasuki masjid. Satu hal yang saya tangkap dari suasana di dalam masjid yaitu nyaman, nyaman dengan segala hiruk pikuk jamaah yang berbondong-bondong mengerjakan shalat, nyaman dengan semilir angin yang hadir melewati serambi, nyaman dengan kerumunan-kerumunan orang yang saling berbagi cerita bahkan ilmunya.
ADVERTISEMENT
Itulah Masjid Agung Surakarta di suatu siang yang syahdu, di bulan oktober.