Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dari Susu Kedelai Sampai ke UI
18 Mei 2022 16:23 WIB
Tulisan dari Salwa Rubia Darussalam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Depok - Ummu Humairoh, mungkin tak pernah mengira bisa kuliah di “Kampus Impian Sejuta Umat” itu alias Universitas Indonesia. Dengan kehidupannya di Sulawesi yang serba terbatas, perempuan kelahiran Polewali Mandar itu membuktikan bahwa menuju sukses akan selalu ada jalannya. Tulisan ini didedikasikan untuk Ummu, teman seperjuangan di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Faqih Mandiri.
ADVERTISEMENT
Bercerita tentang perjalanannya untuk menjadi salah satu mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI tidak seperti kebanyakan orang, Ummu sama sekali tidak memiliki niat untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi mana pun, di saat teman-temannya sibuk mempersiapkan untuk daftar kuliah.
Jika bukan guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah menyuruhnya untuk ikut jalur masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), ia yakin mungkin dirinya tidak bisa memakai jas almamater kuning kebanggannya ini.
Ummu masih ingat ketika guru BK-nya membujuk untuk ikut daftar bersama teman-temannya yang lain, “Sayang kalau kamu tidak lanjut, dicoba dulu ya, kalau urusan biaya, Ibu akan carikan jalur beasiswa untuk kamu,” cerita Ummu mengingat perkataan gurunya dulu. Sampai akhirnya dengan meminta izin kedua orang tuanya, Ummu memberanikan diri untuk daftar, dan ia memutuskan untuk mengambil Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia dengan program studi Kesehatan Lingkungan.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, “Dengan izin Allah dan usaha yang sudah aku lakukan semasa sekolah dengan sering mendapatkan nilai bagus di tiap semester, akhirnya aku dapat kabar perihal pengumuman dari hasil seleksi SNMPTN. Aku berhasil lolos dan dinyatakan sebagai mahasiswa di Universitas Indonesia,” ujar perempuan berkacamata itu. “Bukan tidak berharap, tetapi saat mengetahui aku bisa lolos masuk UI, perasaanku campur aduk antara senang dan takut. Artinya aku harus pergi dari rumah, dari Sulawesi ke Depok,” tambahnya.
Meski perkuliahan masih online saat ini, dikarenakan masa pandemi Covid-19 yang masih mewabah di seluruh dunia, mau tidak mau ia harus ke Depok, karena ia sudah memiliki niat, “Kalau aku kuliah, aku harus tinggal di pondok, aku tidak tahu pergaulan di sana bagaimana. Takut tidak terkontrol,” jelas Ummu ketika ditanya alasan tinggal di Pondok Pesantren Mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Tidak semudah membalikan telapak tangan agar dirinya bisa terbang ke Depok, ia perlu biaya untuk ongkos perjalanan juga biaya tinggal di pondok. Akhirnya, suatu hari pada bulan April 2020, ia ditawarkan saudaranya untuk berjualan susu kedelai. Tidak disangka, hari pertama ia dan ibunya berjualan di sekitar rumah, tetangganya antusias untuk membeli, tidak jarang ia membawa berliter-liter susu kedelai yang habis terjual tiap harinya. “Alhamdulillah, keuntungan dari berjualan susu kedelai sebagian aku tabung untuk beli tiket pesawat ke Depok,” ujar Ummu.
Tidak berhenti di situ, berjalannya hari berjualan susu kedelai, Ummu mencoba memperluas area jualannya, yang awalnya hanya di sekitar rumah, akhirnya ia membawa dagangannya ke rumah-rumah ke komplek sebelah, juga ke area Pantai Bahari yang berada di dekat rumahnya. Karena di pantai banyak pengunjung yang datang, apalagi di hari libur, otomatis susu kedelai yang ia bawa pun cepat laku terjual.
ADVERTISEMENT
Di bulan Agustus, Ummu juga mendaftarkan dirinya untuk ikut program pemerintah untuk mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliahnya, setelah lolos mendapat beasiswa akhirnya Ummu memutuskan untuk segera ke Depok.
Setelah banyak pertimbangan dan diskusi dengan kedua orang tuanya, Ummu pun memutuskan untuk bernagkat ke Depok di bulan Januari 2021 , dengan membeli tiket pesawat dari hasil tabungan jualan susu kedelai dan uang beasiswanya.
Ya, semuanya terlewati dengan banyak perjuangan. Gadis itu percaya bahwa jalan untuk menjemput kesuksesan memang tidak bisa kita sangka. Banyak perantara untuk mencapai titik ini, “Karena realitas dari hidup ini adalah perjuangan, jangan putus asa, dan harus percaya bahwa semua sudah ada yang mengatur,” ucap Ummu dengan sumringah di akhir obrolan kami di pondok asrama.
ADVERTISEMENT
(Salwa Rubia Darussalam/Politeknik Negeri Jakarta)