Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kembalinya Seba Baduy di Masa Pandemi
21 Juni 2022 15:12 WIB
Tulisan dari Salwa Rubia Darussalam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Barisan orang berpakaian adat putih dan hitam itu mulai menapaki aspal panas Rangkasbitung. Menghirup bekas polusi yang berkabung di tengah padatnya kendaraan bermotor di kiri-kanan mereka. Semenjak kaki mereka menyentuh jalanan, beberapa orang memotret, beberapa menepikan kendaraannya sebentar karena beberapa ruas jalan dilarang dilintasi sementara sebab ada mereka yang tengah menjajaki pusat kota di Lebak.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini bukanlah hal yang baru dilaksanakan, Seba Baduy merupakan aktivitas rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat Baduy atau Urang Kanekes untuk mempersembahkan hasil panen mereka dalam satu tahun kepada pemerintah.
Tahun ini merupakan kali ketiga aku mengikuti acara Seba Baduy, berkesempatan menyaksikan tradisi suku Baduy yang masih kental dengan adat istiadatnya. Sebenarnya acara Seba ini sudah dilakukan dalam kurun waktu yang lama, konon katanya sudah dilaksanakan dari masa kejayaan Kesultanan Banten sampai sekarang. Seba Baduy ini juga menjadi bukti ketaatan Urang Kanekes kepada pemerintah.
Rangkaian Seba Baduy terdiri dari penyambutan oleh masyarakat di Rangkasbitung, untuk mengiringi jalannya Urang Kanekes yang berjalan kaki dari Baduy sampai ke Rangkasbitung. Kemudian dilanjutkan dengan upacara tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Baduy sendiri.
ADVERTISEMENT
Beruntungnya, aku bisa mengikuti rangkaian acara Seba ini tepat ketika masyarakat Baduy sudah sampai di Rangkasbitung, sehingga aku menyaksikan dengan jelas ketika sesepuh Urang Kanekes melaporkan hasil panennya kepada Bupati Lebak yakni Iti Octavia Jayabaya di kediaman kantor Sekretariat Daerah Rangkasbitung.
Adapun Urang Kanekes yang mengikuti Seba ini terdiri dari sesepuh pria sampai anak laki-laki yang berusia sekitar tujuh tahun. Namun kulihat Seba Baduy hari ini tidaklah seperti dua tahun ke belakang sebelum pandemi Covid-19 melanda, tidak banyak Urang Kanekes yang datang.
Benar saja, aku mendapat penjelasan dari penanggung jawab acara Seba Baduy tahun ini, ia mengatakan bahwa untuk pertama kalinya Seba hanya diikuti oleh sesepuh dan beberapa kepala keluarganya saja. Hal ini terlihat dari iringan yang tidak sampai memenuhi area jalan alun-alun, di mana yang biasanya seluruh jalanan menuju kantor Sekretariat Daerah dipenuhi oleh masyarakat Baduy.
ADVERTISEMENT
Penyebabnya tentu karena pandemi yang masih belum usai, meski sudah banyak kelonggaran yang sudah diterapkan oleh pemerintah, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, penjagaan protokol yang masih ketat itu tetap dilaksanakan. Baik oleh Urang Kanekes sendiri maupun pengunjung yang datang ke acara Seba Baduy ini.
Tahun 2022 ini merupakan perdana dilaksanakannya kembali Seba Baduy, sejak pertama kali wabah pandemi masuk ke Indonesia pada tahun 2020, Seba Baduy tidak dilaksanakan secara beriringan, hanya beberapa sesepuh saja yang datang tanpa adanya acara meriah untuk sambutan.
Oleh karena itu, aku merasa beruntung dapat menghadiri Seba Baduy kali ini. Dan bersyukur karena acara Seba masih menarik perhatian masyarakat domisili maupun luar yang menjadikan Seba Baduy sebagai momentum yang ditunggu.
ADVERTISEMENT
Sebab, selain berfokus pada rangkaian acaranya sendiri, Seba Baduy juga menjadi ajang pengrajin memamerkan karyanya untuk diperlihatkan kepada pengunjung. Ada pelukis, penganyam bambu, juga yang berjualan makanan khas Banten. Ada dodol, gula merah semut, es cendol, dan masih banyak lagi.
(Salwa Rubia Darussalam/Politeknik Negeri Jakarta)