Gaya Hidup dan Perilaku Konsumtif Kaum Urban di Jakarta

Syamsul Anwar
Dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Pamulang Ketua Bidang Eksternal Komunitas 1001buku
Konten dari Pengguna
27 November 2021 19:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syamsul Anwar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
TOM FISK -Pexels
zoom-in-whitePerbesar
TOM FISK -Pexels
ADVERTISEMENT
Kecenderungan untuk bertindak progresif dalam ekonomi tetapi konservatif dalam politik tampaknya telah menjadi ciri utama gaya hidup pekerja kelas menengah perkotaan di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Itu gaya hidup dan selera kaum urban dipengaruhi oleh konsumerisme global pilihan konsumsi cenderung berorientasi pada produk asing. Dalam arti ini, mengkonsumsi produk bermerek dan impor yang baru tiba, dan bahkan mengagungkan produk bermerek, tampaknya menjadi simbol status untuk grup ini, dapat digambarkan sebagai berikut.
Pertama, kelas dan status sosial tampaknya sangat memengaruhi kelas menengah perkotaan Indonesia perilaku dan keputusan konsumsi individu. Apalagi orang-orang ini juga sering mempertimbangkan fungsi sosial - nilai tanda dan simbol dari produk tertentu dan tekanan dari kelas sosial mereka sebagai penentu penting untuk konsumsi mereka perilaku serta keputusan.
Kedua, gaya hidup sangat memengaruhi preferensi individu-individu ini dalam memilih rumah tangga atau produk impor yang akan mereka beli atau konsumsi. Gaya hidup ini kelas sosial tertentu sering dinilai sebagai faktor penentu yang membuat pilihan mereka untuk produk impor simbol inklusi mereka dalam budaya global.
ADVERTISEMENT
Ketiga, konsumen kelas menengah perkotaan di Jakarta cenderung merasakan produk bermerek global memiliki kualitas lebih terjamin daripada produk dalam negeri. Hal ini mendukung hasil Ozsomer (2012), yang menyatakan bahwa dalam banyak negara berkembang produk bermerek global lebih cenderung memiliki citra berkualitas baik.
Keempat, mayoritas perkotaan di Indonesia individu kelas menengah dalam penelitian ini semakin merasa bahwa tidak banyak perbedaan dalam mengkonsumsi produk impor domestik atau bermerek. Mereka akan membeli atau mengkonsumsi produk dalam negeri atau lokal selama produk tersebut memenuhi permintaan mereka, sesuai dengan daya beli mereka dan memiliki kualitas yang sama dengan produk impor asing.
Akhirnya, ada temuan bahwa produk dalam negeri akan menjadi preferensi konsumen ketika produk ini sesuai dengan kebutuhan, daya beli, kualitas yang diharapkan dan rasa konsumen kelas menengah. Ini terlihat bahwa di kalangan pekerja muda Jakarta yang mempertimbangkan untuk membeli produk lokal yang tidak kalah kualitasnya dengan produk import, tentunya dengan produksi barang yang limited.
ADVERTISEMENT