Revitalisasi Pelabuhan di Cirebon Mimpi Wilayah Pesisir

Syamsul Anwar
Dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Pamulang Ketua Bidang Eksternal Komunitas 1001buku
Konten dari Pengguna
22 April 2021 10:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syamsul Anwar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi "daerah pesisir". Foto: Irwansyah Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi "daerah pesisir". Foto: Irwansyah Putra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kota pelabuhan sangat rentan terhadap dampak globalisasi, pergeseran teknologi dan jalur distribusi dan tentunya gelombang ketiga industrialisasi. Masalah ini antara lain telah dibuat dan akan berlanjut untuk menciptakan area yang sangat luas dari daerah yang paling kritis di lokasi pelabuhan. Dengan munculnya minat publik untuk dikembangkannya pelabuhan di Cirebon dan mengintegrasikannya ke dalam kota metropolis kontemporer, revitalisasi pelabuhan di Cirebon akan menguatkan ekonomi regional.
ADVERTISEMENT
Jika lokasi dapat terintegrasi dan transformasi dari area yang luas ini seringkali didorong oleh kepentingan politik yang sangat besar. Tantangan global ini bisa jadi bertemu dengan solusi yang dapat diterapkan secara global dari mengubah sesuatu dari yang sebelumnya kurang baik serta menjadi dasar pedoman sebuah pelabuhan dan ada banyak perkembangan pelabuhan seperti itu selama seperempat abad terakhir. London Docklands sebagai salah satu contoh paling awal dan paling menonjol di Eropa, pertama kali dianalisis dari sudut pandang perencanaan kota oleh Han Meyer (1999).
Memang transformasi pelabuhan telah ditangani secara internasional dalam urbanisme dan studi perkotaan pada tingkat profesional dan akademik sejak 1990-an, sebagian besar berkembang dari kritik umum modernistik perkembangan inilah yang digerakkan oleh ekonomi, bersamaan dengan gentrifikasi dan masalah sosial lainnya. Baru-baru ini, interaksi ekonomi global dan properti lokal di kota-kota pelabuhan telah menjadi fokus perencanaan perkotaan.
ADVERTISEMENT
Karena daerah pelabuhan biasanya bukan bagian integral dari administrasi kota, asosiasi profesional dibuat pada 1990-an telah mengatur dialog antara kota dan otoritas pelabuhan untuk mengoordinasikan pengembangan pelabuhan sejalan dengan masalah perencanaan kota. [1] Merivitalisasi kembali kota ini khusus daerah pasca-industri, dan terutama desain tepi laut perkotaan, sejak itu telah dibahas di bidang arsitektur dan arsitektur lansekap. [2] Namun, kekhususan tempat belum ditangani secara eksplisit.
Oleh sebab itu Pemerintah sedang melakukan upaya untuk melakukan revitalisasi pelabuhan di Cirebon. Kini pelabuhan itu masih ada, sekitar 2 kilometer dari Keraton Kasepuhan dan didominasi bongkar muat batubara. Namun, tak banyak aktivitas lain. Kedatangan kapal pesiar terganggu infrastruktur minim. Revitaliasi ini akan membuat pelabuhan lebih berkembang sebagai gerbang ekspor.
ADVERTISEMENT
Mengutip manuskrip “Suma Oriental” (1513-1515) karya Tome Pires, Pelabuhan Cirebon termasuk terbesar di pulau Jawa dan Masuk peta Asia. Manuskrip China “Shun Feng Hsiang Sun”, disusun tahun 1430 juga mencatat instruksi jalur pelayaran dari Shun-t’a (Sunda Pajajaran) kearah timur menuju Che Li Wen (Cirebon).
Revitalisasi Pelabuhan Cirebon itu membutuhkan anggaran sekitar Rp 5 triliun sampai Rp 7 triliun yang berasal dari PT Pelindo. Dalam revitalisasi itu, akan ada lahan seluas 50 hektar yang direklamasi untuk dermaga baru.
Dermaga yang berjarak sekitar dua kilometer dari bibir pantai tersebut akan dikeruk dengan kedalaman sekitar sembilan meter. Dengan demikian, maka dermaga itu bisa dilabuhi oleh kapal-kapal besar, seperti kapal kargo. Fasilitas pelabuhan pun akan dilengkapi dengan lokasi penempatan peti kemas. Revitalisasi ditargetkan akan selesai dalam 2 tahun. Hal tersebut realistis mengingat ada teknologi baru yang memungkinkan pengerjaan revitalisasi menjadi lebih cepat seperti yang digunakan dalam pembangunan Newport Kalibaru. Setelah revitalisasi rampung, diharapkan ekspor dapat dilakukan dari tempat ini, misalnya mebel rotan dari Cirebon bisa dilakukan dari Pelabuhan Cirebon.
ADVERTISEMENT
Selama ini ekspor mebel rotan dilakukan dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Tak kurang dari 3 ribu kontainer mebel rotan dari Kabupaten Cirebon diekspor melalui pelabuhan tersebut setiap bulannya. Tentunya hal ini sangat merugikan banyak biaya yang dikeluarkan untuk mencapai ibukota Jakarta. Dan juga seperti kita ketahui beban jalan di tol Cikampek sangatlah berat ini membuat biaya transportasi yang dikeluarkan sangatlah tinggi.
Pasalnya selama ini Pelabuhan Cirebon belum memungkinkan untuk kapal kargo, baik dari segi alur maupun kedalaman. Hal ini tentu menyulitkan kemungkinan kapal bersandar di pelabuhan ini. Revitalisasi akan menarik shipping line yang lain untuk bersandar di Pelabuhan Cirebon.
Pemerintah menaruh harapan besar agar Pelabuhan Cirebon dapat mengakomodir semua kegiatan Ekspor dan Import barang di kota Cirebon. Rakyat Cirebon sangat menantikan terealisasinya pelabuhan tersebut dikarenakan saat ini pelabuhan hanya melakukan bongkar muat batubara yang berefek terbangnya debu-debu batubara di sekitar pelabuhan sehingga bisa saja menyebabkan sakit yang berhubungan dengan saluran pernafasan.
ADVERTISEMENT
Saat ini masalah tersebut malah menjadi polemik di masyarakat dikarenakan sudah sangat mengganggu aktivitas warganya. Diharapkan dengan terbangunnya pelabuhan baru maka hal tersebut dapat meminimalisir aktivitas bongkar muat batubara di pelabuhan tersebut. Dengan meningkatnya kegiatan ekspor dan impor yang bernilai ekonomis tinggi, tentunya pelabuhan tersebut tidak perlu lagi bergantung terhadap bongkar muat batubara.