news-card-video
30 Ramadhan 1446 HMinggu, 30 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Bukan karena Terbarukan atau Bersih, Ini Alasan PLTS akan Menggantikan PLTU

M Syahman Samhan
Kreator Konten IG @solarin.id.
2 Oktober 2022 14:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Syahman Samhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi PLTS skala utilitas. Sumber: unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi PLTS skala utilitas. Sumber: unsplash.com
ADVERTISEMENT
Dalam artikel ini, kita akan mencoba menggali alasan utama PLTS akan menggantikan PLTU yang tidak disadari banyak orang. Kemudian, kita akan melihat penyebab lambatnya perkembangan PLTS di Indonesia. Terakhir, kita akan coba simpulkan isi artikel dan juga memberi rekomendasi terkait pengembangan PLTS di Indonesia.
ADVERTISEMENT

Alasan Utama PLTS akan Menggantikan PLTU

Banyak orang percaya bahwa PLTS suatu saat akan menggantikan PLTU bahan bakar fosil sebagai pembangkit listrik utama karena dua hal. Yang pertama, proses konversi energi surya ke energi listrik oleh PLTS tidak menghasilkan emisi CO2, yang merupakan gas rumah kaca dan menimbulkan pemanasan global. Yang kedua, energi surya merupakan energi terbarukan, yang secara praktis tidak akan habis. Konsumsi energi surya oleh manusia tidak lebih besar daripada energi surya yang diterima bumi, berbeda dengan energi fosil. Konsumsi bahan bakar fosil oleh manusia lebih tinggi daripada produksi bahan bakar fosil secara alami, sehingga suatu saat bahan bakar fosil akan habis.
Namun, bukan itu alasan PLTS akan menggantikan PLTU. PLTS sudah ada di pasaran sejak tahun 1970-an, dan orang sudah tahu kalau PLTS itu bersih dan terbarukan. Jadi, mengapa baru sekarang PLTS ramai dikembangkan, dan kenapa PLTS sangat prospektif menggantikan PLTU? Sederhana saja.
ADVERTISEMENT
Harga.
Selama 70 tahun, riset tentang industri PLTS selalu ramai, dan harga panel surya selalu turun. Tahun 1970, harga panel surya lebih dari US$100 per Wp, atau lebih dari Rp1.500.000 per Wp menurut laporan International Energy Agency. Saat ini di tahun 2022, kita bisa dengan mudah memperoleh panel surya dengan harga di bawah Rp6.500/Wp di marketplace seperti Tokopedia. Wp adalah watt peak, yaitu daya listrik yang dihasilkan PLTS pada keadaan ideal di kondisi cerah-cerahnya.
Bagaimana cara membandingkannya dengan harga listrik dari PLTU? Kita bisa hitung harga listrik per kWh dari PLTS dengan cara menghitung total biaya investasi dan perawatan selama masa operasionalnya (25-30 tahun) dan total listrik yang dihasilkan. Total biaya, yang di-present value-kan, dibagi dengan total listrik yang dihasilkan akan menghasilkan harga listrik per kWh dari PLTS, atau biasa disebut dengan LCOE (Levelized Cost of Electricity).
ADVERTISEMENT
Menurut International Energy Agency, menggunakan PLTS, sejak tahun 2020, adalah cara paling murah untuk menghasilkan listrik dibandingkan dari semua pembangkit listrik yang ada, termasuk PLTU. Oleh karena itu, sejak 10 tahun terakhir PLTS berkembang dengan pesat di seluruh dunia. Saat ini Jerman, 23% listriknya diperoleh dari PLTS (Reuters). Di Australia, hampir satu dari tiga rumahnya menggunakan panel surya (AFR).
Lalu, mengapa PLTS belum terlalu berkembang di Indonesia, walaupun harganya murah? Ada setidaknya tiga alasan:

1. Tarif listrik PLN terlalu murah

Tarif listrik yang dikenakan ke golongan rumah tangga saat ini, untuk golongan di bawah 2.200 VA adalah Rp1.447/kWh, atau sekitar 10 sen USD/kWh. Golongan rumah tangga di atas 2.200 VA, harganya adalah Rp1.699/kWh, atau sekitar 11 sen USD/kWh.
ADVERTISEMENT
Tarif ini sangat murah, bahkan dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN. Misalnya, Thailand memiliki tarif listrik residensial 12,41 sen USD/kWh, Filipina 18.67 sen USD/kWh, dan Singapura 19.97 sen USD/kWh (Energy Gov AU). Kalau dibandingkan dengan luar Asia lebih parah lagi: misalnya di Jerman 32 sen USD/kWh. (Energy Gov AU, Global Petrol Price)
Tarif listrik di Indonesia bukan murah karena teknologi yang lebih baik, tapi karena subsidi pemerintah yang gila-gilaan. Pada tahun 2021, misalnya, PLN menerima subsidi dan kompensasi listrik dari pemerintah dengan total nilai Rp74,39 triliun. Sementara, laba bersih PLN pada tahun 2021 hanya sekitar Rp14 triliun. Angka ini didapat dari laporan keuangan PLN yang bisa diakses oleh publik langsung di situs PLN.
ADVERTISEMENT
Sangat wajar apabila UMKM jasa instalasi PLTS sulit berkembang, karena harganya tidak bisa bersaing dengan PLN. Bayangkan saja, jasa instalasi PLTS yang asetnya mungkin tidak sampai Rp1miliar, bermimpi bersaing dengan perusahaan yang menerima subsidi Rp74triliun setahun untuk mengurangi harga jual listriknya.

2. Penetrasi PLTS ke jaringan PLN dibatasi

Terlepas dari tarif listrik PLN yang sangat murah, tetap saja investasi PLTS akan menguntungkan secara ekonomis jika dipasang secara ongrid, atau tersambung ke PLN. Sistem PLTS ongrid ini tidak membutuhkan baterai, dan kelebihan produksi listrik PLTS yang tidak terpakai akan diekspor ke PLN untuk mengurangi tagihan listrik PLN.
Saat ini, harga sistem PLTS ongrid termasuk inverter, kabel, instalasi, dan sebagainya sudah di bawah Rp17juta per kW (CNBC). Dengan harga tersebut, balik modal bisa dicapai dalam waktu kurang dari 10 tahun, dan secara praktis pengguna PLTS akan mendapatkan "listrik gratis" selama 15-20 tahun karena masa operasional PLTS adalah 25-30 tahun.
ADVERTISEMENT
Namun, semakin besar instalasi PLTS ongrid, tentu semakin sedikit penjualan listrik oleh PLN. Diperparah dengan kondisi PLN yang oversupply listrik, saat ini PLN mengambil kebijakan untuk membatasi kapasitas PLTS ongrid yang terpasang, yaitu sebesar 15% daya PLN (liputan6). Misalnya, daya PLN terpasang adalah 2200 VA, berarti daya sistem PLTS ongrid yang boleh dipasang dan disambung ke grid PLN adalah 330 watt.

3. Kurang meratanya perusahaan jasa instalasi PLTS

Saat ini, mayoritas jasa instalasi PLTS hanya berlokasi di kota besar terutama Jakarta dan Bandung. Makanya, masih sangat sedikit persentase PLTS yang terpasang di daerah-daerah lain termasuk di Yogyakarta, Jawa Tengah, apalagi luar Jawa.
Bahkan, beberapa perusahaan jasa instalasi PLTS yang berlokasi di Jabodetabek menyediakan jasa instalasi PLTS di luar kota, hingga ke Sulawesi! Kurang meratanya perusahaan jasa instalasi PLTS ini tentu disebabkan belum meratanya tenaga kerja yang memiliki keahlian desain dan instalasi sistem PLTS. Oleh karena itu, sulit sekali bagi kita yang tinggal di luar kota besar untuk memasang PLTS, walaupun kita mau.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan dan Saran

Saat ini harga listrik oleh sistem PLTS ongrid sudah jatuh di bawah harga pembangkit listrik mana pun, termasuk PLTU. Namun, perkembangan PLTS terhambat karena harga listrik PLN yang terlalu banyak disubsidi, pembatasan kapasitas instalasi PLTS ongrid oleh PLN, dan kurang meratanya lokasi perusahaan jasa instalasi PLTS.
Apabila kita memang serius ingin mengembangkan PLTS di Indonesia, beberapa langkah nyata yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Mempertimbangkan lagi model subsidi listrik ke PLN.

Bagaimana kalau kita membiarkan PLTS dan PLTU bersaing secara sehat tanpa intervensi harga? Daripada memberikan subsidi ke produk dan mengurangi tarif listrik, bagaimana kalau subsidi diubah menjadi subsidi langsung ke orang yang memang membutuhkan? Bagaimana kalau kita menerima kenyataan pahit bahwa harga listrik saat ini sangat jauh dari nilai ekonomisnya? Bagaimana kalau kita berani membiarkan harga sesuai dengan nilai ekonomisnya di pasar, terlepas seberapa mahal nantinya?
ADVERTISEMENT

2. Menghapus pembatasan penetrasi PLTS ongrid ke jaringan PLN.

Kenyataannya, negara-negara dengan instalasi PLTS banyak adalah mereka yang berani menerima PLTS dengan penetrasi yang banyak. Dengan teknologi power quality response seperti tripping, VVar response, atau VWatt response, tidak sepantasnya PLN khawatir dengan isu semacam duck curve atau tegangan grid yang akan fluktuatif. Apabila kekhawatiran yang ditakutkan PLN lebih ke aspek pengurangan pemasukan, sudah saatnya PLN memikirkan kembali model bisnis dan strategi mereka.

3. Memberikan insentif bagi usaha-usaha jasa instalasi PLTS lokal di luar kota besar untuk mengembangkan usahanya.

Bisa dengan mempermudah perizinan, mempermudah birokrasi, hingga memberikan insentif untuk pemasangan oleh jasa mereka.
Namun, terlepas dari semua itu, bagaimana kalau tiba-tiba harga baterai sudah terlampau murah? Tidak perlu lagi ongrid, tidak perlu lagi PLN. Masing-masing rumah akan punya sistem PLTS offgrid dengan harga listrik per kWh di bawah tarif listrik PLN yang disubsidi Rp70triliun per tahun. Hati-hati, PLN.
ADVERTISEMENT

Referensi

https://www.carbonbrief.org/solar-is-now-cheapest-electricity-in-history-confirms-iea/
https://www.globalpetrolprices.com/Germany/electricity_prices/#:~:text=Germany%2C%20December%202021%3A%20The%20price,of%20power%2C%20distribution%20and%20taxes.
https://www.reuters.com/business/sustainable-business/renewables-provide-49-power-used-germany-first-half-2022-2022-07-05/
https://www.energy.gov.au/households/solar-pv-and-batteries
https://web.pln.co.id/stakeholder/laporan-keuangan
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220211122422-4-314694/biaya-plts-atap-bisa-puluhan-juta-rupiah-kapan-balik-modal
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/07/01/ini-nilai-subsidi-dan-kompensasi-pln-dalam-5-tahun-terakhir
https://www.afr.com/companies/energy/renewable-energy-generation-hits-annual-record-20220310-p5a3hz
https://www.liputan6.com/bisnis/read/5039944/pln-batasi-kapasitas-plts-atap-kementerian-esdm-bereskan-aturan-teknis-tahun-ini