Warteg, Eksistensi, dan Kulinerisasi

Sami Al Jabbar
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam di UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto Asal dari Desa Bumijawa, Kab. Tegal Motto: Jika sholat menjadi kebiasaan, maka percayalah kesuksesan akan menjadi kenyataan
Konten dari Pengguna
14 Mei 2022 10:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sami Al Jabbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi warteg, foto: stock.adobe.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi warteg, foto: stock.adobe.com
ADVERTISEMENT
Siapa yang tak kenal warteg? Warung yang menjual berbagai menu-menu masakan rumahan ini biasanya dijual di pinggir jalan sebagai obat penunda lapar ketika perut keroncongan karena harganya yang terjangkau di kantong dan merakyat sehingga menjadi pilihan yang pas untuk semua kalangan.
ADVERTISEMENT
Warteg merupakan singkatan dari warung Tegal, tapi apakah kalian tahu ternyata faktanya di Tegal itu sendiri tidak ada warteg, karena biasanya orang Tegal sendiri menyebutnya sebagai warung nasi biasa, tetapi nama warteg tetap menjadi sebuah citra dari Tegal sendiri yang membawa nama kotanya dan menjadikannya sebuah ikon tersendiri. Masyarakat Tegal lebih sering menyebutnya dengan nama warung nasi biasa pada umumnya karena di sana lebih eksis dengan nama warung nasi dibandingkan dengan nama warteg, ini berbanding terbalik dengan di luar kotanya yang sangat mudah dijumpai nama warteg itu sendiri. Warteg pun kian mudah dicari di kota-kota besar seperti di Jabodetabek karena kebanyakan mereka semua merupakan perantau yang berwirausaha di sana bahkan jumlahnya pun kian banyak dari awal mula warteg tersebut pertama kali didagangkan di sana sampai zaman sekarang ini. Tentunya warteg kian mengikuti zaman dan perkembangannya pun semakin membuat warteg tetap eksis sampai zaman sekarang, warteg pun bertransformasi menjadi modernisasi kuliner yang tak kalah dengan kuliner di zaman sekarang.
ADVERTISEMENT
Citra Warteg Sebagai Ikon Tegal
(Sami, 2022) Tegal, merupakan salah satu kota yang berada di pesisir Pantura yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan kota lainnya. Kota yang memiliki julukan Kota Warteg ini merupakan tempat lahirnya warung makanan tersebut sebagai salah satu kuliner yang menyandarkan nama daerah asalnya yaitu Tegal. Warteg juga sebagai citra dari Tegal karena dengan warteg orang lain akan tahu bahwa asal dari warung makan tersebut berada di Tegal atau orang akan tertuju ketika mendengar kata Tegal pasti mengarah pada warteg karena sudah menjadi identitas dan citra produk tersendiri.
Warung makan ini khas dengan menunya yang bervariasi sehingga menjadi pilihan tersendiri khususnya bagi para pekerja yang berada di kota-kota besar seperti di Jabodetabek yang sulit untuk mencari makanan siap saji dengan harga yang terjangkau dan porsi yang cukup untuk kebutuhan perut. Apalagi para pekerja tersebut biasanya merupakan para perantau dari berbagai macam daerah sehingga mereka yang terbiasa dengan rasa masakan rumahan ketika sedang di dalam perantauan akan merasa rindu dengan masakan orang rumah, untuk itu ketika sedang di dalam perantauan mereka berupaya mencari lidah masakan yang tepat. Oleh karena itu warteg bisa dijadikan pilihan yang tepat karena menyediakan menu masakan rumahan yang bisa menjadi pengobat rindu para perantau.
ADVERTISEMENT
Warteg menyebar ke semua penjuru di Indonesia dari mulai desa ke desa sampai kota-kota besar, bahkan sampai ke mancanegara. nama Tegal pun semakin tak asing lagi karena citra dari warteg ini yang membawakan nama daerahnya yaitu Tegal. Oleh karena itu patutlah berbangga sebagai warga Tegal karena kulinernya mampu membawa nama Tegal menjadi nama yang mendunia.
Warteg, Sebuah Nama yang Lebih Eksis diluar Kota Asalnya
Dilansir dari SuaraPantura.com menurut sejarawan JJ Rizal yang mengatakan bahwa dimulainya warteg yaitu ketika adanya kebijakan Presiden Soekarno yang memindahkan Ibu Kota dari Yogyakarta ke Jakarta dengan diikuti oleh migrasi penduduk yang mengadu nasib di ibu kota baru tersebut.
Pembangunan untuk mengubah menjadi ibukota tersebut terjadi secara besar-besaran mengakibatkan banyak penyerapan tenaga kerja, karena banyaknya tenaga kerja tersebut banyak yang membuka warung makan di sekitar proyek untuk menyediakan makanan para pekerja saat itu, hal tersebut akhirnya menjadi latar belakang berdirinya warung makan di ibukota. Alhasil karena sebagian besar pengusaha dan pemilik warung makan tersebut adalah orang Tegal. Maka dari itu warung tersebut diberi nama warung Tegal atau disingkat dengan warteg.
ADVERTISEMENT
Warteg memang dari Tegal tetapi faktanya di kota asalnya sendiri tidak ada warteg, di sana orang Tegal sendiri menyebutnya sebagai warung nasi biasa namun tetap sama isinya dengan warteg di kota-kota lain, hanya berbeda namanya saja, sama halnya dengan warung padang yang di daerahnya sendiri tidak ada nama warung padang, tetapi di luar kota asalnya nama warung padang sangat mudah dijumpai. Oleh karena itu ketika berada di Tegal dan mencari warteg tak usah bingung karena semua warung nasi di sana juga termasuk warteg hanya eksistensi penggunaan nama warteg saja yang minim dibandingkan dengan di luar kotanya.
Perkembangan Warteg Sebagai Kulinerisasi yang Menyesuaikan Zaman
Berbicara mengenai warteg tak bisa dilepaskan dari kesederhanaannya baik itu dari segi keramahan penjualnya, penggunaan kertas minyak yang menjadi pembungkusnya, sampai tempatnya. Ini menunjukkan warteg yang tak bisa lepas dari sebuah kesederhanaan, namun semakin berkembangnya zaman menjadikan para pengusaha warteg melakukan inovasi-inovasi terhadap warteg agar tetap menjadi kuliner yang tetap digemari masyarakat.
ADVERTISEMENT
Seiring berkembangnya zaman manusia tampil sebagai inovator yang mampu menciptakan kreaatifitasnya, seperti halnya warteg yang mampu menyesuaikan dengan zaman dan sebagai kulinerisasi yang terus berkembang agar tetap menjadi pilihan masyarakat. Perkembangannya bermula dari KOWANTRA atau singkatan dari Koperasi Warteg Nusantara yang didirikan di tahun 2011 ini sebagai wadah bagi para pengusaha warteg se-Jabodetabek dan Pantura. Kemudian dari kowantra inilah mulai banyak perkembangan-perkembangan yang lain sehingga warteg pun tetap menonjolkan jati dirinya sebagai kuliner daerah yang mampu bersaing dengan kuliner-kuliner lain.
Perkembangan zaman juga berdampak pada warteg, konsep tampilan warteg pun berubah menjadi kekinian seperti layaknya kafe-kafe, warteg kekinian pun melengkapinya dengan berbagai macam fasilitas modern seperti Wifi, pembayaran non-tunai, sampai bertransformasi menjadi sebuah layanan digital seperti aplikasi Wahyoo yang didirikan oleh Peter Shearer ini yang memberikan akses pembelian secara virtual sehingga memudahkan untuk masyarakat sekarang mengingat teknologi yang semakin hari semakin canggih penggunaan aplikasi ini diharapkan mampu menjadikan warteg sebagai kuliner yang menyesuaikan dengan zaman sekarang.
ADVERTISEMENT
Seperti itulah warteg yang menjadi kebanggaan dan citra dari Tegal sendiri, mungkin jika nama warteg tidak menggunakan nama Tegal sebagai kota asalnya, tentu tidak akan menjadi sebuah ikon dan mungkin orang tidak akan mengenal Tegal, terlebih para generasi milenial sekarang pun tak akan tahu jika tidak ada nama warteg. Oleh karena itu pentingnya untuk mengetahui dan melestarikan kuliner daerah karena ancaman globalisasi menjadikan kita lupa apa yang menjadi makanan kita sendiri dan sebagai warga asli Tegal tentunya harus berbangga karena kuliner kita mendunia kuliner kita kaya dan luar biasa.