Konten dari Pengguna

Indonesia di panggung D-8: Jembatan Diplomasi Asia dan Timur Tengah

19 Desember 2024 20:09 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sampe Purba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Sampe L. Purba
Presiden Prabowo belum lama ini bertolak ke Kairo, Mesir, untuk menghadiri KTT D-8. Dibandingkan dengan forum global lainnya seperti G7, G20, atau BRICS, publik Indonesia tidak terlalu kenal dengan Forum D-8. G7 yang beranggotakan Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat adalah forum tujuh negara maju terkemuka di dunia yang berkiblat ke Amerika Serikat dengan GDP nominal tahun 2023 sebesar $45 triliun. Fokus utama mereka adalah membentuk agenda kebijakan global dan mendominasi keputusan ekonomi dunia.
ADVERTISEMENT
Adapun G20 – di mana Indonesia termasuk di dalamnya – lebih dimaksudkan sebagai forum inklusif negara maju dan berkembang dalam meningkatkan kerja sama ekonomi dan keuangan global. BRICS yang beranggotakan negara non-Barat (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan) adalah kekuatan baru yang menantang G7, dengan tuntutan utama termasuk reformasi tata kelola ekonomi global. Kekuatan ekonomi BRICS juga lumayan kuat, dengan GDP $28 triliun.
Berbeda dari negara-negara besar di atas, Forum D-8 (Development 8) terdiri dari delapan negara berkembang (Turki, Bangladesh, Mesir, Iran, Indonesia, Malaysia, Pakistan, dan Nigeria), dengan total GDP $4,8 triliun. Kebetulan, kedelapan negara ini memiliki penduduk mayoritas beragama Islam. Selama ini yang diakui sebagai pemimpin de facto adalah Turki.
ADVERTISEMENT
Hal ini dapat dimaklumi, mengingat posisi geopolitik Turki yang menghubungkan Eropa, Asia, dan Timur Tengah. Turki juga merupakan penghubung utama jalur perdagangan energi yang mengalirkan minyak dan gas dari Timur Tengah dan Asia Tengah ke Eropa. Selain mewarisi kebesaran Dinasti Ottoman – Turki adalah satu-satunya anggota NATO yang pernah menembak jatuh pesawat Sukhoi Su-24 Rusia yang dianggap melanggar wilayah udara Turki pada tahun 2015. Di bidang ekonomi, Turki adalah salah satu negara berkembang yang sukses dengan hilirisasi. Manufaktur, pariwisata, dan teknologi adalah andalannya.
Dengan Turki, Indonesia telah menjalin kerja sama yang erat di bidang teknologi dan pertahanan yang mencakup berbagai proyek strategis dan melibatkan transfer teknologi serta produksi bersama. Beberapa proyek tersebut, seperti pengembangan tank medium, sistem simulator, kemaritiman, teknologi drone, dan pengadaan rudal, diinisiasi pada zaman Prabowo sebagai Menteri Pertahanan.
ADVERTISEMENT
Geopolitik, Geostrategis, dan Geoekonomi
Mengingat posisi strategis Turki, kita harus memahami lebih dalam konsep-konsep geopolitik, geostrategis, dan geoekonomi yang menjadi dasar hubungan internasional dan kebijakan luar negeri.
Geopolitik adalah studi tentang bagaimana faktor geografis mempengaruhi politik dan hubungan internasional. Geostrategis melibatkan strategi penggunaan kekuatan militer dan aliansi politik berdasarkan faktor geografis untuk mencapai tujuan politik. Geoekonomi adalah analisis ekonomi yang mempertimbangkan faktor geografis, seperti akses sumber daya dan jalur perdagangan, untuk mencapai tujuan politik dan strategis.
Tantangan dan Fokus Indonesia di Asia dan Timur Tengah
Indonesia akan menjadi tuan rumah D-8 berikutnya pada tahun 2026. Dengan kapasitas, pengalaman, dan visi besar, Presiden Prabowo, seorang berlatar militer dengan kekuatan taktis (Danjen Kopassus) dan kekuatan strategis (Panglima Kostrad), akan dapat mentransformasikan peran Indonesia dalam kancah diplomasi dunia, dan tidak hanya sekedar pemanis di forum D-8.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks geopolitik, D-8 merupakan forum yang tepat untuk mendukung kedaulatan ekonomi. Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN akan dapat memainkan peran sebagai pemain utama negara berkembang. Kepentingan nasional Indonesia di bidang energi, pangan, dan teknologi akan dapat diartikulasikan dengan lebih baik. Indonesia juga dapat mendorong terwujudnya visi D-8 untuk perdagangan antar anggota yang diproyeksikan mencapai $500 miliar pada tahun 2030.
Di tingkat regional, Indonesia dapat menjadi jembatan antara negara anggota di Asia Tenggara dan Timur Tengah, serta berpotensi sebagai katalisator kerja sama lintas kawasan. Kerja sama dalam forum D-8 juga dapat mendorong kolaborasi multilateral dalam mengisi celah yang belum dijangkau atau kurang memenuhi aspek strategis kebutuhan negara berkembang yang sering digaungkan di forum G20 atau WTO. Contoh nyata adalah tekanan ekonomi yang timbul berkaitan dengan perubahan iklim dunia yang terlalu membebani negara berkembang di bidang pasar, teknologi dan pembiayaan.
ADVERTISEMENT
Peran Indonesia di Afrika dan Timur Tengah
Hubungan Geostrategis Indonesia-Nigeria Nigeria, sebagai perwakilan Afrika di D-8, memiliki peran penting dalam hubungan strategis dengan Indonesia. Kedua negara ini berbagi banyak kesamaan sebagai negara berkembang dengan populasi besar dan ekonomi yang sedang tumbuh. Kerja sama di bidang energi, terutama dalam eksplorasi dan produksi minyak dan gas, dapat menjadi fokus utama. Selain itu, Indonesia dan Nigeria dapat memperkuat kerja sama dalam bidang pertanian, teknologi, dan pendidikan untuk saling mendukung pembangunan nasional masing-masing. Sebagai perwakilan dari benua yang berbeda, sinergi antara Indonesia dan Nigeria di D-8 juga bisa menjadi model kerja sama selatan-selatan yang efektif.
Hubungan Geostrategis Indonesia-Mesir Mesir, yang diakui sebagai salah satu kiblat dunia Islam, memiliki peran strategis dalam membangun hubungan yang lebih erat dengan Indonesia. Sebagai salah satu negara yang memiliki posisi penting di Timur Tengah, Mesir dapat menjadi mitra kunci Indonesia dalam diplomasi regional. Kerja sama di bidang pendidikan, kebudayaan, dan pariwisata dapat ditingkatkan, mengingat kedua negara memiliki warisan budaya yang kaya. Selain itu, hubungan ekonomi, terutama dalam perdagangan dan investasi, dapat diperkuat untuk memberikan manfaat bagi kedua negara.
ADVERTISEMENT
Dukungan Indonesia untuk Iran Indonesia juga dapat memainkan peran penting dalam memberikan dukungan kepada Iran yang mendapat tekanan dari Barat. Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki posisi moral yang kuat untuk mendorong dialog dan kerja sama dengan Iran. Melalui forum D-8, Indonesia dapat memfasilitasi diskusi tentang isu-isu penting seperti keamanan energi, stabilitas regional, dan kerja sama ekonomi yang inklusif. Indonesia juga dapat mendorong pendekatan diplomatik yang lebih seimbang untuk mengurangi ketegangan dan mempromosikan perdamaian di kawasan.
Kunjungan Presiden Prabowo ke Timur Tengah juga mencerminkan resonansi positif di dalam negeri. Perhatian Prabowo terhadap Timur Tengah yang sedang dilanda konflik – di mana Iran merupakan salah satu aktor penting – memungkinkan Indonesia untuk menitipkan pesan-pesan perdamaian dan kerja sama. Ini mencerminkan peran strategis Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dan anggota kunci dari D-8.
ADVERTISEMENT
Catatan Penutup. Partisipasi Indonesia dalam KTT D-8, yang secara simbolis terwakili oleh angka 8 yang identik dengan Presiden Prabowo, diharapkan akan memperkuat peran strategis Indonesia di kancah internasional. Dalam lanskap diplomasi global yang semakin kompleks, posisi Indonesia sebagai jembatan antara Asia Tenggara dan Timur Tengah memungkinkan kita untuk menavigasi dinamika geopolitik dengan bijaksana, sambil mengedepankan prinsip-prinsip perdamaian dan kerja sama. Melalui diplomasi yang proaktif dan terarah, Indonesia dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam membentuk arsitektur global yang lebih adil dan inklusif, sekaligus memastikan bahwa kepentingan nasional tetap terjaga dan diberdayakan.
Sampe L. Purba – Doktor Geostrategi Universitas Pertahanan, Alumni Lemhannas RI