Kremasi - Peristiwa Budaya atau Agama ?

Konten dari Pengguna
30 Maret 2020 11:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sampe Purba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Oleh : Sampe L. Purba
Pengantar
Tulisan ini akan mengulas sepintas hal kremasi atau pengabuan jenazah. Aspek historis, kultur dan sedikit religiositas akan disinggung. Perspektif yang digunakan adalah dari dunia kekristenan.
ADVERTISEMENT
Dalam berbagai praktek dewasa ini, yang kita lihat pada umumnya adalah bahwa orang yang meninggal dunia dikuburkan. Berbagai gereja memiliki aturan dan S.O.P atau sakramen ritual penguburan orang yang telah meninggal. Dalam sakramen penguburan, Pendeta, Pastor atau Parhalado yang memimpin acara antara lain berkata lebih kurang “ Hai Polan …., kamu berasal dari tanah, kembalilah ke tanah. Beristirahatlah dengan damai hingga hari kebangkitan kelak”, sambil menjatuhkan beberapa jumput tanah ke atas peti mati di liang kubur orang yang meninggal tersebut.
Penguburan jenazah, sebagian didasari dengan argumen bahwa pada pada hari kiamat, di mana Tuhan akan datang kelak akan didahului dengan bangkitnya orang orang yang telah meninggal dari liang kuburnya. Begitu letterlijknya ayat ini terkadang dipahami. Saya pernah mengunjungi satu kompleks pekuburan tua di New Orleans, Lousiana. Di sana ada satu kuburan bertingkat, karena lahan terbatas. Namun di setiap tingkat, ditaruh tanah, agar menyatu dan mengingatkan yang meninggal itu kelak di hari kebangkitan.
ADVERTISEMENT
Apa betul itu letterlijk/ harfiah maknanya ? Bagaimana dengan orang yang matinya tidak wajar, misalnya dimakan binatang buas, dan binatang itupun dimakan binatang lainnya. Atau orang yang hangus terbakar, atau mendonasikan sebagian organ tubuhnya kepada orang lain. Bagaimana bangkitnya kelak. Saya menjawab sendiri pertanyaan tersebut. Bukankah itu otoritas dan kemahakuasaan Tuhan. Beliau dapat membuat apapun seturut dan sekehendakNya. Beliau berada di atas hukum hukum alam, hukum materi atau hukum anti materi. Lalu, saya menjawab dialog tersebut. Nah kalau begitu, tentu saja Tuhan dapat juga kelak membangkitkan orang dari debu hasil pembakaran jasadnya. Haddeuh, pertanyaan akan berputar jawab looping. Biarlah ini menjadi hahomion/ misteri iman.
Aspek tradisi dan praktek penguburan dalam Alkitab
ADVERTISEMENT
Bagaimanakah sebetulnya tradisi, praktek ajaran Alkitab maupun para penganutnya di kemudian hari mengenai perlakuan terhadap jenazah orang yang telah meninggal.
Alkitab tidak mengatur secara khusus bagaimana tata cara penguburan orang meninggal. Beberapa contoh diberikan di bawah ini.
Henokh dan Elias terangkat ke surga, hidup hidup (Kej. 5,24; 2 Raja-raja 2, 11)
Musa meninggal, dikubur. Yang menguburkan Allah sendiri, di sekitar Moab, seberang sungai Yordan, di sisi Yordania yang sekarang. Tidak ada yang tahu persis lokasi kuburannya.
Abraham – Patriach - memilih ada kompleks pekuburan keluarga, namanya goa Makhpela, di Mamre. Mirip partambakan dalam tradisi orang Batak, Dibeli kontan dari penguasa setempat di tanah Kanaan, ketika keluarga mereka masih pendatang di sana. Kej.23,20.
ADVERTISEMENT
Pekuburan tersebut bagi mereka. Abraham, isteri dan mantunya dikuburkan di situ. Puluhan tahun kemudian, ketika Yakub (level cucunya) meninggal di Mesir, Yusuf yang saat itu sebagai Perdana Menteri Firaun, dengan diiringi serombongan pasukan besar dan megah mengiringkan jenazah ayahnya Yakub untuk dikuburkan di kompleks Makhpela. Itu berjarak lebih dari 400 km dari tanah Gosyen, Mesir (Kej.50,14).
Adapun Yusuf, ketika meninggal adalah dibalsem, dimummi dan disimpan di peti mati. Rupanya, ketika dia telah tua, rezim di Mesir telah berganti, dan jenazahnya tidak dapat dihentar anak anaknya ke Makhpela. Yusuf sebelumnya berpesan agar kelak tulang tulangnya dibawa ke kompleks pekuburan Ompungnya itu (Kej. 50,25).
Saul, Raja pertama orang Israel, meninggal di palagan perang di daerah musuh. Mayatnya dengan baik dikubur penduduk setempat. Daud, pengganti Raja Saul, berterima kasih dan memberkati orang orang yang memberlakukan mayat Raja Saul, yang sekaligus mertuanya tersebut, dengan baik (2 Samuel 2,4).
ADVERTISEMENT
Alkitab juga pernah mencatat ada profesi pembakar mayat, kremasi pada istilah sekarang. Orang itu ialah paman Nabi Amos (Amos 6,10).
Bagaimana dengan pemberlakuan mayat pada masa perjanjian baru ?
Mayat pada masa itu cukup dibalsem, dikafani lalu diletakkan dalam satu gua batu, dibiarkan mengering hingga rapuh. Ini mirip dengan pekuburan di beberapa daerah di Toraja yang kita kenal sekarang. Lazarus ( Yoh 11,38) dan Yesus dikubur dengan cara demikian (Mat.27,60).
Aspek Kultur, budaya dan kesejarahan
Bagaimana dengan praktek ritual penguburan di dalam berbagai kultur/ budaya yang lain.
Kalau pergi ke suatu negeri, jika sempat, selain ke museum, saya menyukai kunjungan ke kompleks pekuburan. Itu adalah ukiran artefak perjalanan budaya. Kaisar-Kaisar Tiongkok Kuno memiliki pekuburan yang letaknya dipercaya memberi pengaruh kepada kesejahteraan keturunannya kelak. Ada Feng Shuinya. Yang favorit adalah yang membelakangi gunung, menghadap landai dan ada sungai yang mengalir. Di Xi’an ibu kota Provinsi Shaanxi di Barat Laut Beijing terdapat kuburan Kaisar dinasti zaman dulu. Yang terkenal adalah kuburan mewah bawah tanah Emperor Qinshihuang (Dinasti ketiga). Tidak jauh dari situ, ada Terakotta, di mana tiruan para prajurit dan kereta perangnya juga dikubur. Xi’an dan Emperor tombs adalah salah satu tempat favorit tujuan wisata dewasa ini. Benar juga ya. Sudah dikuburpun, kompleks pekuburannya dapat menghasilkan uang.
ADVERTISEMENT
Di Mesir beda lagi ceritanya. Tentu Bapak/ Ibu yang senang dengan filem filem kuno seperti Indiana Jones dalam Filem Tomb Raider dan sejenisnya, dapat mengikutinya. Pekuburan adalah istana kedua menuju alam yang berbeda.
Karl Marx, itu embahnya Sosialisme Komunisme, kuburannya berada di kompleks kuno di daerah Highgate cemetery, sekitar 30 menit dengan trem ke arah timur dari stadion Wembley, London. Saya pernah ke sana. Juga berdoa bertafakur. Di kompleks itu, tokoh tokoh besar lainnya juga beristirahat, seperti Immanuel Kant. Lintas agama dan aliran pemikiran.
Bung Karno lain lagi. Beliau mewasiatkan untuk dikubur di Buitenzorg/ Bogor, di bawah pohon rindang Beliau mewasiatkan agar di nisannya cukup ditulis … disini beristirahat Bung Karno, penyambung lidah rakyat Indonesia. Permintaannya yang kedua dipenuhi. Tapi kuburannya ada di Blitar, dekat dengan pusara orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Guru Nahum Situmorang, komponis besar orang Batak, yang juara kedua di bawah Wage Rudolf Supratman dalam festival menggubah lagu Kebangsaan, juga berharap makamnya ada di Pulau Samosir yang indah eksotik menatap ke danau. Faktanya, kuburannya ada di Medan, di sekitar Jalan Gajah Mada dekat dengan Perpustakaan Pemerintah Kota.
Bagaimana dengan kremasi/ pembakaran jenazah ?
Beberapa agama atau tradisi ada yang mempraktekkan, menganjurkan atau memperbolehkan pengabuan, misalnya Budha, Hare Krishna atau Hindu serta beberapa denominasi kekristenan.
Tradisi penguburan jenazah di Barat baru dimulai pada abad ke 4 ketika gereja Romawi resmi menetapkan agama kristen sebagai agama Negara. Tradisi penguburan tersebut, dengan pemahaman dan penafsiran bahwa kelak orang mati akan bangkit dari kubur pada masa kedatangan Yesus kedua kali.
ADVERTISEMENT
Namun seiring dengan alasan higienis dan terbatasnya lahan di perkotaan, praktek tersebutpun tidak sepenuhnya lagi diikuti. Apalagi seperti ditunjukkan di atas, karena ada berbagai varian dalam cerita penguburan jenazah dalam cerita alkitab, maka tata cara penguburan pun dapat bervariasi.
Puncaknya adalah ketika terjadi wabah pandemi beberapa kali di dunia, seperti di Eropa pada abad ke empatbelas (black death) dan juga di Timur Tengah, India dan Tiongkok yang membunuh manusia hampir 75 juta orang. Untuk mencegah penularan dan juga karena kewalahan dan tidak ada lahan maupun tukang kubur, mayat mayat dibakar. Hal yang sama berulang kembali pada abad ke 17. Gereja menyikapinya dengan membolehkan pilihan penguburan dalam tanah, atau dengan cara kremasi.
ADVERTISEMENT
Grafik : Jenis Pandemik dalam lintasan Sejarah. Angka Kematian dalam jutaan.
Grafik : Jenis Pandemik dalam lintasan Sejarah. Angka Kematian dalam jutaan.
Sumber : https://www.statista.com/statistics/709374/deadliest-pandemics-in-history-worldwide/
Hitler beda lagi pendekatannya. Pada masa perang dunia kedua, sang jagal diktator ini, karena sedemikian banyak orang Jahudi yang ditangkapi dan ditahan di berbagai kamp konsentrasi, pada zaman Holocaust, makanan dan kuburan tidak cukup. Peluru mahal. Dia mengirim tahanan ke kamar gas, di mana orang mudah menjadi mayat, melepuh menjadi debu dengan volume dan massa minimal. Proses pembunuhan yang cepat, berbiaya murah dan efektif. The Final Solution
Praktek penguburan jenazah pada zaman modern
Di dunia ini, sekitar 50 juta orang meninggal setiap tahun. Lahan tidak bertambah luas. Di beberapa wilayah perkotaan, lahan pekuburan berdesak dan berebutan dengan pengembangan kota. Pekuburanpun bertindih tindih. Kompleks pekuburan umum yang zonasinya berdasarkan agama juga menjadi berdesak desakan. Orang yang suami isteri terkadang menggunakan liang yang sama, kalau pasangannya sudah agak lama meninggal. Stephen Hawkings sang Fisikawan angkasa raya, yang tidak tahu di mana itu letak surga, ketika meninggal dua tahun yang lalu memilih dikremasi
ADVERTISEMENT
Ali Sadikin, Gubernur yang memodernisasi Jakarta zaman dulu, konon pernah mengusulkan agar orang yang meninggal dikremasi. Hal tersebut diusulkannya karena beliau menghitung daya dukung lingkungan terhadap perkembangan penduduk dan kota. Usulannya itu mendapatkan tentangan dari masyarakat utamanya pimpinan dan tokoh tokoh agama. Tokoh besar HAMKA termasuk yang menentangnya.
Dewasa ini, di kota kota besar seperti Jakarta, Bandung atau Surabaya di mana warga gereja datang dari berbagai tradisi dan suku bangsa, ada juga denominasi gereja yang membolehkan dan membebaskan warganya memilih kalau meninggal atau ada anggota keluarganya yang meninggal, untuk dikubur atau dikremasi.
Praktek dan ritual upacara adat meninggal dalam habatahon
Zaman dulu ada juga satu kisah, di mana ada sub ranting marga tertentu yang mempraktekkan kremasi/ pembakaran jenazah. Menurut hikayat, ada dua bersaudara yang membawa ibunya yang sudah tua, merantau. Si ibu yang tua meninggal, di tempat mereka maisolat/ nompang hidup ala nomaden. Karena harus berpindah pindah, mayat ibunya dibakar, debunya dibawa dalam tabu-tabu. Praktek tersebut diikuti keturunannya, sebagai bagian dari penghormatan dan mengikuti kisah leluhurnya.
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, praktek yang berlaku adalah dengan penguburan. Bahkan dalam kasus normal, terutama di bona pasogit, jenazah dibiarkan berhari hari sebelum dikubur. Ada perayaan, musik, tarian dan nyanyian. It’s more as a festivy rather than as mourning event. Mangalindakhon na adong. Syukuran kepada Tuhan, sambil menjamu rekan sahuria, satu kesatuan koor, hula-hula, handai tolan dan saparadatan. Pesta, terutama karena yang meninggal itu berumur tua, berketurunan orang orang baik, yang maduma jala matakkang manjuara. Saur matua.
Jkt, 30 Maret 2020