Tentang Harga Minyak Itu

Konten dari Pengguna
22 April 2020 8:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sampe Purba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tentang Harga Minyak itu
Oleh : Sampe Purba
Belakangan ini banyak kalangan yang mempertanyakan mengapa harga BBM (Bahan Bakar Minyak) di Indonesia, baik yang dikelola oleh Pertamina dan mitranya, maupun oleh SPBU swasta lainnya seperti Shell, Total, dan yang lainnya tidak turun. Pertanyaan tersebut dalam beberapa hal ada relevansinya, namun banyak diantaranya yang keliru, salah kaprah atau politicking.
ADVERTISEMENT
Untuk membantu meletakkan dalam konteks, serta menempatkannya dalam perspektif yang lebih berimbang dan fair, tulisan berikut mencoba memberi beberapa penjelasan, dan membagi dalam tiga bagian
Pertama :
Harga acuan yang digunakan.
Harga minyak dunia, seperti index Brent, WTI atau Oman telah turun, pada level yang sangat rendah, di 20 an dolar, dari harga normalnya di sekitar 60 an. Hal itu dipicu oleh beberapa hal, seperti over produksi dan keterlambatan produsen utama dunia untuk memangkas produksi. Mengenai hal itu silakan direfer ke artikel saya sebelumnya OPEC Plus : Jurus Lima Pendekar Flamboyan Dalam Perang Minyak. Juga artikel orang lain yang membahasnya. Intinya adalah Produksi melimpah, sementara permintaan rendah. Perekonomian global mengkerut sehubungan dengan pandemik COVID 19.
ADVERTISEMENT
Grafik : Pertumbuhan Ekonomi Global yang Mengkerut
Courtesy : Rystard Energy, March 2020
Sayangnya, banyak pengamat yang kurang tepat (entah sengaja atau tidak), dalam menunjukkan dan memperbandingkan referensinya. Brent, WTI atau Oman Index adalah records indeks pergerakan harian harga minyak mentah di pasar bursa. Minyak Mentah Indonesia yang dikenal dengan ICP (Indonesia Crude Price) mengacu kepada pergerakan rata-rata beberapa jenis minyak mentah tertentu di pasar dunia yang dekat propertiesnya dengan minyak mentah di Indonesia, pada bulan sebelumnya. Dengan melakukan adjustment dan respon pasar historis, harga minyak mentah Indonesia ditetapkan pada awal bulan yang berlaku selama satu bulan ke depan.
Properties (API degree) jenis minyak (sweet,sour, light, heavy), likuiditas perdagangannya dan metode penentuannya berbeda-beda, walau korelasi positifnya tetap ada. Dengan demikian, tidak tepat memperbandingkan WTI atau Brent Index yang bergerak harian dengan ICP yang predetermined setiap awal bulan. Bahkan antara Brent, WTI dan Oman Index pun berbeda – beda. Pada situasi normal, minyak WTI rata-rata lebih rendah dari minyak yang terindeks di Brent sekitar $ 3 – 5 per barel.
ADVERTISEMENT
Kenapa ICP ditetapkan bulanan dan tidak harian ? ICP tujuan utamanya adalah sebagai basis perhitungan para pihak secara accounting untuk menghitung penggantian biaya operasi, bagi hasil migas dan perhitungan pajak. ICP tidak dirancang untuk sebagai instrument quotation dalam perdagangan harian di bursa.
Bagaimana dengan BBM ?.
BBM atau produk adalah hasil pengolahan minyak mentah. Indeks yang umum dan banyak digunakan sebagai referensi adalah Indeks Argus dan Indeks Platt. Produk BBM yang diperdagangkan di kedua indeks tersebut tidak sama, namun dapat ditentukan kedekatannya. Indeks ini terutama adalah merupakan acuan bagi para pedagang BBM, kilang minyak, maupun produk petrokimia yang merupakan turunan olahan dari minyak mentah dan gas.
Antara Indeks Produk BBM dan Index minyak mentah, umumnya memiliki korelasi positif, tetapi tidak persis identik. Harganya juga berbeda. Dalam kasus normal, indeks harga produk dapat lebih tinggi di kisaran di atas $ 10 terhadap indeks harga minyak mentah.
ADVERTISEMENT
Grafik : Korelasi WTI, ICP dan Naphta (Mei 2017 – Des 2019)
Sumber : Diolah
Kedua : Penentuan harga BBM di Indonesia
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-1/2003 yang menguji konstitusional pasal 28 ayat 2 dan 3 Undang – undang migas, dalam pertimbangannya pada butir 6 antara lain menyebutkan bahwa “harga bahan bakar minyak dan harga gas bumi dalam negeri ditetapkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan kepentingan golongan masyarakat tertentu ….”.
Dengan demikian maka adalah keliru kalau ada yang memaksakan naik turunnya harga BBM di pasar global serta merta tercermin dalam harga BBM domestik.
Tugas utama Pemerintah dalam kebijakan BBM adalah memastikan ketersediaan BBM di seluruh Indonesia (availability) pada harga yang terjangkau (affordability) serta dapat diperoleh dengan mudah (accessibility), serta berkelanjutan (sustainability). Harga produk BBM di indeks pasar Singapura (Platt atau Argus), tentu tidak boleh dan tidak mungkin serta merta dan seketika menjadi acuan untuk menentukan harga BBM di daerah daerah pedalaman yang tertinggal, terdepan dan terpedalaman.
ADVERTISEMENT
Penyediaan BBM satu harga hingga ke pedalaman, terlepas bahwa pembelinya terbatas dan alat transportasinya mahal, tetap diusahakan Pemerintah secara bertahap. Itulah arti keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Harga acuan di pasar Singapura, tentu tidak dapat diapplikasikan untuk harga di pedalaman Papua misalnya. Harga BBM yang berubah dinamis serta tak menentu di pasar dunia juga sedapat mungkin harus dinetralisir, sehingga ada kepastian.
Pemerintah berhitung dengan cermat, apakah harga BBM di pasar dunia yang sekarang bersifat konstan, temporer atau sebuah anomali. Dalam konteks inilah Pemerintah melalui Kementerian ESDM melakukan pengaturan lebih lanjut.
BBM di Indonesia secara garis besar terdiri dari tiga kategori, yaitu jenis BBM Tertentu (JBT), yaitu minyak tanah (kerosene) dan minyak solar (CN48), serta jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) yaitu Bensin RON 88. Formula dasar untuk harga jenis BBM ini diatur dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 62 K/10/MEM/2019. Jenis BBM Ketiga adalah jenis BBM Umum (JBU) yang diatur dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 62.K/12/MEM/2020. Bagaimana menghitung formula dasar ke berbagai jenis BBM dapat mempelajarinya di situ. Tersedia dan bebas diakses/ digoogling.
ADVERTISEMENT
Dalam tahun 2019, Jumlah BBM yang disalurkan di Indonesia lebih dari 67 juta kilo liter. Sekitar 17,5% di antaranya adalah bensin RON 88, dan 47 % minyak solar CN 48. Artinya sebanyak 64% lebih BBM yang disalurkan adalah BBM yang bersubsidi dan di bawah harga pasar. Pertamina adalah pelaksana utama penyediaan dan pendistribusian BBM tersebut hingga jauh ke pelosok-pelosok, yang sama sekali tidak ekonomis. Bahkan sebagian harus ditransportasikan menggunakan Pesawat terbang.
Dalam formula di atas, elemen biaya transportasi, distribusi dan storage yang diberikan penggantian oleh Pemerintah kepada Pertamina adalah tetap. Selisih kekurangannya merupakan beban korporasi. Sesuai dengan peraturan perundang undangan kita, mekanisme penggantian selisih/ subsidi harga oleh Pemerintah kepada Pertamina, setelah pagu indikatif kuota ditetapkan di APBN, pengembaliannya harus menunggu audit yang dilakukan oleh BPK. Artinya ada jeda waktu antara pengeluaran uang oleh korporasi dengan penggantiannya dalam sistem keuangan kita. Instansi dan institusi institusi tersebut adalah representasi kepentingan masyarakat kita. Bernegara itu adalah taat dengan sistem. Itulah sistem tata kelola, governance dan internal check antara Pemerintah, Korporasi, Parlemen dan Auditor Negara.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya harga BBM JBT dan JBKP itu adalah bersubsidi. Mengingat keterbatasan kemampuan keuangan Pemerintah serta prioritas pembangunan, Pemerintah sangat berharap dan menghimbau kesadaran masyarakat agar BBM bersubsidi itu tepat sasaran, hendaknya hanya dibeli oleh kelompok masyarakat tertentu yang dianggap layak menerima subsidi. Selain itu patut dicatat bahwa Pertamina membeli minyak mentah atau produk adalah dengan harga US dolar, sedangkan penjualan di dalam negeri adalah dengan rupiah. Dengan demikian, untuk setiap pelemahan rupiah terhadap dolar, maka Pertamina terekspose ke rugi transaksi valuta.
Berdasarkan informasi dan penjelasan Pertamina dalam rapat dengan DPR diketahui bahwa sebagai akibat pandemik CoVid 19, beban keuangan Pertamina menjadi lebih berat. Di tingkat hilir, omzet penjualan BBM menurun drastis. Di tingkat hulu, banyak program eksplorasi dan pengembangan proyek harus disesuaikan. Sementara biaya biaya operasional perusahaan tidak turun secara paralel.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun yang lalu, ada tagline Pertamina yang sangat memasyarakat "Pertamina untung, rakyat untung". BUMN hadir untuk negeri. Itu betul. BUMN termasuk Pertamina di dalamnya memiliki peran ganda, yaitu sebagai penopang keuangan negara melalui setoran dividen, tetapi juga sekaligus agen pembangunan. Dalam konteks agen pembangunan, BUMN diminta untuk melaksanakan misi negara, seperti pembangunan infrastruktur, menjaga kestabilan harga, penyediaan BBM dari Sabang - Merauke, Pulau Miangas - Rote. Pemerintah dan Korporasi melakukannya secara bertahap disesuaikan dengan prioritas dan strategi pembangunan, serta tetap menjaga agar korporasi tetap sehat. Korporasi yang sehat, memungkinkannya untuk berkiprah dan dipercaya di pasar global seperti untuk pemasaran, ekspansi usaha maupun pendanaan.
Pemerintah tentu saja mencermati kondisi dinamis di masyarakat dan di pasar global. Penyesuaian harga BBM tetap dimungkinkan dengan memperhatikan berbagai faktor secara komprehensif. Termasuk di dalamnya adalah antisipasi dalam hal harga produk di pasar global kembali ke titik normal.
ADVERTISEMENT
Ketiga : Benarkah harga minyak mentah menjadi negatif ?
Ramai diberitakan bahwa harga minyak di pasar dunia negatif. Sebetulnya yang negatif adalah di pasar perdagangan kontrak jangka panjang. Di pasar kertas (paper market). Dalam dunia perdagangan ada yang disebut pasar nyata, yakni transaksi dengan penyerahan barang secara nyata. Selain itu ada juga pasar berjangka.
Pasar berjangka ada dua jenis, yakni pasar dengan kontrak penyerahan barang tertentu, pada harga dan jumlah tertentu pada waktu yang disepakati. Jenis ini dikenal dengan future dan forward market. Future market terstandardisasi baik mengenai bentuk kontrak, model penyerahan fisik atau role-over, hukum yang mengatur, serta settlementnya. Pembeli dan penjual bertransaksi melalui pialang (broker) berlisensi. Sedangkan forward market lebih fleksibel. Bahasa populer kita dapat dilaksanakan secara adat (over the counter).
ADVERTISEMENT
Pasar yang kedua adalah pasar derivatif, yakni pasar yang memberi hak opsi untuk membeli komoditas tertentu (underlying asset) pada harga tertentu di masa depan, yang dikenal dengan call option, atau menjual barang pada harga tertentu di masa depan yang disebut dengan put option.
Future market maupun derivative market pada dasarnya adalah proxy ekspektasi dari harga komoditas ke depan. Pasar futures energi yang terkenal adalah NYMEX di New York dan CME (Chicago Mercantile Exchange). Pasar Future, Forward dan Pasar Derivatif pada dasarnya adalah pasar kertas. Para pedagang (trader), spekulan atau yang memiliki kebutuhan nyata untuk memastikan harga di masa yang akan datang, mengambil kebijakan lindung nilai (hedging) atau sekedar berspekulasi.
Harga minyak di pasar future negatif terjadi adalah karena pemegang kontrak yang akan membeli minyak (long position), memiliki kewajiban nyata harus mengambil minyak secara fisik pada bulan tertentu, sementara tempat penampungan minyak tersebut tidak ada. Penampungan minyak yang dimaksud telah meliputi tangki storage, kapal kapal tanker dan tangki penyimpanan strategis.
ADVERTISEMENT
Grafik berikut menunjukkan bahwa kapasitas tangki timbun (storage) global minyak mentah telah penuh, bahkan telah melebihi kapasitas operasionalnya. Hal tersebut terjadi karena minyak yang diproduksi tidak tersalurkan.
Grafik kapasitas penampungan minyak Januari 2020 – Juni 2020
Sumber : IEA April, 2020
Dalam contoh yang terjadi di NYMEX kemarin atas minyak WTI adalah kontrak dengan kode CLK20 ditutup pada harga -$37.63 per barel, dari harga penutupan pada hari sebelumnya $18,27 pada jam 5 sore penutupan bursa untuk kontrak penyerahan terakhir di bulan Mei 2020. Saya melihat ini lebih merupakan kondisi psikologis semata dari pada faktor fundamental.
Grafik pergerakan harga minyak berjangka WTI di bursa NYMEX 17 April - 21 April 2020
Sumber : Refinitiv
Volume yang ditransaksikan pada jam tersebut relatif rendah, dan kemungkinan pelakunya adalah pemilik kilang minyak, atau spekulan yang berharap aksinya akan diikuti oleh pasar. Faktanya, pasar tidak terlalu bereaksi, karena begitu bursa dibuka keesokan harinya untuk kontrak future di bulan Juni, harga telah bergerak ke $20,43.
ADVERTISEMENT
Epilog
Bagaimana sebaiknya Indonesia bersikap
Saat ini harga minyak sedang rendah rendahnya, pada kisaran $30 an, sedangkan APBN tahun 2020 telah menghitungnya pada asumsi harga $63. Indonesia memerlukan minyak impor setiap hari untuk memenuhi kebutuhannya, baik dalam bentuk minyak mentah atau produk BBM
Secara garis besar, kebutuhan minyak indonesia pada waktu normal adalah equivalen 1,6 juta barel per hari, sedangkan produksi domestik hanya pada kisaran 750.000 barel per hari. Artinya diperlukan minyak mentah atau produk lebih kurang 800.000 hingga 900.000 barel ekuivalen per hari.
Sementara Indonesia masih sedang mempersiapkan Strategic Petroleum Reserves, model perdagangan berjangka di pasar Future derivative adalah salah satu pilihan. Harga minyak yang murah dapat dibeli sekarang tanpa harus perlu memiliki fasilitas bunker, menyediakan dana besar untuk volume yang dikehendaki dan lain-lain. Tergantung kepada yang tersedia di pasar Futures, volume dan jangka waktu kontrak dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan minyak di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Terima kasih
22 April 2020
Penulis : Mahasiswa Doktoral Manajemen Pertahanan
Aktif di Komunitas Energi Global