Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
4 Faktor Penentu Kemenangan di Pilkada DKI 2024
28 Juni 2024 12:10 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari samsul marpitasa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika tidak ada halangan yang luar biasa maka bisa dipastikan Pilkada DKI akan diadakan pada 27 November 2024. Kendati masih 4 bulan lagi namun gaungnya semakin santer terdengar. Beberapa partai sudah mulai mengambil ancang-ancang dan melakukan pertemuan untuk membahas Pilkada DKI 2024 sebagai upaya mengatur strategi demi meraih kemenangan nanti.
ADVERTISEMENT
Beberapa partai bahkan sudah terang-terangan mengusung bakal calonnya masing-masing. Misalnya DPW PKB Jakarta secara resmi telah mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon Gubernur DKI 2024. Kemudian disusul oleh PKS yang pada awalnya mengusung Mohamad Sohibul Iman sebagai bakal calon gubernur DKI 2024. Tapi kemudian berubah dengan mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon gubernur dan Sohibul Iman sebagai bakal calon wakil gubernurnya.
Partai lainnya masih belum terang-terangan mengusung bakal calonnya masing-masing. Namun demikian sudah ada nama yang mulai santer terdengar, misalnya Ridwan Kamil, mantan Gubernur Jawa barat yang konon kabarnya akan diusung oleh Partai Golkar dan Gerindra dan digadang-gadang akan menjadi lawan berat Anies Baswedan.
Siapa pun calonnya nanti yang akan diusung, paling tidak harus memperhatikan 4 hal ini yang bisa menjadi faktor penentu kemenangan di Pilkada DKI 2024, di antaranya:
ADVERTISEMENT
1. Politik identitas
Sejarah kelam Pilkada DKI 2017 yang bersaing antara pasangan Ahok-Djarot VS Anies-Sandi tidak boleh terulang kembali. Pilkada waktu itu banyak sekali diwarnai oleh isu politik identitas, menarik isu agama terlalu jauh ke dalam politik praktis harus dihindari. Alih-alih berharap mendulang simpati serta suara, malah akan sebaliknya menjadi bumerang yang akan memancing rasa antipati masyarakat.
2. Rekam jejak
Rekam jejak pasangan calon akan memberikan kontribusi yang sangat signifikan di dalam memperoleh suara masyarakat pemilih. Sejarah mencatat pasangan calon yang memiliki rekam jejak baik akan mendulang suara dominan di dalam kontestasi baik di tingkat kota/kabupaten maupun provinsi bahkan nasional.
Misalnya terpilihnya Jokowi dan SBY untuk kedua kalinya, karena masing-masing mereka dianggap memiliki rekam jejak atau prestasi baik, sehingga masyarakat menginginkannya kembali untuk menjadi Presiden.
ADVERTISEMENT
3. Model kampanye
Model kampanye yang akan dilakukan pun memiliki kontribusi yang tidak bisa dianggap sepele. Masih teringat jelas ketika Anies Baswedan melakukan model kampanye dengan cara dialogis kepada masyarakat di seluruh provinsi di Indonesia ketika beliau menjadi peserta kontestasi pemilihan presiden melawan pasangan Prabowo-Gibran.
Waktu itu beliau bersama tim memiliki model kampanye dengan nama “Desak Anies”. Hal tersebut sangat populer terutama di kalangan pemilih muda. Model kampanye seperti ini bukan hanya menarik bahkan sangat bermanfaat dan mendidik masyarakat agar semakin tahu dengan rekam jejak dan program yang diusung.
4. Marketing
Marketing di dalam politik, terutama di dalam kontestasi Pilkada maupun Pilpres memiliki peranan yang cukup penting. Masih teringat jelas hingga sekarang waktu pasangan Prabowo-Gibran memiliki lagu kampanye “Oke gas-Oke gas”, lagu tersebut sangat populer di berbagai platform media sosial dari Instagram, Facebook hingga Tik-tok. Bahkan banyak anak kecil usia sekolah dasar pun mengenal bahkan hafal lirik lagu ini.
ADVERTISEMENT
Kepiawaian tim marketing pasangan calon mampu menjadi penentu kemenangan. Apalagi di zaman sekarang di mana internet telah menjadi kebutuhan banyak masyarakat. Jika 4 faktor ini bisa diorganisasikan hingga dikapitalisasikan dengan sangat baik, bukan tidak mungkin kemenangan di dalam kontestasi Pilkada DKI 2024 tinggal di depan mata.