Konten dari Pengguna

Pemimpin, antara Ambisi dan Prioritas

samsul marpitasa
Dosen di Universitas Pamulang
10 Juli 2024 9:15 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari samsul marpitasa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ilustrasi seorang pemimpin (pixabay.com/Gerd Altmann)
Memilih pemimpin berarti memilih masa depan karena masa depan daerah atau bahkan bangsa yang dipimpinnya ada di pundak seorang pemimpin, oleh karenanya dia diberikan kewenangan penuh berikut seluruh penunjangnya dari aparat hingga anggaran untuk mengabdikan dirinya kepada rakyat yang sedang dipimpinnya, anggaran yang begitu besar yang didapatkan dari hasil pajak serta sumber daya alam, diamanatkan untuk dikelola dengan sebaik-baiknya demi kemaslahatan rakyat. Namun demikian, apa yang tertuang di dalam visi dan misi serta undang-undang sering kali jauh panggang dari api, sehingga kebijakannya tidak dirumuskan atas dasar kebutuhan rakyat.
ADVERTISEMENT
Anggaran yang begitu besar, yang didapatkan dari jerih payah serta keringat rakyat melalui pajak, seharusnya betul-betul digunakan pertama untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat sehingga tercipta rakyat yang sejahtera yang mana ada keadilan ekonomi di dalamnya.
Seharusnya seluruh kebijakan di berbagai sektor harus mengacu kepada satu hal yaitu prioritas, skala prioritas harus dijadikan acuan yang paling mendasar di dalam pengambilan setiap kebijakan, termasuk ekonomi. Jika misalnya ada proyek mercusuar yang menghabiskan dana puluhan hingga ratusan triliun dimana sebagian dana pembangunannya diambil dari APBN, hal tersebut patut dipertanyakan tingkat urgensinya “Apakah pembangunan proyek tersebut dilandasi atas aspek prioritas ataukah hanya untuk memenuhi ambisi seorang pemimpin?” “Apakah rakyat butuh proyek tersebut?”
Seorang pemimpin harus memiliki sensitifitas tajam terhadap krisis (sense of crisis) yang kemudian ia petakan menjadi skala prioritas dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, terlebih pada saat banyak rakyat membutuhkan lapangan pekerjaan, maka sudah barang tentu yang seharusnya dibangun adalah industri manufaktur yang mana dapat menyerap hingga ribuan tenaga kerja sehingga tercipta daya beli yang kuat bukan justru membangun proyek mercusuar bernilai puluhan hingga ratusan triliun yang bukan menjadi kebutuhan mendesak masyarakat. Persoalan hutang negara yang menimpa negara Srilanka hingga diambang kebangkrutan harus menjadi pelajaran yang amat penting bagi Bangsa Indonesia, yang mana akar dari kebangkrutan negara tersebut berawal dari defisit fiskal sebagaimana yang tertuang di dalam Journal of Financial Stability Volume 70, February 2024 “The root cause of Sri Lanka’s economic crisis was persistent and large fiscal deficits.”
ADVERTISEMENT
Semua pemimpin besar di Indonesia dari Soekarno hingga Jokowi pasti memiliki ambisinya masing-masing, namun demikian pemimpin yang bijaksana dan berjiwa besar tentu akan mendahulukan prioritas dari pada ambisinya, ia berani mengambil langkah mundur selangkah demi memastikan kebutuhan dasar rakyatnya terpenuhi terlebih dahulu, ketika ekonomi semakin membaik, jumlah rakyat miskin makin menurun, tingkat kesejateraan rakyat meningkat serta daya beli yang semakin menguat, baru kemudian bisa memunculkan kembali ambisinya itu yang telah disimpannya selama ini, untuk kemudian dieksekusi.
Pemimpin yang bijaksana jauh sekali dari sekedar mencari popularitas atau hanya elektabilitas, jauh dari pemikiran “Apakah bisa terpilih kembali nantinya?” ia hanya berfokus kepada kontribusinya serta pengabdiannya kepada rakyat, terpilih atau tidak terpilih lagi, itu tidak pernah ada di dalam benaknya.
ADVERTISEMENT
Membuat skala prioritas di dalam setiap kebijakan yang diambil adalah sesuatu yang sangat fundamental, hal ini harus dilakukan bukan hanya untuk pemimpin skala nasional namun juga harus dilakukan oleh semua pemimpin daerah bahkan hingga kepala dinas. Menjadikan prioritas sebagai sebuah acuan dasar di dalam mengambil kebijakan adalah erat kaitannya dengan keberpihakan terhadap rakyat, ada keyakinan yang teguh bahwa keberpihakan seorang pemimpin kepada yang dipimpinnya bisa terlihat dari setiap keputusan yang diambil, semakin keputusan itu diambil berdasarkan skala prioritas, maka akuntabilitas, integritas dan keberpihakannya semakin tidak diragukan lagi.
Sebagaimana yang telah saya tuliskan di dalam artikel opini di Kumparan yang berjudul “Mencari Sosok Pemimpin” di sana tergambar jelas bahwa rakyat harus betul-betul cerdas di dalam memilih pemimpin, hal tersebut bisa dilakukan melalui penelusuran rekam jejaknya di mesin pencarian internet, kerena dengan mengetahui rekam jejaknya maka kita dengan mudah mengetahui kebijakannya yang terdahulu “Apakah waktu menjabat, calon pemimpin tersebut mengambil kebijakannya dengan didasari oleh prioritas atau ambisi semata ?”
ADVERTISEMENT