Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Saatnya Evaluasi Total Acara Tour Perpisahan dan Study Tour Sekolah
13 Mei 2024 8:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari samsul marpitasa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini dunia maya dihebohkan dengan satu berita tentang meninggalnya 11 orang di antaranya 9 siswa SMK, 1 guru dan 1 warga, kejadian itu berawal ketika siswa-siswi kelas XII, SMK Lingga Kencana Depok, beserta dewan guru mengadakan acara perpisahan di Lembang sehari setelah acara perpisahan usai dan rombongan hendak menuju pulang yaitu pada Sabtu (11/5), bus yang ditumpanginya mengalami kecelakaan di Jalan Raya Kampung Palasari, Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang.
ADVERTISEMENT
Bus itu mengalami kecelakaan rem blong di jalan menurun dan sempat oleng hingga menabrak sebuah mobil dan sepeda motor sebelum akhirnya terguling. Kecelakaan serupa juga pernah terjadi yaitu bus pariwisata yang membawa rombongan siswa dan guru SMAN 1 Sidoarjo mengalami kecelakaan di ruas jalan Tol Ngawi-Solo, Desa Ngale pada (18/1) lalu, kemudian terulang kembali
Bus yang mengangkut rombongan siswa study tour ke Yogyakarta dari SMP Negeri 3 Kota Depok, terlibat insiden kecelakaan di jalan Tol Cipali pada Kamis pada (5/10/23)--berarti dengan rentang waktu kurang dari setahun telah terjadi kecelakaan bus yang membawa siswa sekolah.
Hal ini memberikan gambaran yang jelas, bahwa study tour jika tidak dipersiapkan dengan baik mempunyai potensi akan mengalami kejadian yang sangat tidak diharapkan di mana berujung pada rasa sedih dan pilu bagi keluarga yang anaknya mengalami kecelakaan terlebih yang meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Namun bagi saya, persoalan yang lebih substanstif mengenai study tour ini sesungguhnya terletak pada efektivitas study tour tersebut yang harus terus dipertanyakan “apakah siswa mendapatkan pelajaran dari study tour yang diadakan?”, “apakah siswa mendapatkan pengalaman belajar yang diharapkan?”, apakah siswa diberikan tugas sebelumnya”, apakah siswa di sana mendapatkan materi atau sekadar jalan-jalan?”.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini seharusnya muncul setidaknya dari wali murid yang menitipkan anaknya dengan harapan besar setibanya di rumah anaknya tersebut mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan karena tempat dan suasana belajarnya yang berbeda bukan hanya sekadar jalan-jalan belaka. Sekali lagi bukan hanya jalan-jalan belaka,sehingga wali murid bisa berperan sebagai controlling terhadap kegiatan sekolah baik yang diadakan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah
ADVERTISEMENT
Guru, Kepala sekolah serta Pegawai sekolah harus mengkaji efektivitas kegiatan study tour ini bukan hanya sekadar ikut-ikutan dengan sekolah lain atau karena sudah telanjur menjadi tradisi sekolah yang diselenggarakan setiap tahunnya sehingga harus diadakan, tidak demikian.
Warga sekolah yang saya sebutkan di atas mesti mengadakan rapat tentang efektivitas kegiatan ini serta manfaatnya bagi seluruh warga sekolah terutama siswa-siswi, mesti ada learning target atau target belajar yang ditetapkan sehingga pemilihan tempatnya pun menjadi hal yang amat penting didiskusikan mengacu kepada target belajar tadi, contoh jika target belajarnya adalah tentang mengenal keanekaragaman hayati maka tempat yang tepat untuk dijadikan study tour-nya adalah Kebun Raya Bogor, Taman Nasional atau Hutan kecil, sehingga target belajar dan tempat yang menjadi tujuan menjadi sesuai.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, evaluasi total terhadap study tour serta tour perpisahan yang diadakan sekolah-sekolah menjadi sangat penting dan relevan, bagi saya hal ini bisa dilakukan oleh Dinas Pendidikan daerah dengan membuat surat edaran ke sekolah-sekolah setempat, tidak perlu hingga sampai ke tangan Mas Menteri Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi