Konten dari Pengguna

Alkisah Generasi Uji Coba: Terlantarnya Sistem Pendidikan Indonesia

Samuel Angkasa Sinuraya
Seorang siswa SMA Negeri 1 Tebing Tinggi
3 April 2025 10:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Samuel Angkasa Sinuraya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendidikan adalah kunci dalam segala permasalahan, tenaga pendidik yang baik dalam mengajar dan pelajar yang baik dalam belajar akan meningkatkan kualitas pendidikan suatu negara. Namun, perlu diketahui bahwa sistem pendidikan dapat memengaruhi dalam kinerja pengajar dan pelajar itu sendiri. Sistem pendidikan dapat di terapkan dan dapat di sesuaikan dengan latar belakang negara tersebut. Menurut saya, penerapan pendidikan yang ada di Indonesia itu sangat jauh dari kata sempurna, mengapa demikian?
Sumber: https://www.pexels.com/photo/gray-study-dice-on-table-301920/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://www.pexels.com/photo/gray-study-dice-on-table-301920/
Kita mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara maritim, agraris, dengan sumber daya alam dan budaya yang melimpah di seluruh Indonesia. Masing-masing memiliki latar belakang kebudayaan dan pemikiran yang hebat; kita dikenalkan dengan tokoh-tokoh terkenal seperti bung Karno, Tan Malaka, Sutan Sjahrir dan banyak orang-orang hebat yang ada di Indonesia. Tapi mengapa pemikiran pelajar tidak dapat terpengaruh oleh mereka yang saya sebutkan sebelumnya? Mengapa pelajar di Indonesia cenderung susah untuk berpikir kritis?
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan menurut saya adalah keinginan untuk tahu akan suatu pembelajaran. Keinginan belajar dengan keingin-tahuan dalam belajar itu berbeda. Menurut saya pribadi, keinginan belajar didapatkan setelah pelajar memiliki keingin-tahuan untuk belajar. Belajar bukan hanya sekedar melihat buku, mencernanya lalu menjawab soal yang diberikan, namun berpikir kritis.
Berpikir kritis dalam mengetahui bagaimana suatu benda bekerja, latar belakang sesuatu itu, dan apa pentingnya hal itu dalam kehidupan dan masa depan pelajar. Pada saat saya berkeliling di taman kota, saya melihat beberapa pelajar yang masih SMP, lalu saya bertanya kepada pelajar tersebut dengan dua pertanyaan, yaitu soal dengan rumus phytagoras dan menyebutkan 3 kebutuhan primer.
Hasilnya, 7 dari 10 anak tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjawab kedua soal tersebut. Ketika saya menanyakan alasan mereka susah untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada yang menjawab pelajaran tersebut sudah lewat, ada yang bilang dia tidak terlalu suka pelajaran tersebut, bahkan ada yang bilang dia tidak merasa itu penting untuk dipelajari karena dia tidak ingin menjadi peneliti ataupun yang berhubungan dengan sains. Rasa keingintahuan tersebut tidak dibangun oleh pengajar maupun pelajar itu sendiri. Alhasil, pelajaran tersebut tidak maksimal diserap oleh pelajar.
ADVERTISEMENT
Kita kembali ke pertanyaan awal, mengapa sistem pendidikan Indonesia masih terbilang cukup prematur dan sulit berkembang?Adapun juga alasan yang sama kuatnya yaitu seringnya berganti kurikulum. Pengalaman saya merasakan belajar dengan 3 kurikulum selama 12 tahun membuat pelajaran sama sekali tidak tertarik di mata saya. Sekolah hanya saya anggap syarat agar dapat pekerjaan yang bagus tanpa mengetahui bahwa aspek intelektual dan keterampilan sangat memengaruhi dalam dunia kerja.
Kurikulum yang diterapkan di Indonesia merupakan hasil dari cara belajar negara-negara yang sistem pendidikannya terdepan; seperti Finlandia, Selandia Baru, Estonia, dan sebagainya. Penerapan sistem pendidikan negara-negara yang saya sebutkan ditiru penerapannya melalui kurikulum-kurikulum yang ada di Indonesia. Yang menjadi permasalahan adalah penerapannya itu sendiri, mengapa?
ADVERTISEMENT
Contoh dasarnya adalah KMB (Kurikulum Merdeka Belajar). Dalam KMB siswa memang diberikan kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang mereka minati. Terlihat bagus, bukan? Sebenarnya tidak, pemerintah dalam hal ini tidak melihat beberapa aspek yang kemungkinan menghasilkan penerapan KMB yang tidak maksimal. Salah satu aspek sederhana yang menjadi penyebab kelemahan KMB ini yaitu keseragaman pendidikan, kurangnya pengawasan terhadap mutu pendidikan yang diberikan, dan keterbatasan sumber dan akses yang ada di sekolah, dan P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila)
Keseragaman pendidikan yang saya maksud adalah adanya pengelompokan mapel yang bagus untuk pelajar, contohnya rumpun 1 dengan pelajaran sainsnya; para pelajar menganggap siswa/siswi yang masuk ke rumpun 1 adalah orang pintar, terjadilah pengelompokan dan kesenjangan karena rumpun 1 dianggap bergengsi dibandingkan dengan rumpun lainnya. Adapun rumpun 2 diisi dengan pelajaran sosial tidak diminati oleh para pelajar dikarenakan kurang bergengsi dan siswa/siswi yang masuk ke rumpun tersebut adalah anak-anak bandel, padahal disetiap kelas pasti memiliki siswa yang bandel.
ADVERTISEMENT
Pengawasan terhadap mutu pendidikan juga sangat perlu, namun dengan KMB, para pelajar tidak dituntut untuk belajar giat karena tidak adanya UN, tidak ada lagi yang turun kelas, semua nilai para pelajar diatas KKM semua. Hal ini sangat memprihatinkan karena dengan itu mengurangi cara pelajar akan menghargai pendidikan; para pelajar yang rajin menjadi malas, yang malas akan tetap malas. Para pengajar juga tidak akan melihat kriteria dan aspek para pelajar dikarenakan semua nilai disamaratakan (dijamin diatas KKM). Para pengajar juga harus memiliki pemahaman yang memadai tentang KMB ini.
Terbatasnya aksesibilitas dan sarana/prasarana yang ada di sekolah sangat memengaruhi dalam metode pembelajaran yang ada. Saya sendiri masuk rumpun dengan mata pelajaran utama kimia, namun saya tidak pernah praktek di laboratorium dikarenakan tidak adanya bahan-bahan yang memadai untuk diadakannya praktek, sehingga pelajaran kimia yang saya pelajari hanya berteori saja, tidak tahu cara kerjanya seperti apa. Menurut saya untuk apa siswa/siswi memilih pelajaran yang sesuai minat mereka kalau tidak dapat dipelajari secara maksimal dikarenakan terhalang sarana yang tidak ada?
ADVERTISEMENT
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah proyek yang menurut saya sama sekali tidak memengaruhi karakter siswa. Sepengamatan saya, manfaat ataupun kelebihan yang disebutkan dalam P5 ini tidak pernah berkembang selama saya belajar dengan KMB ini. Yang ada siswa semakin tidak teratur dikarenakan tidak diadakannya KMB (Kegiatan Belajar Mengajar),semua siswa sibuk bermain gadget karena hanya sebagian siswa/siswi yang mengerjakan proyek yang diberikan, alhasil yang digadang-gadang merubah karakteristik siswa malah memperburuk.
Pelajar adalah masa depan bangsa yang kelak akan menjadi penentu apakah bangsa Indonesia akan menjadi negara maju nan sejahtera seperti Amerika dan China. Indonesia harus meniru sistem pendidikan China yang mungkin terlihat kejam, namun membuat para pelajar menjadi terdidik dan mampu menyaingi global dalam kecerdasan sains, bahasa, teknologi, maupun olahraga.
ADVERTISEMENT
Tan Malaka pernah menulis dalam bukunya yang berjudul "Aksi Massa" bahwa kunci perlawanan India terhadap imperialisme Inggris adalah pendidikan. Dengan cara itu, sang penjajah yaitu Inggris melahirkan musuhnya sendiri seperti Mahatma Gandhi, Tagore, dan yang lainnya. Pada akhirnya, sang penjajah menggali kuburnya sendiri.