Konten dari Pengguna

Starlink: Ancaman Baru bagi Telco Lokal

Samuel Berrit Olam
Pecinta teknologi
4 Oktober 2024 14:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Samuel Berrit Olam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Starlink Terminal. Sumber: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Starlink Terminal. Sumber: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Layanan internet berbasis satelit, Starlink, resmi hadir di Indonesia dan langsung menimbulkan kekhawatiran di kalangan penyedia telekomunikasi lokal. Teknologi Low Earth Orbit (LEO) yang dikembangkan oleh perusahaan milik Elon Musk ini berpotensi mengubah peta persaingan layanan internet di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah terpencil yang sulit dijangkau oleh infrastruktur kabel serat optik.
ADVERTISEMENT
Starlink merupakan layanan internet yang memanfaatkan ribuan satelit kecil yang mengorbit rendah, sekitar 550 km dari permukaan bumi. Teknologi ini memungkinkan Starlink menyediakan koneksi internet berkecepatan tinggi dengan latensi rendah, bahkan di daerah yang sebelumnya tak terjangkau oleh jaringan konvensional. Dengan pendekatan tersebut, Starlink dapat menjawab tantangan aksesibilitas internet di berbagai wilayah Indonesia.
Dioperasikan melalui PT Starlink Service Indonesia, Starlink bertujuan memperluas jangkauan internet hingga ke pelosok negeri. Diluncurkan secara resmi pada 19 Mei 2024, bertepatan dengan acara World Wide Fund (WWF) di Bali, kehadiran Starlink sudah ditunggu sejak beroperasi terbatas pada 2021. Kala itu, layanan Starlink bekerja sama dengan Telkomsat, melayani kebutuhan sektor bisnis tertentu.
Starlink menargetkan daerah-daerah terpencil di luar Jawa, seperti Papua dan wilayah lain yang sulit dijangkau oleh kabel serat optik. Fokus pada wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) ini sejalan dengan misi Starlink untuk membuka akses digital bagi seluruh masyarakat, tanpa terkecuali.
ADVERTISEMENT
Starlink terminal. Sumber: Unsplash.com
Namun, di balik potensi peningkatan akses internet, Starlink menjadi ancaman serius bagi penyedia layanan telekomunikasi lokal. Dengan menawarkan kecepatan internet hingga 200-350 Mbps, jauh di atas rata-rata 22 Mbps yang ditawarkan penyedia lokal, dan potensi harga yang lebih terjangkau, Starlink bisa dengan cepat merebut pangsa pasar. Apalagi, jika harga layanannya lebih murah, bukan tidak mungkin pelanggan akan berpindah dari penyedia lokal ke Starlink, menimbulkan dampak negatif bagi industri telekomunikasi dalam negeri.
Hadirnya Starlink tidak hanya meningkatkan akses internet di daerah terpencil, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun, dominasi Starlink di pasar Indonesia bisa menekan perusahaan telekomunikasi lokal, memaksa mereka menurunkan harga atau bahkan tersingkir dari persaingan, yang pada akhirnya dapat merusak kompetisi sehat di sektor ini.
ADVERTISEMENT
Dengan perizinan yang hampir lengkap dan misi besar untuk menghubungkan seluruh wilayah Indonesia, Starlink siap menjadi pemain utama dalam industri telekomunikasi dan secara signifikan mengubah peta internet di tanah air.