Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Afrika di Era Baru: Ekspansi BRICS dan Implikasinya bagi Benua Hitam
28 Oktober 2024 16:35 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Samuel Tarihoran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Afrika memasuki era baru di tengah perubahan global yang ditandai oleh ekspansi BRICS, sebuah blok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Dengan tujuan memperkuat suara negara berkembang di panggung dunia dan menantang dominasi ekonomi Barat, BRICS kini memainkan peran strategis dalam berbagai isu global.
ADVERTISEMENT
Afrika, yang kerap disebut sebagai "Benua Hitam," memiliki kekayaan sumber daya alam, populasi yang berkembang pesat, serta potensi pasar yang luar biasa, menjadikannya mitra penting dalam ambisi ekspansi BRICS. Kehadiran BRICS di Afrika membuka peluang ekonomi baru, namun juga membawa implikasi geopolitik yang kompleks bagi kawasan ini.
Daya Tarik BRICS
Perluasan kelompok BRICS dipandang oleh banyak ahli sebagai langkah strategis yang dapat membantu negara-negara Afrika meningkatkan posisi mereka di panggung global. Bagi Afrika, aspirasi untuk memiliki kekuatan dunia baru yang dapat menandingi dominasi kekuatan global saat ini menjadi daya tarik utama bagi banyak negara untuk mempertimbangkan bergabung dengan BRICS.
Meskipun Afrika telah lama menjalin hubungan erat dengan negara-negara Barat, meningkatnya pengaruh China dan Rusia, yang menjadi anggota utama BRICS, telah mengurangi ketergantungan pada Barat dalam beberapa dekade terakhir. Keanggotaan Afrika Selatan dalam BRICS menjadi simbol harapan bagi banyak negara Afrika lainnya, memberi inspirasi bahwa mereka juga memiliki peluang untuk menjadi bagian dari kekuatan global baru ini.
ADVERTISEMENT
Kemitraan BRICS dan Afrika
Presiden Zambia, Hakainde Hichilema, yang juga menjabat sebagai ketua Pasar Bersama untuk Afrika Timur dan Selatan (COMESA), menggambarkan kemitraan Afrika yang semakin erat dengan BRICS sebagai situasi saling menguntungkan. Menurutnya, ini adalah kesempatan langka bagi Afrika untuk mengatasi berbagai tantangan yang telah lama dibahas di berbagai forum. Hichilema menekankan pentingnya reformasi tatanan global, terutama untuk menangani ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya penting untuk pembangunan, seperti modal. Afrika menghadapi biaya modal yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lain di dunia, dan Hichilema percaya bahwa platform BRICS dapat digunakan untuk mempercepat reformasi yang dibutuhkan demi mengatasi hambatan-hambatan pembangunan tersebut.
Ekspansi Anggota BRICS: Langkah Strategis untuk Suara
Rencana memasukkan dua negara Afrika, Mesir dan Ethiopia, ke
ADVERTISEMENT
dalam blok BRICS telah menarik banyak perhatian di benua tersebut. Presiden Djibouti Ismail Omar Guelleh, ketua Otoritas Antarpemerintah untuk Pembangunan (IGAD), menyampaikan dalam pertemuan dialog BRICS-Afrika di Johannesburg bahwa kemitraan ini bukan hanya sekadar kemudahan, melainkan langkah yang menempatkan Afrika pada posisi yang semestinya dalam tatanan global.
Menurut Gideon Chitanga, peneliti di Pusat Kajian Afrika terhadap Amerika Serikat di Universitas Witwatersrand, bergabungnya Mesir dan Ethiopia akan memperkuat suara Afrika dalam isu-isu global. Chitanga menyoroti upaya untuk mewakili Afrika secara regional, di mana Afrika Selatan mewakili Afrika bagian selatan, Ethiopia dari Afrika bagian timur, dan Mesir dari bagian utara. Langkah ini, menurutnya, akan lebih memperluas dan mengikutsertakan kepentingan Afrika dalam BRICS.
ADVERTISEMENT
Risiko dan Tantangan
Di balik peluang yang ditawarkan oleh BRICS, terdapat risiko yang perlu diwaspadai, termasuk perjanjian perdagangan yang tidak menguntungkan yang dapat melemahkan sektor manufaktur dan produktivitas di Afrika. Produk-produk dari China, misalnya, sering kali masuk ke Afrika dengan bea impor rendah atau bahkan bebas, yang berdampak buruk pada produksi lokal dan menghambat ekspor, membuat Afrika tetap berada dalam posisi sebagai konsumen. Meskipun Afrika telah meluncurkan platform perdagangan bebas kontinental untuk mendorong ekonomi kawasan, ada kekhawatiran bahwa ekspansi BRICS dapat mengalihkan fokus dari tujuan tersebut.
Beberapa pihak menyarankan agar negara-negara Afrika lebih dulu memperkuat kolaborasi dan perdagangan internal, terutama melalui blok-blok regional yang ada, sebelum terlalu bergantung pada BRICS. Namun, Lubanda percaya bahwa negara-negara Afrika masih bisa bergabung dengan BRICS sambil tetap mempertahankan hubungan geopolitik dengan negara-negara Barat. Menurutnya, Afrika memiliki kebebasan untuk menjalin berbagai kemitraan strategis, baik di dalam maupun di luar benua, dan kebebasan ini penting untuk dihormati oleh semua pihak.
ADVERTISEMENT