Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Tenaga Kerja Mandiri Indonesia
9 Maret 2025 13:06 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Sanda Patrisia Komalasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia saat ini berada di titik kritis dalam menghadapi tantangan perekonomian global. Dengan populasi usia produktif yang terus meningkat, tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana menciptakan lapangan kerja yang memadai bagi seluruh angkatan kerja. Di sisi lain, perkembangan industri dan teknologi membuat sektor formal semakin kompetitif, sehingga tidak mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang ada. Dalam situasi ini, wirausaha muncul sebagai solusi strategis, bukan hanya sebagai alternatif bagi mereka yang belum terserap dalam dunia kerja, tetapi juga sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.
ADVERTISEMENT
Program Pendampingan Tenaga Kerja Mandiri: Memperkuat Ekosistem Wirausaha
Sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan tenaga kerja mandiri, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) merancang dan melaksanakan Program Pendampingan Tenaga Kerja Mandiri (TKM). Program ini dimulai beberapa tahun lalu dan tidak hanya memberikan bantuan modal, tetapi juga pendampingan berbasis akademik dan praktik langsung. Tujuannya adalah memperkuat ekosistem wirausaha di Indonesia dengan menggandeng berbagai perguruan tinggi, termasuk Universitas Andalas. Program ini memberikan bimbingan kepada pelaku usaha, baik yang baru memulai usaha maupun yang sudah memiliki usaha tetapi membutuhkan dukungan lebih lanjut dalam hal pengelolaan bisnis.
Pada tahun 2024, Universitas Andalas dipercaya untuk melaksanakan pendampingan Program Tenaga Kerja Mandiri Pemula (TKMP) dan Tenaga Kerja Mandiri Lanjutan (TKML). Pendampingan TKMP meliputi wilayah Jambi, Sumatera Barat, dan Bengkulu. Sedangkan untuk TKML mencakup seluruh Pulau Sumatera dan Bangka Belitung. Pendampingan ini berlangsung selama 6 bulan hingga Desember 2024. Hasil evaluasi menunjukkan pencapaian signifikan. Banyak usaha kecil yang sebelumnya beroperasi secara informal kini telah bertransformasi menjadi lebih profesional. Sebelum mengikuti pendampingan, banyak peserta yang tidak memiliki sistem pencatatan keuangan yang baik, tidak memiliki legalitas usaha yang jelas, dan tidak mengaplikasikan strategi pemasaran yang efektif. Namun, setelah mengikuti pendampingan, mereka mulai memahami pentingnya pengelolaan bisnis yang sistematis.
ADVERTISEMENT
Capaian Program Pendampingan
Salah satu capaian penting dari program ini adalah meningkatnya jumlah pelaku usaha yang kini telah memiliki izin usaha resmi. Hal ini membuka akses mereka pada berbagai fasilitas, termasuk pembiayaan dan kemitraan bisnis yang lebih luas. Selain itu, pemahaman peserta mengenai manajemen keuangan juga meningkat pesat. Sebelumnya, banyak pelaku usaha yang tidak memiliki sistem pencatatan yang jelas, namun setelah pelatihan, mereka kini mampu mengelola arus kas dan menyusun laporan keuangan yang lebih transparan. Ini sangat penting dalam pengambilan keputusan bisnis yang lebih baik.
Keunikan program ini terletak pada pendekatan akademik yang diterapkan. Tidak seperti program bantuan usaha yang hanya memberikan modal tanpa pendampingan lebih lanjut, program ini memastikan setiap peserta mendapat bimbingan dari akademisi dan praktisi bisnis yang berpengalaman. Para peserta dibekali dengan keterampilan praktis, termasuk menyusun model bisnis, mengembangkan strategi pemasaran, serta memahami legalitas dan perizinan yang penting bagi kelangsungan usaha mereka. Pendampingan dilakukan baik secara langsung melalui kunjungan ke lokasi usaha maupun secara daring, memungkinkan peserta dari berbagai wilayah untuk mendapatkan bimbingan yang relevan.
ADVERTISEMENT
Tantangan yang Masih Dihadapi
Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai, masih ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi agar dampak program ini lebih luas dan berkelanjutan. Salah satunya adalah rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja baru. Banyak usaha kecil yang dibimbing masih belum memiliki kapasitas untuk berkembang lebih jauh dan merekrut tenaga kerja tambahan. Meskipun program ini telah membantu pelaku usaha bertahan dan berkembang, banyak yang belum cukup kuat untuk menciptakan lapangan kerja lebih luas.
Selain itu, tantangan lainnya adalah partisipasi peserta yang belum optimal. Beberapa pelaku usaha masih menolak pendampingan karena kurang memahami manfaat program, sementara yang lain mendapatkan informasi yang tidak tepat dari berbagai sumber eksternal. Bahkan, ada usaha yang terdaftar tetapi tidak aktif, yang menghambat efektivitas pendampingan di lapangan.
ADVERTISEMENT
Adopsi digital dalam bisnis juga menjadi tantangan. Walaupun banyak peserta mulai memahami pentingnya pemasaran digital, masih ada yang belum mampu mengoptimalkannya sepenuhnya. Faktor-faktor yang menghambat termasuk keterbatasan akses internet, kurangnya pemahaman dalam mengelola platform digital, dan kebiasaan berbisnis secara konvensional yang sulit diubah.
Langkah Strategis untuk Keberlanjutan
Untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan program ini, beberapa langkah strategis perlu diterapkan. Pertama, pendampingan berkelanjutan harus menjadi prioritas utama. Program ini tidak boleh berhenti setelah peserta mendapatkan modal dan pelatihan awal, tetapi harus diikuti dengan mentoring jangka panjang. Selain itu, perlu ada mekanisme monitoring pasca-pendampingan yang dapat memberikan data tentang efektivitas program dan area yang perlu diperbaiki.
Kedua, akses modal dan pasar juga harus diperluas. Banyak usaha kecil yang memiliki potensi tetapi terhambat oleh keterbatasan modal. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, sektor perbankan, dan lembaga keuangan sangat diperlukan untuk menyediakan akses pembiayaan yang lebih mudah dan fleksibel bagi pelaku usaha. Selain itu, kerjasama dengan marketplace besar dapat membantu produk dari peserta program memiliki pangsa pasar yang lebih luas dan lebih kompetitif.
ADVERTISEMENT
Ketiga, transformasi digital harus menjadi agenda utama dalam pengembangan program ini. Pemerintah dan perguruan tinggi perlu bekerja sama untuk menyediakan pelatihan berbasis teknologi yang lebih intensif, sehingga peserta memiliki keterampilan yang cukup dalam mengelola bisnis digital. Platform digital yang dapat membantu pelaku usaha dalam mengelola pemasaran, inventaris, dan manajemen keuangan juga perlu diperkenalkan.
Wirausaha Mandiri sebagai Pilar Ekonomi
Keberhasilan Program TKM 2024 menunjukkan bahwa wirausaha mandiri bukan hanya menjadi solusi sementara, tetapi fondasi jangka panjang bagi ekonomi Indonesia. Program ini memberikan pelatihan dan dukungan yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha kecil untuk berkembang dan siap menghadapi tantangan pasar. Namun, agar transformasi ini berkelanjutan, diperlukan kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia tidak hanya akan menghasilkan wirausahawan yang mampu bertahan, tetapi juga yang dapat berkembang menjadi pemain utama dalam ekonomi nasional dan global. Saatnya kita mengubah pola pikir dari sekadar mencari pekerjaan menjadi menciptakan lapangan kerja. Wirausaha mandiri harus menjadi garda depan pertumbuhan ekonomi Indonesia!
Salah satu kegiatan pendampingan. Foto: Dokumentasi Universitas Andalas