Masjid Raya V Kaum, Akulturasi Budaya Klasik, Islam, dan Minangkabau

Sandi Kurniawan Pratama
Mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Padang
Konten dari Pengguna
29 Agustus 2022 11:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sandi Kurniawan Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto tampak depan masjid, sumber : pribadi
zoom-in-whitePerbesar
foto tampak depan masjid, sumber : pribadi
ADVERTISEMENT
Masjid Raya V Kaum merupakan salah satu situs peninggalan budaya yang terletak di Kecamatan V Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Berjarak 96 KM dari Kota Padang, dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam 30 menit.
ADVERTISEMENT
Masjid ini memperlihatkan 3 akulturasi kebudayaan yakni : budaya Islam, budaya Minangkabau, dan budaya Hindu-Budha yang berasal dari periode klasik. Budaya Islam dan budaya Minang dapat kita lihat dari ukiran dan kaligrafi di dinding mihrab, serta budaya pada periode klasik dari penggunaan atap tumpeng diatap masjid.
Foto bagian mihrab masjid, sumber : Pribadi
Berdasarkan keterangan dari Bapak Emi ( 60 tahun ) merupakan salah satu pengurus Masjid Raya V Kaum, masjid ini didirikan tahun 1693 M. Untuk kayu yang dipergunakan untuk bangunan masjid, adalah Kayu Sungkai yang dibawa dari wilayah Suruaso. Pembangunan masjid ini, dilakukan secara bergotong-royong oleh masyarakat.
Masjid ini dilengkapi dengan 1 tiang utama, dengan 99 anak tangga yang mengelilinginya, kemudian ada tiang-tiang yang lebih kecil berjumlah 121 buah, dan atap yang berjumlah 5 tingkatan tumpeng. 99 anak tangga melambangkan Asmaul Husna, 121 tiang - tiang lebih kecil melambangkan Niniak-Mamak V Kaum yang berpartisipasi dalam pembangunan masjid, dan atap yang bertingkat 5 melambangkan Rukun Islam yang 5 serta V kaum yang berpartisipasi dalam pembangunan masjid.
ADVERTISEMENT
Dibagian tiang utama terdapat tempat penyambung imam, yang dahulu dipergunakan untuk mengulangi komando shalat. Dahulu mikrofon belum ada, supaya aba-aba shalat dari imam dapat terdengar sampai shaf bagian belakang, penyambung imam mengulangi komando salat yang dibacakan oleh imam utama. Kurang lebih, seperti orang shalat di Masjidil Haram yang ada pengulangan komando shalat. Namun semenjak penggunaan mikrofon, tempat penyambung imam tidak lagi dipergunakan.
Pemandangan di puncak menara masjid, sumber : Pribadi
Tiang utama , juga berfungsi sebagai tiang menara masjid yang mana ada 99 anak tangga menuju puncak. Kita akan sampai ke puncak menara dengan menaiki 99 anak tangga, kurang-lebih ketinggiaanya 45-55 meter diatas tanah. Di puncak menara terdapat pemancar suara, dan di atas menara ini Kita juga dapat melihat pemandangan Gunung Marapi dan Kota Batusangkar. Di puncak menara ini, Kita disuguhi dengan pemandangan yang Indah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan keterangan Bapak Emi (60 tahun) merupakan salah satu pengurus Masjid V Kaum. Telah terjadi beberapa kali renovasi terhadap masjid ini, bagian lantai pada 1974, jenjang 1986, dan bagian langit-langit masjid pada 1990-an. Dan semenjak tahun 2010 Masjid Raya V Kaum menjadi situs cagar budaya, yang telah teregistrasi oleh BPCB (Badan Pelestarian Cagar Budaya)
Masjid Raya V Kaum berdiri diatas bekas bangunan peninggalan periode klasik Hindu-Budha. Seiring dengan Islamisasi yang kian gencar diwilayah Luhak Minangkabau pada abad 14 dan konversi Kerajaan Pagaruyuang menjadi Islam ketika Maharaja Alif berkuasa abad 16, Islam semakin berkembang pesat diwilayah pedalaman Minangkabau. Hal tersebut pasti ada hubunganya dengan pembangunan Masjid Raya V Kaum ini.
Foto makam tukang masjid, sumber : pribadi
Masjid ini mencerminkan pengaruh beberapa zaman dalam bangunannya, yakni zaman klasik, zaman Islam, ditambah dengan arsitektur khas Minangkabau. Masjid ini tidak mendapat pengaruh bangunan Belanda, karena pendiriannya sebelum Belanda berkuasa di Dataran Minangkabau. Buya Hamka menyebutkan bahwa "Masjid Raya V Kaum merupakan lambang tinggi penerimaan nenek moyang terhadap ajaran Islam".
ADVERTISEMENT