Storytelling, Upaya Menceritakan dan Membangkitkan yang Terlupakan

Sandy Firdaus
Juri tulis, juru ketik, serta juru kisah
Konten dari Pengguna
14 November 2017 16:38 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sandy Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ingatkah Anda ketika kecil orang tua Anda kerap menceritakan kisah kepada Anda ketika tidur? Itulah yang disebut dengan storytelling. Bukan hanya soal cerita dari mulut ke mulut, lebih dari itu, storytelling adalah perkara menceritakan sekaligus membangkitkan yang terlupakan.
ADVERTISEMENT
Storytelling adalah upaya menuturkan sebuah kisah atau cerita. Karena ia adalah sebuah upaya, maka storytelling memiliki gaya khas dan tendensi tersendiri sesuai dengan karakter dan tujuan masing-masing orang. Semua bisa menjadi storyteller, namun jarang ada yang memiliki tujuan storytelling yang baik.
Fajar Nugros, Handoko Hendroyono, serta Sulung Landung adalah tiga orang yang berkaitan dengan storytelling dalam pekerjaannya. Fajar sebagai sutradara, Handoko sebagai content creator, serta Sulung Landung sebagai talent management adalah tiga orang yang kerap berhadapan dengan storytelling dalam pekerjaan mereka.
Walau mendalami profesi yang berbeda-beda, nyatanya mereka memiliki pemahaman yang cukup apik soal storytelling ini, yang mereka jabarkan dalam acara Kumparan Onboarding Batch 2 di Kuningan City Mall, Jakarta, Selasa (14/11/2017). Bahkan khusus Handoko, storytelling ini adalah usahanya melawan dominasi dan melawan lupa.
ADVERTISEMENT
"Storytelling berangkat dari sebuah kegelisahan dari kalahnya storytelling kita atas storytelling dari negara-negara lain, misalnya Pixar. Contohnya dalam 'Filosofi Kopi', dalam sebuah kisah bernama tiwus, dan ini bisa menjadi tools marketing yang baik," ujar Handoko.
Bagi Fajar, sebagai sutradara film ia menganggap bahwa banyak media yang bisa dibikin sebagai upaya untuk melakukan sebuah storytelling. Film adalah salah satu cara bagi Fajar untuk ber-storytelling ria.
"Salah satu cara storytelling yang baik adalah dengan film. Film bisa disebut sebagai sebuah diskusi budaya. Namun film ini hanya sebuah media, karena inti dari film itu sendiri adalah sebuah cerita. Cerita yang kuat akan menghasilkan film yang bagus."
"Pencerita yang baik adalah observer yang baik, karena ia dapat menceritakan sebuah obyek atau situasi dengan kata-kata yang baik. Ini juga bisa menjadi modal yang baik untuk seorang jurnalis yang memang menjadi observer, pengamat keadaan di sekitarnya," ujar Fajar.
ADVERTISEMENT
Untuk menjadi storyteller yang baik, menurut Handoko dan Fajar, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar cerita kita enak untuk dibawakan dan diceritakan. Elemen ini akan membuat cerita menjadi lebih kuat dan tidak ke mana-mana.
"Membikin sebuah cerita yang bagus, maka harus ada concern awal bagaimana cerita itu terbentuk. Contohnya dalam 'Filosofi Kopi', semua berawal dari keresahan saya terhadap kondisi kopi di Indonesia yang mulai kalah oleh Vietnam, yang justru dulu belajar bikin dan menanam kopi di Indonesia," ujar Handoko.
"Pembangunan karakter dalam storytelling adalah hal yang menarik. Karena hal ini bisa memengaruhi atau malah tidak sama sekali jalan cerita dari film itu sendiri," pungkas Fajar.
Storytelling memang pada dasarnya hanya perkara bercerita saja. Namun lebih jauh, ada juga usaha untuk melawan lupa, sekaligus usaha untuk melawan dominasi tersendiri.
ADVERTISEMENT