Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Suhardi Alius: Indonesia Harus Mulai Menerapkan Kewaspadaan
14 November 2017 17:16 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Sandy Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kewaspadaan adalah hal yang setidaknya jangan sampai turun, apalagi jika itu kaitannya dengan keamanan dan menjaga negara dari ancaman terorisme. Hal ini diungkapkan oleh Suhardi Alius, Kepala BNPT dalam acara Kumparan Onboarding Batch 2 di Kuningan City Mall, Jakarta, Selasa (14/11/2017).
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, menurut Suhardi, Indonesia sedang berada di dalam sebuah ancaman tersendiri. Letak Indonesia yang berada di wilayah ekuator, dengan sumber daya serta kekayaan alam yang melimpah, adalah sebuah berkah sekaligus ancaman tersendiri. Selain itu, persebaran paham-paham radikalisme yang mulai masif di Indonesia membuat negara kepulauan ini harus waspada setiap saat.
"Perang-perang yang terjadi sekarang sifatnya asimetris, dan penuh dengan kepentingan. Baik itu dalam skala global, nasional, atau regional, semua perang punya latar belakang khususnya sendiri dan pada akhirnya berdampak pada radikalisme. Radikalisme ini menjadi salah satu aspek yang menghancurkan Indonesia dari dalam."
"Kewaspadaan pun harus mulai diterapkan oleh Indonesia. Geografi yang rawan bencana, demografi yang luas dan rawan banyak pengangguran, serta sumber kekayaan alam yang rawan dicuri oleh negara-negara lain. Ada juga konflik-konflik yang rentan membangkitkan radikalisme, seperti ideologi dan paham-paham tersendiri," ujar Suhardi yang juga pernah menjadi Kabareskrim ini.
ADVERTISEMENT
Untuk meningkatkan kewaspadaan tersebut, Suhardi berujar peran dari masyarakat soal membangkitkan kebangsaan adalah faktor yang harus mulai diperhatikan. Masyarakat harus mulai sadar bahwa kebangsaan ini adalah perihal unsur kendali diri. Selain itu, peran media juga diperlukan agar ketakutan dari radikalisme ini tidak menyebar sedemikian rupa.
"Kalau bicara soal kebangsaan, gunakanlah hati. Indonesia ini punya anak cucu kita dan harus kita jaga. Akumulasi dari kejujuran, kultur, nafas spiritual, dan empati. Jika ini bisa dilakukan, ini akan menjadi hal yang baik untuk unsur kendali diri."
"Media juga memiliki peran tersendiri dalam mempertahankan naluri kebangsaan masyarakat. Apakah memilih bisnis? Atau tetap mempertahankan idealisme dari media itu sendiri? Ini akan menjadi tantangan menarik bagi para jurnalis-jurnalis," pungkas Suhardi.
ADVERTISEMENT