Konten dari Pengguna

Tantangan Mental Bagi Working Mom: Antara Karier dan Keluarga

Sania Fahira Hijran
Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas
22 Oktober 2024 19:23 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sania Fahira Hijran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Burnout pada working mom// https://www.freepik.com/premium-photo/work-stress-headache-burnout-mindset-business-woman-working-office-computer-corporate-tax-employee-worried-about-mental-health-from-job-report-contract-compliance-data-overload_31403997.htm
zoom-in-whitePerbesar
Burnout pada working mom// https://www.freepik.com/premium-photo/work-stress-headache-burnout-mindset-business-woman-working-office-computer-corporate-tax-employee-worried-about-mental-health-from-job-report-contract-compliance-data-overload_31403997.htm
ADVERTISEMENT
Di zaman modern yang berkembang pesat, semakin banyak wanita yang memilih untuk menjalani peran sebagai ibu rumah tangga dan pekerja profesional. Namun, di balik kebanggaan ini, ada beban mental signifikan yang harus mereka hadapi. Istilah "ibu bekerja" mencerminkan tantangan ganda: karier di tempat kerja dan tugas mengurus rumah tangga serta anak-anak. Keadaan ini menyebabkan tekanan emosional yang tinggi, yang berdampak pada kesehatan mental dan kualitas hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Tekanan Ganda yang Melelahkan
Beban mental yang dihadapi oleh para ibu bekerja sering kali tidak terlihat, namun berdampak besar. Studi dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa 52% perempuan yang bekerja mengalami stres lebih tinggi dibandingkan pria dalam kondisi yang sama. Salah satu faktor penyebabnya adalah tuntutan multitasking, di mana seorang ibu bekerja harus memecah fokus antara tugas kantor yang menuntut profesionalisme dengan tanggung jawab domestik yang membutuhkan kehadiran emosional dan fisik.
Menurut psikolog klinis, Dr. Karen Bridbord menyatakan bahwa "Beban mental ibu bekerja disebabkan oleh ekspektasi sosial yang tinggi, baik dari keluarga, tempat kerja, maupun masyarakat secara umum." Ada tekanan untuk mencapai kesempurnaan di dua area - karier dan rumah tangga - yang seringkali tidak realistis dan dapat menyebabkan kelelahan emosional.
ADVERTISEMENT
Di rumah, meskipun ada partisipasi dari pasangan dalam pekerjaan rumah tangga, penelitian menunjukkan bahwa perempuan masih menggunakan lebih banyak waktu dalam urusan domestik dibandingkan pria. Sebuah studi oleh Pew Research Center pada 2022 menemukan bahwa perempuan rata-rata menghabiskan 2,5 jam per hari untuk tugas rumah tangga, sementara pria hanya sekitar 1,9 jam per hari. Perbedaan kecil ini memiliki dampak pada apa yang dikenal sebagai "beban mental" atau "mental load", di mana perempuan cenderung menjadi pengelola utama urusan keluarga.
Dampak pada Kesehatan Mental
Kondisi stres yang berkelanjutan ini dapat menyebabkan burnout pada banyak ibu yang bekerja. Burnout adalah saat seseorang mengalami kelelahan fisik, emosional, dan mental akibat stres yang terus menerus. Dalam konteks ibu yang bekerja, burnout sering kali disebabkan oleh usaha mereka untuk terus memenuhi tuntutan pekerjaan sambil menjaga keseimbangan dengan kehidupan keluarga.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi dari Mental Health Foundation UK menyebutkan bahwa perempuan yang bekerja penuh waktu dan memiliki anak memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya waktu tidur, kurangnya waktu untuk self-care, dan perasaan bersalah yang terus-menerus karena merasa tidak dapat hadir sepenuhnya di tempat kerja maupun di rumah.
Peran Ekspektasi Sosial
Salah satu penyebab utama tekanan pada ibu yang bekerja adalah ekspektasi sosial. Masyarakat sering mengharapkan wanita menjadi "Supermom," yang dapat menjalankan semua peran tanpa cela. Meskipun demikian, kenyataannya adalah seseorang tidak mungkin menjadi ahli dalam semua bidang secara bersamaan. Ini merupakan penyebab timbulnya perasaan bersalah yang berlebihan (mom guilt) ketika seorang ibu merasa gagal dalam memenuhi standar yang dipaksakan oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menurut Sheryl Sandberg, COO Facebook dan penulis buku Lean In, perempuan seringkali menghadapi dilema besar antara aspirasi karier dan peran keluarga. Dalam bukunya, Sandberg menyoroti pentingnya pembagian tanggung jawab yang seimbang antara pasangan untuk mengurangi beban yang kerap dibebankan pada perempuan.
Data Tentang Working Mom
Data yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tenaga kerja perempuan di Indonesia terus meningkat, mencapai sekitar 54,42% pada tahun 2023. Ini berarti lebih dari setengah perempuan usia kerja di Indonesia berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja. Namun, peningkatan partisipasi ini tidak diiringi dengan perubahan yang signifikan dalam hal pembagian pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak.
Sebuah survei oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) menunjukkan bahwa 80% perempuan yang bekerja merasa memiliki tanggung jawab penuh atau sebagian besar atas pengasuhan anak dan tugas-tugas rumah tangga, meskipun mereka juga bekerja penuh waktu di luar rumah. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun perempuan kini banyak yang bekerja, ekspektasi tradisional tentang peran perempuan dalam rumah tangga masih dominan.
ADVERTISEMENT
Cara Mengurangi Beban Mental
Untuk mengatasi beban mental yang dirasakan ibu bekerja, perlu ada perubahan baik di level pribadi, keluarga, maupun masyarakat. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil untuk meringankan tekanan tersebut:
Peningkatan Pembagian Tugas dalam Rumah Tangga
Penting bagi pasangan untuk berbagi tanggung jawab secara lebih adil, baik dalam hal pekerjaan rumah tangga maupun pengasuhan anak. Hal ini dapat mengurangi beban mental perempuan yang merasa harus melakukan segalanya sendiri.
Dukungan dari Tempat Kerja
Perusahaan juga perlu menciptakan kebijakan yang mendukung keseimbangan kehidupan kerja dan keluarga. Fleksibilitas jam kerja, opsi bekerja dari rumah, dan cuti keluarga yang lebih baik adalah beberapa kebijakan yang dapat membantu ibu bekerja.
Mengatasi Ekspektasi Sosial
ADVERTISEMENT
Masyarakat perlu mengubah pandangannya tentang peran gender tradisional. Perempuan tidak perlu sempurna dalam setiap peran yang mereka lakukan. Kampanye kesadaran publik tentang pentingnya keseimbangan dan dukungan bagi perempuan harus terus digalakkan.
Self-Care dan Kesehatan Mental
Penting bagi para ibu bekerja untuk mengutamakan perawatan diri. Meluangkan waktu untuk istirahat, menjaga kesehatan mental, dan meminta bantuan jika diperlukan dapat mengurangi tingkat stres yang dialami.
Pada Intinya: Berikan Perhatian yang Lebih Kepada Ibu Bekerja
Beban mental ibu bekerja adalah isu serius yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak, termasuk keluarga, tempat kerja, dan masyarakat. Kombinasi ekspektasi sosial tinggi, tanggung jawab karier, dan kewajiban rumah tangga bisa menimbulkan tekanan besar pada kesehatan mental individu. Penting bagi semua pihak untuk mendukung working mom dalam menemukan keseimbangan yang sehat antara karier dan kehidupan pribadi.
ADVERTISEMENT