Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Kebaya dan Hari Kartini: Antara Warisan Budaya dan Tantangan Modern
26 April 2025 12:51 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sanjani Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Setiap 21 April, Indonesia memperingati Hari Kartini. Di sekolah, kantor, hingga media sosial, banyak perempuan tampil anggun mengenakan kebaya. Namun, setelah hari itu berlalu, kebaya kembali tersimpan rapi di lemari.
ADVERTISEMENT
Kebaya, yang dulu menjadi simbol kesederhanaan dan kekuatan perempuan seperti Kartini, kini lebih sering dianggap sebagai pakaian seremoni—bukan busana sehari-hari. Apakah kebaya memang sudah tidak relevan lagi di zaman modern?
Ketika Tradisi dan Gaya Hidup Modern Tidak Lagi Sejalan
Bagi banyak anak muda, kebaya terasa "ribet", tidak praktis, dan hanya cocok untuk acara resmi. Padahal di balik setiap helai kainnya, kebaya menyimpan nilai sejarah, budaya, dan filosofi yang kuat. Ini bukan soal gaya, tapi soal identitas.
Menariknya, masih ada komunitas yang berjuang menjaga nyala kebaya di kehidupan modern. Misalnya gerakan Selasa Berkebaya dan kampanye Kebaya Goes to UNESCO. Mereka ingin kebaya kembali menjadi bagian dari gaya hidup perempuan masa kini, bukan hanya simbol nostalgia.
ADVERTISEMENT
Di Yogyakarta, ada komunitas perempuan muda yang rutin memakai kebaya ke kampus dan ruang publik setiap hari Selasa. Reaksi masyarakat pun beragam—dari yang kagum hingga yang menganggap aneh. Inilah tantangan nyata: bagaimana membawa nilai tradisi ke ruang modern tanpa merasa canggung?
Kebaya Bukan Sekadar Busana, tapi Simbol Perjuangan
Hari Kartini seharusnya tidak hanya menjadi momen foto bersama dengan kebaya. Ini saatnya kita merenungkan kembali: apakah nilai-nilai perjuangan Kartini masih kita hidupkan hari ini?
Kebaya bisa menjadi simbol bahwa perempuan Indonesia tetap anggun, kuat, dan punya jati diri—tanpa harus mengorbankan kenyamanan dan gaya. Tapi tentu, ini butuh kerja sama dari banyak pihak.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Agar kebaya tetap hidup dan relevan, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:
ADVERTISEMENT
Jangan tunggu sampai kebaya hanya jadi pajangan museum. Kita bisa mulai dari langkah kecil: pakai kebaya dengan bangga, dan ceritakan maknanya. Karena seperti kata Kartini, “Habis gelap terbitlah terang”—dan di balik terang itu, mungkin ada kebaya yang tetap setia menjaga cahaya budaya kita.