Konten dari Pengguna

Pengetahuan Akan Dampak Limbah Pakaian Berujung Daur Ulang Pakaian Menjadi Modis

Nicole Santoso
Mahasiswa Bina Nusantara
4 Januari 2023 9:36 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nicole Santoso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Unsplash. Oleh: Hannahmorgan7. Gambar pakaian di rak toko pakaian. assorted-color hanging clothes lot (unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Unsplash. Oleh: Hannahmorgan7. Gambar pakaian di rak toko pakaian. assorted-color hanging clothes lot (unsplash.com)
ADVERTISEMENT
Pernah tidak sih ketika anda bertemu seseorang dan tiba-tiba mendengar kalimat “ kamu sangat cewek bumi deh”, atau mendengar kalimat dengan istilah “ pakaiannya gelap banget deh seperti cewek mamba”. Seketika ketika mendengar istilah-istilah tersebut kita akan sedikit bingung jika tidak familiar dengan istilah pakaian yang sedang trend seperti yang diucapkan. Cewek bumi?, maksudnya aku sering berpetualang makanya dibilang cewek bumi?, atau cewek mamba?, maksudnya hitam seperti warna ular Mamba pakaianku? Mendengar definisi ini pasti kita akan sedikit bingung jika kita tidak akrab dengan istilah-istilah fashion trend kekinian.
ADVERTISEMENT
Contohnya baru-baru ini sedang ramai perbincangan anak muda di media sosial akan adanya pelabelan warna pakaian, seperti cewek kue, cewek bumi, dan cewek mamba. Hal ini pun dikategorikan atas pemilihan warna oleh si pemakai, cewek kue sebagai perempuan yang memakai warna pakaian yang cenderung terang dan berwarna-warni dan biasanya bernuansa pastel. Sedangkan cewek bumi adalah pakaian yang mayoritasnya berwarna bumi atau “earth tone”, seperti cokelat muda, atau warna netral. Terakhir di dalam kategori ini terdapat istilah cewek mamba, di mana pakaian didominasi oleh warna hitam atau pakaian all black.
Istilah-istilah pakaian sebenarnya tidak hanya berhenti disitu saja, jika kita melihat jauh kebelakang sudah banyak sekali versi ragam fashion yang dinamakan atau dilabelkan yang trend pada zamannya. Untuk para lelaki yang suka banget memakai baju santai tetapi terlihat modis dan mempunyai aura seperti pemusik atau sastrawan dapat dikatakan sebagai “cowok indie” ataupun pakaian yang nuansanya seperti tahun 90-an dapat dinamakan sebagai “retro style”. Perkategorian baju ini banyak sekali dan berbeda-beda. Bahkan dengan melihat suasana pakaian atau mode busana pilihan, individu dapat dengan mudah disimpulkan dengan istilah-istilah untuk melabelkan kategori suasana pakaian seseorang, atau persona orang tersebut.
ADVERTISEMENT
Fashion atau gaya busana sudah berevolusi dari tahun ke tahun. Perubahan pola, trend warna, dan bahkan motif sudah bervariatif dari zaman ke zaman. Gaya busana sudah berperan untuk individu mengekspresikan dirinya dengan bebas. Di zaman sekarang fashion dan style sudah melekat bagaikan personalitas seseorang. Gaya busana pun sudah dinamai atau dikategorikan ranah pewarnaannya begitu juga style yang terpilih dan dipakai. Di dunia di mana hal-hal diliput di media sosial, trend, dan inspirasi gaya sudah sangat mudah untuk dilihat, diikuti, serta dijadikan kekinian. Maka dari situlah muncul definisi dari fast fashion. Dalam fast fashion ini industri pakaian fashion memproduksi banyak jenis versi baju dengan cepat sesuai model trend dalam kurun waktu yang sangat singkat. Hal ini tentunya berbahaya dalam segi konsumerisme dan segi pencemaran polusi serta limbah yang dikeluarkan oleh pabrik yang memproduksi mode busana. Mode busana yang dibuat dengan cepat atau diistilahkan fast fashion ini biasa dijual oleh toko-toko pakaian yang marak konsumerisme nya.
Sumber: Unsplash. Oleh: Francois Le Nguyen. Gambar limbah pakaian. garbage on the street during daytime (unsplash.com)
Toko yang mempunyai cabang banyak di setiap negara, mengikuti trend dengan cepat, mengganti dan menambah stock dengan kuantitas banyak merupakan sumber masalah pertama. Di beberapa negara, para pekerja pun tidak mendapatkan gaji dan perlakuan yang layak, bekerja mengikuti batas waktu yang telah ditentukan dalam periode waktu yang pendek, dan terkadang tidak mendapatkan perlakuan yang layak sebagai karyawan yang semestinya.
ADVERTISEMENT
Dengan memproduksi tekstil berwarna yang banyak dapat mencemari perairan dengan racun limbah jika tidak diproses dengan bersih proses penyaringannya. Bahkan suatu dokumenter memperlihatkan terdapat desa yang sumber pengambilan air di sungainya sudah tercemar oleh limbah dan secara tidak langsung air tersebut mempengaruhi kesehatan warga sekitar. Tidak hanya itu, bahkan produksi yang cepat mempengaruhi polusi udara karena ditambahnya asap produksi dari pabrik tekstil, dan pencemaran tanah dikarenakan lahan kosong yang dijadikan sebagai pembuangan sampah tekstil yang akhirnya menumpuk.
Pertama mari kita bahas mengenai pencemaran air yang disebabkan oleh industri fashion ini. Dalam dokumenter VICE News dikatakan bahwa sungai di negara Cina dapat memprediksi trend warna pakaian di musim selanjutnya dengan melihat warna air sungai yang sudah tercemar dengan limbah industri. Produksi pakaian secara banyak dan cepat menghasilkan banyaknya air yang terpakai dan terbuang secara cuma-cuma atau dapat dikatakan terpakai dengan boros. Dibutuhkan 40 liter air untuk membuat satu buah baju. Bayangkan berapa banyak air yang terbuang secara cuma-cuma dan banyak hanya untuk membuat satu buah baju, itupun belum termasuk air bilasan dan proses lainnya yang dibutuhkan untuk membuat suatu buah pakaian. Tidak cukup hanya disana, air yang tercemar akan terbuang dan memasuki perairan masyarakat. Air yang berasal dari limbah sudah seharusnya diproses dengan sangat teliti dan benar agar limbahnya dapat berubah bersih, tetapi masih banyak sekali perusahaan yang abai akan hal ini, apalagi proses filter membutuhkan biaya yang sangat besar dan penanganan yang sangat detail. Jika proses pembuangan air dibuang begitu saja, air yang menyangkut pewarna dan limbah microplastics dari benang dan bahan pakaian akan mencemari lautan. Biota laut pun secara tidak langsung akan konsumsi kimia yang dihasilkan oleh limbah produksi pakaian. Air yang dibuang dari pabrik akan mengalir melalui saluran, menuju sungai, lalu menuju lautan. Dalam proses ini tentu ada beberapa masalah yang harus kita perhatikan. Air aliran sungai sebelum menuju laut pastinya akan digunakan manusia untuk dipergunakan sebagai sarana kebutuhan sehari-hari, seperti air untuk kebersihan, memasak, dan hal lainnya.
ADVERTISEMENT
Kimia yang terdapat pada limbah tekstil pastinya sangat kuat dan tidak diketahui isinya oleh sebagian masyarakat. Jika air digunakan untuk membersihkan tubuh, kulit masyarakat yang menggunakan air tersebut perlahan-lahan akan terkena penyakit kulit. Bahkan lebih parahnya lagi jika air di sungai dipakai untuk memasak dan dikonsumsi sebagai air minum, tentu mungkin air tersebut sudah diproses dengan dimasak, tetapi zat-zat berbahaya dan kuat tersebut masih menempel dalam partikel air, sehingga makanan dan minuman yang dikonsumsi tercemar. Polusi udara tentunya disebabkan oleh asap pabrik yang menyebabkan polusi dan gangguan pernapasan. Tidak hanya itu, kita pun tidak tahu asap kimia apa yang menguap yang kita hirup yang tercampur dengan udara sehari-hari yang kita hirup.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya pencemaran yang tidak kalah penting yang mungkin belum banyak diketahui adalah pencemaran lahan atau tanah. Lahan limbah sampah dan pakaian sudah sangat menumpuk, khususnya di Indonesia, Afrika, dan juga India. Penumpukan limbah di lahan pembuangan sampah ini disebabkan oleh pakaian yang diproduksi dengan cepat untuk mengikuti trend tanpa melihat kualitas dan jangka ketahanan pakaian tersebut. Sehingga pakaian lebih cepat terbuang dan tidak di daur ulang karena secara psikologis tindakan konsumerisme akan lebih memilih membeli pakaian yang sedang trend, ketimbang mendaur ulang pakaian dengan bahan yang mudah rusak. Bahan yang diproduksi dengan cepat mempunyai tingkat kualitas yang rendah membuat pakaian cepat rusak dan dikesampingkan. Hal ini membuat penumpukan limbah bertambah akibat kualitas pakaian yang kurang kualitasnya, dan trend yang terus diproduksi secara berlebihan dan tidak ethical.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu salah satu cara agar kita tetap tampil modis, melindungi lingkungan kita, dan mengasah kreatifitas adalah dengan mencoba untuk mendaur ulang pakaian kita. Mendaur ulang pakaian kita dengan cara mendesain ulang, menjual pakaian kita, ataupun bertukar pakaian dengan orang terdekat kita, atau berbelanja pakaian yang sudah pernah dimiliki seseorang sebelumnya yaitu dengan istilah thrifting atau preloved .
Mendesain ulang pakaian dapat mengasah kreatifitas dan memodifikasi pakaian. Dengan mengumpulkan pakaian dan bahan-bahan, serta mencari inspirasi, mengubah, dan mengabungkan pakaian akan menghasilkan pakaian yang unik yang akan terasa dekat dengan diri kita. Karena kita merasa jati diri kita sangat dekat dengan pakaian yang kita modifikasi desainnya.
Dengan menjual pakaian, kita dapat mengurangi orang-orang membeli pakaian baru. Menjual pakaian yang masih layak pakai dapat mengurangi pengeluaran dan produksi yang dihasilkan oleh pabrik pakaian. Dengan membiasakan menjual pakaian, kita juga akan berani dan ada rasa untuk mencoba membeli pakaian bekas pakai milik orang lain juga. Gerakan membeli pakaian bekas yang masih layak dipakai ini dapat diistilahkan sebagai thrifting atau preloved. Mungkin pertama-tama akan ada rasa sungkan untuk membeli pakaian yang bekas, tetapi jika sudah dijalankan akan ketagihan sekali untuk melakukan kegiatan thrifting ini karena kita akan menemukan pakaian unik yang layak pakai dengan harga miring jauh lebih terjangkau dari harga pakaian yang dijual di toko busana yang kekinian yang sering kita jumpai di pusat pembelanjaan. Membeli pakaian bekas bukan berarti kita tidak bisa mengikuti trend, trend pakaian selalu berputar masanya. Maka dengan mencoba thrifting atau preloved ini kita masih dapat mendapatkan barang yang kita inginkan dan mengikuti model trend yang ada.
ADVERTISEMENT
Terakhir kita dapat menukar pakaian kita dengan orang terdekat kita, hal ini dapat membantu kita untuk menemukan inspirasi gaya busana alternatif dan mencoba gaya busana yang baru tanpa harus mengeluarkan biaya lebih atau membeli pakaian baru. Kita pun dapat mencoba dan mengembalikan pakaian yang dipinjam jika sudah memakainya. Bahkan kita dapat melakukan barter busana pakaian kepada orang-orang terdekat kita untuk merasakan sensasi memakai model busana yang berbeda.
Sumber: Unsplash. Oleh: Crew. Gambar pakaian yang digantung. hanging clothes lot (unsplash.com)
Setelah mengetahui akan sisi gelap dan buruknya produksi pakaian yang cepat dan tidak ethical, semoga anda dapat lebih sadar dan lebih perhatian kepada lingkungan dan tindakan konsumerisme yang marak dilakukan. Beberapa tips yang dapat memodiskan busana yang mengikuti trend dengan kreasi kita sendiri semoga dapat menginspirasi anda semua. Selamat menerapkan gerakan ini untuk kebaikan bumi, dan gerakan perilaku etis kita kepada diri kita dan bumi yang kita sayangi.
ADVERTISEMENT