Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Kenapa Kita Menangis
2 Desember 2024 13:12 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari SARAH LEWAHERILLA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pasti kalian pernah dengar meme “Queens never cry”, atau kalian pernah dengar kalimat “anak laki-laki tuh gak boleh nangis” atau bahkan kalimat ini “sedih tuh di simpan sendiri aja gak usah ditunjukin ke orang-orang”. Menangis adalah bagian dari pengalaman manusia yang sering dianggap sebagai tanda kelemahan atau kerentanan, padahal menangis adalah salah satu cara untuk meluapkan emosi. Tetapi, pernahkah terpikir oleh kalian sebenarnya apa sih penyebab kita menangis? Bagaimana tubuh kita bisa merespons rasa sedih dengan cara menangis? Ternyata hal tersebut tidak dapat lepas dari faktor psikologi dan bagaimana cara otak kita bekerja lho. Dalam artikel kali ini kita akan membahas lebih dalam mengenai teori psikologi dan bagaimana cara otak kita bekerja, hingga kita menangis.
ADVERTISEMENT
Menangis dalam perspektif psikologi dibagi menjadi tiga teori, yang pertama adalah Catharsis Theory. Dimana menurut Freud, menangis adalah cara kita untuk melepaskan emosi yang terpendam atau penyembuhan emosional melalui perasaan. Saat kita menangis emosi negatif dalam tubuh akan dikeluarkan dan digantikan oleh perasaan lega. Selanjutnya ada Attachment Theory yang dikemukakan oleh John Bowlby, Bowlby menjelaskan bahwa menangis adalah mekanisme adaptif yang berkembang sejak bayi untuk menarik perhatian. Sebagai orang dewasa, tangisan tetap menjadi alat komunikasi emosional yang seringkali memicu rasa empati dari orang lain. Teori terakhir adalah Schachter-Singer Two-Factor Theory dimana ia menggabungkan Arousal Fisiologis (respons tubuh terhadap stres atau stimulasi emosional) dan Interpretasi Kognitif (persepsi individu terhadap situasi yang menyebabkan emosi tersebut). Sebagai contoh saat menghadapi kehilangan, tubuh merespons dengan stres, dan pikiran menghubungkan pengalaman itu dengan rasa duka, yang kemudian memicu air mata.
Selanjutnya menuju bagian otak, dimana terdapat beberapa bagian dalam otak yang terlibat didalam proses ini. Pertama adalah Sistem Limbik atau bagian dari otak yang berperan besar dalam mengatur emosi dan memori, terdapat beberapa struktur penting yang terlibat dalam sistem ini yaitu :
ADVERTISEMENT
Amigdala bertanggung jawab untuk memproses emosi
Hipotalamus berfungsi untuk mengatur respons fisiologis tubuh terhadap emosi
Hippocampus yang membantu mengaitkan emosi dengan memori
Ketiga struktur ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, dan semuanya sudah memiliki tugasnya masing-masing.
Kedua adalah Sistem Saraf Otonom. Sistem saraf otonom memiliki fungsi sebagai pengatur bagian tubuh yang tidak disadari, seperti pernapasan, detak jantung, dan pencernaan. Dalam konteks menangis sistem ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Ketika seseorang merasa tertekan atau emosional, sistem simpatik meningkatkan respons stres tubuh, yang mencakup peningkatan detak jantung dan perasaan "tercekik," yang sering kali mendahului tangisan.
Setelah menangis, sistem parasimpatik bertugas untuk mengembalikan tubuh ke keadaan tenang, membantu mengurangi stres dan meningkatkan keseimbangan tubuh secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Bagian terakhir dalam otak yang terlibat adalah Neurotransmiter dimana ia berperan dalam menenangkan atau memodulasi emosi. Terdapat tiga hormon yang termasuk kedalam bagian ini, yaitu :
oksitosin dilepaskan ketika seseorang menangis dan mendapatkan dukungan emosional, membantu mengurangi rasa stres dan meningkatkan ikatan sosial.
Endorfin berfungsi sebagai pereda nyeri alami. Menangis seringkali disertai dengan pelepasan endorfin, yang dapat memberikan perasaan lega setelah menangis.
Kortisol adalah hormon stres yang diproduksi tubuh saat mengalami stres emosional. Menangis membantu menurunkan kadar kortisol dalam tubuh, memberikan rasa kenyamanan setelah proses emosional tersebut.
Dapat kita lihat bahwa menangis ternyata melibatkan berbagai macam bagian otak, terutama terkait pengelolaan emosi dan pengaturan fisik tubuh. Selain itu terdapat sistem saraf dan Neurotransmiter yang ikut membantu menenangkan tubuh setelah mengalami emosi yang intens
ADVERTISEMENT
Sehingga berdasarkan penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa menangis adalah hal yang normal dan dapat digunakan untuk membantu kita dalam melepas emosi, memperkuat hubungan sosial antar satu dengan yang lainnya, serta menjaga keseimbangan antara psikologis dan neurologis. Daripada menganggap tangisan adalah suatu kelemahan, lebih baik kita memahami maksud dan tujuan tangisan tersebut dan kita manfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup kita.