Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Mengapresiasi Karya Sastra pada Cerpen "Senja Lemakui"
26 Oktober 2022 9:55 WIB
Tulisan dari Sarah Sabrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cerpen ini bertemakan kecintaan yang mengisahkan seorang Tuan, yang ingin dikuburkan jasadnya bersama burung cendrawasih, karena Tuan tersebut sangat mencintai burung cendrawasih. Hal ini digambarkan dalam dialog yang dilontarkan oleh Tuan kepada Alex “Bila kelak aku mati, kuburkan jasadku bersama sepasang bangkai cenderawasih”.
ADVERTISEMENT
Tokoh pertama yang ada pada cerpen ini adalah George atau Tuan, Tuan juga merupakan tokoh utama di dalam cerpen ini. Tuan memiliki sifat yang peduli, dia rela mati demi menyelamatkan burung cendrawasih, hal ini dipertegas dalam kalimat “Dia rela mati demi menyelamatkan burung surga itu”.
Dalam cerpen ini juga diceritakan bahwa George menunggu kedatangan burung cendrawasih. George menunggu burung cendrawasih sampai tidak bisa memejamkan matanya. Keesokan harinya akan diadakan upacara bakar batu. Pemuda-pemudi suku Dani bergegas menuju hutan sagu untuk memangkur sagu. Sepanjang perjalanan, mata George awas memperhatikan batang pohon, namun hasilnya tetap sama saja, dia tidak mendapatkan apa pun. Bahkan sampai tiba di hutan sagu pun, George tidak menemukan satupun burung cendrawasih di atas pohon.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba saja terdengar bunyi tembakan dari dalam rimba. Semua orang panik, para pemuda sudah bersiap dengan panah dan tombak mereka. George yang juga berada di sana menjadi kaku. Darahnya seakan memanas. Tanpa disadari, kakinya melangkah dengan sendirinya menerobos kerumunan pemuda. Tatapan mata George tajam, serupa dengan singa yang menyaksikan anaknya dibunuh. George berlari ke dalam hutan tanpa meninggalkan jejak.
Alex dan pemuda suku Dani pun mencari George yang hilang dari kerumunan, tetapi tidak kunjung mereka temukan. Hingga hujan turun sangat deras pun mereka tetap tidak menemukan George. Alex khawatir terjadi sesuatu dengan Tuannya. Pikiran Alex sudah tidak karuan. Dia tidak dapat membayangkan hidupnya tanpa ditemani George.
Sampai akhirnya hujan mulai reda, berganti senja yang menjuntai bak permadani. Alex pun pasrah dengan kepergian Tuannya itu. Tiba-tiba saja mata Alex menangkap seekor burung cendrawasih jantan bertengger di atas daun gaharu. Sebuah pemandangan yang tidak pernah ditemui sebelumnya. Burung surga yang berada di antara senja dan pelangi. Alex merasa terlahir kembali.
ADVERTISEMENT
Tokoh kedua adalah Alex atau bujang. Alex memiliki sifat yang humoris atau penghibur, hal ini digambarkan dalam dialog yang dilontarkan oleh Alex kepada Tuannya “Sudahlah Tuan, mungkin para cendrawasih jantan tengah melakukan sunatan bersama-sama hari ini, makanya mereka tidak berani keluar”. Selain itu, lex pun memiliki sifat yang cuek, hal ini dipertegas dalam kalimat “Dia tak menyangka yang dikatakan oleh tuannya itu bukan isapan jempol belaka”.
Latar tempat pada cerpen ini berada di ruangan yang digambarkan pada kalimat “Asap tembakau memenuhi ruangan,...”. Selain di ruangan, latar tempat pada cerpen ini juga berada di hutan sagu, yang digambarkan pada kalimat “Para pemuda-pemudi suku Dani bergegas menuju hutan sagu...". Latar waktu yang digambarkan di cerpen ini adalah sore hari, yang dituliskan pada kalimat “Sore itu senja turun…” dan malam hari, yang dituliskan pada kalimat “Malam itu hujan turun…”. Suasana pada cerpen ini pun didominasi oleh suasana khawatir. Suasana khawatir ini digambarkan pada kalimat “Dia khawatir terjadi sesuatu dengan Tuannya itu”.
ADVERTISEMENT
Cerpen “Senja Lemakui” ini menggunakan alur maju yang menyampaikan cerita secara kronologis, dimulai dari tahap pengantar cerita, yakni kisah hidup Tuan yang ingin dikuburkan jasadnya bersama bangkai burung cendrawasih sampai dengan tahap akhir cerita yang menceritakan bahwa Tuan tersebut mati karena ingin menyelamatkan burung cendrawasih yang dicintainya. Cerpen ini juga memberikan amanat yang baik untuk semua orang agar tidak berburu hewan liar di hutan, karena bisa memusnahkan hewan tersebut.
“Senja Lemakui” merupakan cerpen karya Elsina Puspitaningrum Salakay yang berasal dari Papua, oleh karena itu Elsina mengangkat cerita tentang alam Papua dan burung cendrawasih. Elsina mendapatkan juara 1 lomba cipta cerpen ARKI pada tahun 2015. Cerpennya diterbitkan oleh Dar! Mizan menjadi sebuah kumpulan cerpen dengan judul buku The Next Creator (kumpulan karya pemenang akademi remaja kreatif angkatan pertama).
ADVERTISEMENT
Cerita yang ditulis oleh Elsina ini berhasil menimbulkan emosi yang beragam, emosi marah dan sedih timbul setelah membaca cerpen ini. Emosi marah timbul karena cerpen ini menceritakan tentang orang-orang yang berburu hewan liar di hutan, adapun emosi sedih timbul karena Tuan yang rela mati demi menyelamatkan burung cendrawasih.
Setiap orang tentu memiliki perspektif masing-masing terhadap sebuah bacaan yang dibaca sehingga menghasilkan perbedaan penilaian kekurangan dan kelebihan dari bacaan tersebut. Kekurangan dari cerpen ini, bahasanya yang sulit untuk dimengerti. Cerpen ini juga mempunyai kelebihannya, ceritanya menarik dan bisa diambil amanatnya dengan baik.