Badak Jawa Telah Punah di Malaysia – Indonesia Mengambil Tindakan

S. Rosemery M
Penulis tertarik dengan isu lingkungan, konservasi, keanekaragaman hayati, perubahan iklim dan sosial&budaya
Konten dari Pengguna
15 Desember 2017 10:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari S. Rosemery M tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keberadaan Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) resmi dinyatakan punah di Malaysia. Lima jenis spesies badak jawa yang terancam punah sekarang hanya dapat ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Jawa Barat, Indonesia, di mana ke 68 individu badak ini dipantau secara ketat. Awalnya persebaran badak jawa hampir tersebar di seluruh Asia Tenggara, dan statusnya sekarang diambang kepunahan, terkecuali di wilayah perlindungan. Diharapkan pemerintah Indonesia dapat segera tanggap dan serius menyikapi ancaman terhadap kepunahan badak jawa.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pidato Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (The Deputy Minister of Natural Resources and Environment), Malaysia, Dr. Hamim Samuri pada seminar Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) tanggal 22 November 2017 lalu, menyatakan, badak Jawa telah dinyatakan punah (extinct) di Malaysia, berdasarkan laporan daftar satwa liar Malaysia yang terbaru.
Laporan tersebut menjelaskan bahwa, selama monitoring atau pantauan jangka panjang lebih kurang 7 tahun, Departemen Kehutanan Malaysia mencatat masih tersisa tiga individu badak jawa. Namun dalam pantauan tahun ini, baik menggunakan kamera jebak (camera traps) ataupun patroli lapangan, sayangnya tidak ditemukan satu ekor pun jenis badak jawa di luasan semenanjung Malaya.
Menurut Hamim, berdasarkan laporan daftar satwa liar tersebut, Badak Jawa telah dinyatakan punah (extinct), sementara empat satwa lainnya, yaitu badak sumatera, harimau Malaysia, trenggeling sunda dan gaur atau juga disebut bison India, dianggap spesies yang terancam punah.
ADVERTISEMENT
“Satwa liar kita sedang menghadapi berbagai macam ancaman dikarenakan berkurangnya wilayah habitat oleh deforestasi. Ditambah lagi, berkurangnya habitat satwa liar terutama macan dan gajah disebabkan oleh perburuan dan aktifitas perdagangan liar yang akhir-akhir ini tinggi di pasar gelap (black market)”, kata Hamim.
Sejak abad ke-19 pemburu liar telah membunuh badak jawa dalam jumlah yang sangat besar. Selain itu, penduduk lokal sering merasa terganggu dengan kehadiran badak, dikarenakan satwa ini dianggap sebagai hama pengganggu oleh petani. Culanya yang unik sering dijual dengan harga yang sangat tinggi untuk bahan pengobatan tradsional atau sebagai cendera mata wisata.
Di Vietnam, individu terakhir subspesies badak jawa telah punah pada tahun 2010, dan sekarang Malaysia mengalami keadaan yang sama.
ADVERTISEMENT
Saat ini populasi badak jawa hanya ditemukan di TNUK, Jawa Barat. TNUK menjadi habitat badak dengan daya dukung bagi 50 individuan meski relatif aman dari perburuan, ancaman lain justru datang dari kondisi lingkungan TNUK terkini, yang dapat membahayakan kelangsungan hidup badak jawa.
Menurut WWF Indonesia ancaman yang dihadapi oleh Badak Jawa antara lain, berkurangnya keragaman genetis. Sulitnya satwa bereproduksi, menyebabkan rendahnya keragaman genetis yang dapat berakibat pada lemahnya kemampuan badak menghadapi penyakit dan bencana alam. Kemudian hilangnya habitat atau degradasi dan juga invasi tanaman langkap yang menyerang pakan badak.
Hampir 50% tanaman yang berada di TNUK itu telah ditumbuhi oleh pohon langkap (Arenga obtusifolia), daun mudanya dimakan, diduga juga sebagai tumbuhan yang dapat mengancam ketersediaan tumbuhan sumber pakan. Invasi langkap merupakan penyebab utama terjadinya degradasi habitat badak jawa secara alami. Dalam jangka panjang diduga akan menyebabkan menurunnya populasi satwa ini dan berkurangnya keanekaragaman hayati di Taman Nasional Ujung Kulon.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lokasi TNUK juga sangat rentan terhadap bencana alam: wilayah ini telah terkena dampak tsunami di masa lalu, dan terdapat gunung berapi aktif 'Anak Krakatau' yang dapat menghapus semua kehidupan di kawasan lindung jika sewaktu-waktu gunung tersebut meledak. Badak juga rentan akan penyakit. WWF telah melaporkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir empat badak telah meninggal karena penyakit yang disinyalir menular dari kelenjar badak akibat ternak liar.
Suarakan Aksi Penyelamatan Badak Jawa
Tragedi punahnya badak jawa baik di Vietnam maupun di Malaysia, juga di beberapa negara lain seluruh dunia, menyisakan sebuah harapan kepada TNUK. Harapan terakhir spesies ini adalah melalui program yang sedang di jalankan oleh WWF dan beberapa NGO. Program pemindahan yang sedang diusahakan WWF dan stakeholder lokal, adalah dengan didirikannya suatu wilayah atau populasi baru yang layak bagi habitat badak jawa di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sejak berita pada tanggal 22 November, tentang kondisi badak jawa yang hampir mengalami kepunahan secara global, salah satu petisi online meminta pemerintah Indonesia untuk berbuat lebih banyak dalam usaha menyelamatkan badak Sumatera. Dari petisi ini sudah terkumpul lebih dari 100.000 tanda tangan.
"Sangat penting bagi pemerintah Indonesia untuk segera mengambil tindakan dalam membantu pelestarian atau upaya konservasi melalui penyelamatan badak Sumatera. Penundaan akan membuat masa depan mereka (badak) dalam bahaya", isi dari petisi tersebut. Petisi ini akan diserahkan langsung ke Presiden Joko Widodo segera setelah mencapai 120.000 tanda tangan.
Anda juga dapat berkontribusi langsung dalam usaha penyelamatan badak jawa. Untuk berkontribusi langsung dalam usaha penyelamatan badak jawa, anda bisa menandatangani petisi tersebut pada link berikut ini:
ADVERTISEMENT
https://www.thepetitionsite.com/nl/takeaction/941/658/570/?z00m=29796939&redirectID=2540785348
Artikel ini ditulis oleh Arthur Wyns seorang konservasionis yang bekerjasama dengan "Lonely Creatures". Lonely Creatures merupakan NGO yang terbentuk untuk membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap satwa-satwa langka atau satwa yang terancam kepunahan https://www.lonelycreatures.org. .
Penerjemah: Sarah RMW