Konten dari Pengguna

Di Balik Kesalahan

Sarah Tri Wulandari
Mahasiswi prodi Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
18 Juli 2023 8:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sarah Tri Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
SELAMAT ANDA DINYATAKAN LOLOS PESERTA SNMPN 2021!
Layar handphoneku berwarna hijau dengan notif tulisan seperti diatas. Tepat jam 1 malam aku memutuskan untuk membuka pengumuman SNMPN.
Ilustrasi kampus. Foto: Ghiffary Ridhwan/unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kampus. Foto: Ghiffary Ridhwan/unsplash.com
Hari ini rasanya campur aduk, sudah tidak mau berharap apa apa pasalnya aku memang tidak menunggu pengumuman itu.
ADVERTISEMENT
Pikirku, ini hanya cadangan. Jadi awalnya aku tidak mengharapkan apa apa. Apalagi ini bukan jurusan yang kumau. Iya, saat pendaftaran peserta SNMPN terjadi kesalahan yang berujung aku "kesasar" kejurusan ini.
Ilustrasi kesasar. Foto: Matthew Henry/unplash.com
Salah pencet jurusan. Kesal? Iya, butuh waktu lama untuk mengikhlaskan jurusan yang kumau. Tiga tahun mengejar ekonomi dan sejarah namun nyatanya nihil. Tidak ada satupun program studi yang kuambil dari program studi favoritku.
Setelah tertolak Ilmu sejarah dan bimbingan konseling di salah satu PTN lewat jalur SNMPTN. Aku mencoba jalur kedua, ya, SBMPTN. Mendaftar pada program studi Ilmu Ekonomi dan Ilmu sejarah di salah satu Universitas Jawa Barat.
Namun, naasnya saat hari UTBK tiba aku masih terpapar covid-19. Ini adalah titik terendahku selama hidup. Aku merasa gagal, gagal memperjuangkan apa yang sudah aku siapkan sejak awal masuk SMA.
ADVERTISEMENT
Kesal, marah, kecewa kurasakan jadi satu. Ibaratnya sudah jatuh di jalan pertama lalu tergelincir di jalur kedua.
Ilustrasi kecewa, marah dan putus asa. Foto: Gabrielle Henderson/unplash.com
Nyawaku tinggal di pengumuman SNMPN namun rasanya sangat sulit sekali dijalani jika aku keterima di jurusan tersebut.
Prodi penerbitan jurnalistik dan periklanan. Pikirku, mau jadi apa aku? Tidak pernah menyukai tulisan tiba-tiba kesalahan itu membawaku kepada prodi yang harus berurusan dengan banyak tulisan dan desain. Sudah jatuh dan tersungkur lalu tertimpa tangga.
Mula-mula aku biasa saja namun saat detik-detik pengumuman itu tiba aku sedikit berharap aku keterima disalah satu jurusan itu. Setidaknya aku bisa membuat otakku merasa bangga dan bisa mengobati ke denialan ku.
Ternyata aku keterima di prodi jurnalistik. Sempat berpikir untuk mengabaikannya namun, aku tidak bisa menjamin apakah setahun kedepan aku bisa meraih semua kegagalanku sekarang?
ADVERTISEMENT
Akhirnya setelah perdebatan panjang dan menimbang-nimbang langkah apa yang harus aku ambil setelah masuk kedalam jurusan itu. Aku mulai daftar ulang, memulai lembaran baru dengan sedikit paksaan.
Sejak awal perkuliahan, aku selalu merasa aku adalah mahasiswa salah jurusan yang tidak tahu apa-apa. Melihat temanku yang super keren dan sepertinya menjalankannya sangat enjoy membuat aku merasa seperti manusia yang tidak punya arah.
Ilustrasi putus asa. Foto: Blake Cheek/unplash.com
Setelah satu semester dilewati dengan berbagai rintangan dan tentunya tangisan, mulailah aku merasa bahwa sebetulnya aku mempunyai passion di bidang ini. Berawal dari ketidak mau kalahan dari orang, aku berusaha untuk bangkit dan mencari tahu apa yang bisa aku gali di dalam diriku.
Akhirnya setelah melewati 3 semester awal, aku mulai menemukan passionku di bidang ini. Menulis, setidaknya aku masih bisa merangkai kata dan tulisanku dan nantinya tersebar lalu dibaca oleh banyak orang.
ADVERTISEMENT
Meskipun bergerak lambat, namun kini tulisanku semakin terasah. Tentunya tidak boleh cepat puas namun setidaknya di balik cobaan yang kuhadapi selama hampir 2 tahun ini, aku bisa memetik hasilnya.
Bagiku sekarang, sudah tidak ada waktu untuk menyesal. Sekarang aku hanya perlu terus berkembang untuk memperbaiki apa yang sudah ku ambil sejak awal.
Seperti kata-kata yang sering kudengar lewat mama.
"Allah tidak akan memberi jalan yang salah untuk umatnya".
Mungkin dahulu aku hanya takut, namun setelah dijalani dengan ikhlas rasanya lebih ringan. Sebab aku yakin, semua orang pernah merasakan hal ini.