Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Subuh baru lewat. Calon penumpang kereta di stasiun-stasiun Jabodetabek mulai mengular. Sebagian dari mereka berbaris panjang di loket penjualan tiket, sebagian lainnya mengantre di depan sejumlah vending machine (mesin penjual tiket otomatis), sedangkan sisanya melenggang masuk ke tripod gate in tanpa perlu terlalu repot mengantre panjang.
ADVERTISEMENT
Untuk yang terakhir, mereka ialah pemegang kartu multitrip prabayar Commuter Electronic Ticketing (Commet). Selama saldo dalam kartu mencukupi, calon penumpang tinggal menempelkan kartu (tap card) di gate in. Sistem ini lebih praktis dan cocok untuk para komuter yang tiap hari ulang-alik Bogor-Jakarta, Depok-Jakarta, Bekasi-Jakarta, Tangerang-Jakarta, dan sebaliknya.
Di peron-peron yang berjajar, para calon penumpang--yang kebanyakan pekerja di Jakarta--berderet menunggu kereta masuk. Sebagian langsung masuk ke kereta yang sudah terparkir.
Kereta-kereta yang sebagian besar didatangkan dari Jepang itu punya nama resmi: Commuter Line. Dulunya, kereta-kereta itu bernama Kereta Rel Listrik (KRL) Ekonomi AC.
Commuter Line, atau biasa disingkat CL, merupakan salah satu alat transportasi publik favorit bagi warga Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek). Harga tiketnya terjangkau, dan waktu tempuh perjalanannya relatif cepat.
ADVERTISEMENT
Data PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) menunjukkan, tren penumpang CL mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun lalu, 2016, CL mengangkut lebih dari 900 ribu penumpang per hari.
Dengan jumlah penumpang begitu banyak, risiko berdesak-desakan jadi makanan sehari-hari penumpang CL. Terlebih pada jam pergi dan pulang kerja.
Pengap dan bau keringat adalah hal tak terelakkan jika penumpang sedang penuh sesak.
Dari 72 stasiun kereta di seluruh Jabodetabek, Stasiun Tanah Abang di Jakarta Pusat menjadi yang tersibuk. Lonjakan angka jumlah penumpang di stasiun transit itu mencapai sekitar 73.413 tiap harinya.
Stasiun paling sibuk lainnya ialah Stasiun Manggarai di Jakarta Selatan. Baik Manggarai maupun Tanah Abang sama-sama stasiun transit. Dari sini, penumpang biasa berganti kereta ke jurusan yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Pindah kereta ketika transit lebih baik hati-hati, terlebih jika sela waktu antarkedatangan kereta pendek. Jeda singkat kerap membuat penumpang terburu-buru sehingga penumpang bisa jatuh, kehilangan barang, sampai mengalami kecelakaan fatal.
Stasiun Manggarai juga merupakan stasiun yang paling banyak mendapat sumpah serapah para penumpang CL. Sebab, untuk masuk ke stasiun itu, kereta mereka kerap mengantre dan menunggu lama. Waktu tunggu kadang begitu tak terprediksi, antara 7-30 menit.
Vice President of Corporate Communication PT KCJ, Eva Chairunisa, mengatakan kepadatan antrean kereta di Stasiun Manggarai untuk saat ini memang tak terelakkan.
“Manggarai menjadi salah satu stasiun transit dan pusat pertemuan kereta Commuter Line dengan kereta api jarak jauh. Kedua jenis kereta itu masih memakai rel yang sama,” ujarnya kepada kumparan di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Rabu (25/1).
ADVERTISEMENT
Bogor-Jakarta ialah rute salah satu rute terpadat di Jabodetabek. Rata-rata perjalanan Commuter Line dari Bogor ke Stasiun Kota Jakarta kurang lebih 1 jam 45 menit sampai 2 jam.
Sementara waktu kedatangan tiap kereta di stasiun-stasiun cukup variatif, antara 2-5 menit. Bisa juga lebih.
Bagi para pengguna CL, lebih baik menyediakan toleransi waktu 1 jam dari target perjalanan agar tak terburu-buru dan merasa “dag dig dug” di jalan.
Jumlah penumpang yang terus meningkat membuat PT KCJ terus berupaya menambang gerbong pada tiap kereta. Targetnya, tiap rangkaian kereta memiliki 12 gerbong. Saat ini, dari 76 kereta, baru 18 di antaranya memiliki 12 gerbong.
Para penumpang kereta biasa dijuluki roker alias rombongan kereta, atau anker alias anak kereta. Kaki pegal karena berdiri di kereta, itu hal biasa buat mereka.
ADVERTISEMENT
Apakah kamu juga salah satu roker? Yuk, bagi kisahmu di kumparan.