Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Meaning in Suffering : Mencari Makna saat Pandemi Covid-19
23 Januari 2021 14:23 WIB
Tulisan dari Sari Puteri Deta Larasati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada yang kenal dengan Victor Frankl? seorang Psikiater Austria yang hidup di zaman Holocaust sampai tahun 1997. Bukunya yang berjudul Man’s Search Meaning, berisi tentang pikiran-pikiran Frankl yang memberinya semangat untuk tetap bertahan hidup. Yang secara garis besar menceritakan perjalanannya saat struggling melawan ganasnya Nazi. Meskipun bukunya sangat laku keras pada kala itu, namun dengan rendah hati Ia berkata bahwa karyanya tersebut hanyalah “sebuah gambaran kesengsaraan masa kini”. Berbicara terkait masa kini, memasuki tahun baru 2021, tak terasa pandemi COVID-19 sudah memasuki bulan ke-11. Vaksin sudah mulai disebarkan diseluruh provinsi di Indonesia. Sedangkan jumlah yang terinfeksi masih membuldak disetiap harinya. Banyaknya masyarakat yang terinfeksi, mengakibatkan sebagian orang diliputi perasaan negatif, seperti tidak percaya/menyangkal, cemas, sedih, stres hingga depresi.
ADVERTISEMENT
Dalam menyikapi hal ini, Elisabeth Kübler Ross yang merupakan seorang Psikiater berdarah Swiss-Amerika, mengemukakan teori lima tahap kesedihan atau “The Five Stages of Grief”. Menurut Kübler-Ross, terdapat lima tahap respon kesedihan yang dapat dialami pasien ketika mengetahui kabar buruk yang menimpa dirinya. Tahapan yang mereka alami yakni penyangkalan (denial), marah (anger), menawar (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance). Hal ini tentunya tidak hanya dirasakan oleh penderitanya saja, melainkan bisa juga dirasakan orang terdekatnya ketika orang yang dicintanya meninggal dunia/menderita penyakit yang mematikan.
Kenali Proses Kesedihanmu
Meskipun secara umum tahapannya tidak sama bagi setiap individu, mengingat bahwa sifat manusia itu kompleks dan kesedihan bukan merupakan hal yang sesederhana itu. Namun, setidaknya beberapa kriterianya dapat membantu kita dalam menginterpretasikan berbagai hal baik dalam peristiwa kesedihan kita. Menurut Kubler Ross dalam bukunya On Death and Dying (Kubler-Ross, E 1998) bahwa 5 tahap pemulihan kesedihan di deskripsikan sebagai berikut :
ADVERTISEMENT
1. Denial (penyangkalan) : Merasa tidak percaya tentang apa yang terjadi padanya. Proses penyangkalan ini merupakan sebuah upaya pertahanan diri seseorang, atas emosi negatif yang dirasakannya. Seperti “Tidak mungkin saya terjangkit penyakit ini, hasilnya mungkin salah”.
2. Anger (kemarahan) : Perasaan marah terhadap peristiwa tersebut terkait “mengapa hal ini terjadi pada dirinya.”. Marah ini merupakan upaya pelampiasan terkait emosi yang muncul. Kubler Ross menjelaskan bahwa tahap kemarahan ini berlawanaan dengan tahap penyangkalan, yang merupakan sebuah upaya otak dalam melindungi dirinya.
3. Bargaining (penawaran) : Melakukan hal yang kurang rasional agar tidak terjadi hal yang sama. Hal ini dapat meliputi bertanya-tanya, berandai-andai, dan berjanji untuk rajin beribadah agar penyakitnya disembuhkan.
ADVERTISEMENT
4. Kesedihan/depresi : Pada tahapan ini biasanya sekumpulan emosi negatif muncul secara bersamaan. Hal ini bisa ditandai dengan adanya kehilangan gairah hidup, putus asa, unmotivated, dan menangis tanpa kendali. Depresi yang dibiarkan berlanjut dan tidak ditangani bisa menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas, gangguan hubungan sosial, hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri. Bila Anda merasa sangat kesulitan, segeralah meminta pertolongan profesional.
5. Acceptence (penerimaan) : Menerima apa yang terjadi pada dirinya secara intelektual dan emosional. Adanya perkembangan hidup yang lebih positif. Menurut Kubler Ross, penerimaan ini bisa disebut sebagai penyerahan diri. Proses penerimaan dapat berupa menerima peristiwa buruk yang telah terjadi dan memaknai arti hidupnya sebagai suatu pelajaran yang amat berharga.
Kiat-kiat dalam Menyikapi Kesedihan
ADVERTISEMENT
Kita semua tahu, bahwa menerima peristiwa buruk bukanlah perkara yang mudah, butuh proses yang amat panjang untuk hadir disitu. Jika menurut Kubler Ross sendiri untuk mencapai acceptence saja kita perlu merasakan emosi negatif terlebih dahulu. Namun, tidak mudah bukan berati tidak bisa. Dalam metode Psikoterapinya Victor Frankl, yakni Logoterapi, yang merupakan metode terapi yang berfokus pada pencarian makna keberadaan manusia, Ia merumuskan beberapa asas/prinsip dasar logoterapi dalam menemukan kebermaknaan hidup seseorang. Ia memaparkan bahwa :
1. Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun.
2. Setiap manusia memiliki kebebasan (yang hampir tidak terbatas) untuk menentukan sendiri makna hidupnya. Dari sini kita dapat memilih makna atas setiap peristiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna positif ataupun makna yang negatif. Makna positif ini lah yang dimaksud dengan hidup bermakna.
ADVERTISEMENT
3. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mangambil sikap terhadap peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan lingkungan sekitar.
4. Kebermaknaan dapat diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai dalam kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (eksperiental values) dan nilai-nilai bersikap (attitudinal values).
Paradigma Menyikapi Kesedihan : Menjadi Pribadi yang Full of Meaning
Konsep Kubler Ross dan Victor Frankl memberikan kita gambaran. Bahwa sekalipun kita menderita, seberapapun beratnya kita sepenuhnya memiliki kendali, mengambil alih untuk memilih dan menemukan makna dalam situasi tersebut. Namun, disisilain kita terkadang terjebak dalam lingkaran egoisme diri kita. Dengan perasaan serba ke-akuan, yang menjadi penghambat kita untuk belajar lebih siapa dan bagaimana sebenarnya diri kita. Dan jika memang kita sudah terlanjur berada dalam lingkaran penderitaan, maka yang terpenting adalah pengendalian hidup.
ADVERTISEMENT
Mengutip kata-kata dari (Victor Emir Frankl 1979) “Kamu tidak perlu menderita dulu untuk belajar. Tapi, jika kamu tidak belajar dari penderitaan yang tidak bisa kamu kendalikan, maka hidupmu sungguh-sungguh tidak bermakna.”
Salam Sadar
Sari Puteri Deta Larasati. S. Ag
Mahasiswa Interdisciplinary Islamic Studies dan Psikologi Pendidikan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta