Konten dari Pengguna

Ibu Bekerja dan Kenikmatan Semu WFH saat Pandemi

Sari Haniah
ASN Kementerian Ketenagakerjaan R.I.
26 Desember 2020 5:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sari Haniah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi ibu bekerja Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi ibu bekerja Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 masih terus menghantui. Merubah banyak sisi kehidupan masyarakat di seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali kehidupan para pekerja. Banyak pekerja yang kehilangan pekerjaan. Bagi yang masih bekerja pun dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan kondisi baru di era normal baru. Guna mengantisipasi penyebaran Covid-19, perusahaan memberlakukan jadwal kerja Work From Home dan Work From Office bagi pekerjanya.
ADVERTISEMENT
Dengan berpindahnya tempat kerja dari kantor ke rumah, memiliki sisi positif dan negatif. Bekerja dari rumah memungkinkan untuk sedikit bersantai di pagi hari, bisa menghabiskan banyak waktu bersama anggota keluarga yang lain, memasak, melakukan pekerjaan rumah lainnya, dan bisa lebih “santai” dalam bekerja.
Bahaya Faktor Psikologis WFH
Namun, ternyata itu hanya indah di awal. Sebuah kenyamanan semu. Ada hal yang luput disadari dan diwaspadai ketika bekerja dari rumah, salah satunya adalah kondisi psikologis. WFH tidak sepenuhnya aman. Faktor psikologis sering tidak dianggap sebagai faktor kesehatan. Padahal kekuatan imun seseorang dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologisnya.
Pandemi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran dan stress yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Dalam “Teleworking during the COVID-19 pandemic and beyond : A Practical Guide” yang diterbitkan oleh ILO, disebutkan hasil sebuah survey di mana banyak pekerja yang mengalami depresi, stress, low mood, mudah marah, insomnia, post-traumatic stress disorder symptom, dan kelelahan emosi yang diakibatkan isolasi atau karantina.
ADVERTISEMENT
Berada di rumah dan bekerja dari rumah bertujuan untuk mencegah penyebaran COVID-19. Namun, dampak dari terus berada di rumah bisa membahayakan kondisi psikologis. Karenanya perlu dilakukan beberapa antisipasi agar bahaya faktor psikologi dapat diminimalisir guna melindungi kesehatan mental para pekerja ketika bekerja dari rumah di saat pandemi.
Hal utama dalam menjaga kesehatan mental pekerja adalah dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko yang dapat ditimbulkan dari bekerja secara penuh dari rumah. Bukan hanya menjadi tanggung jawab pekerja untuk menjaga kondisi psikologisnya ketika bekerja dari rumah namun pemberi kerja/perusahaan juga wajib memikirkan bagaimana cara untuk menjaga kondisi psikologis pekerjanya. Para ahli K3 juga perlu memberikan kontribusi guna memberikan masukan dalam menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat kerja.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis adalah timbulnya konflik antara pekerjaan dan keluarga. Bekerja dari rumah dibutuhkan kemampuan lebih untuk bisa memberi batasan yang jelas antara pekerjaan dengan keluarga. Kemampuan untuk berpindah (switch off) dari pekerjaan kantor dengan tugas rumah perlu dimiliki agar tidak menimbulkan konflik. Apabila tidak mampu menangani konflik pekerjaan dan tugas rumah, akan memperburuk keadaan psikologis dan berpengaruh kepada pekerjaan dan keluarga/rumahnya.
Ibu Bekerja dan WFH
Bekerja dari rumah terkadang memiliki batasan waktu yang kurang jelas antara pekerjaan dengan tugas rumah. Hal ini dapat menambah permasalahan bekerja dari rumah. Selain mampu untuk berpindah tugas (switch off) dari pekerjaan kantor dan rumah, pekerja juga harus memiliki waktu untuk istirahat. Hal ini harus sangat diperhatikan, terutama bagi ibu bekerja. Mengapa? Karena pada umumnya ibu memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan di rumah.
ADVERTISEMENT
Dengan bekerja dari rumah, ibu bekerja lebih banyak memiliki waktu bersama keluarga dan kesempatan yang cukup untuk dapat mengawasi serta memperhatikan anak-anak, terutama saat pembelajaran jarak jauh. Namun, bagaikan pedang bermata dua, hal ini juga dapat menimbulkan stress bagi ibu bekerja. Terutama terjadi apabila ada beberapa hal yang harus dikerjakan disaat yang bersamaan antar pekerjaan dengan keluarga. Seperti misalnya harus mengikuti rapat daring di waktu yang bersamaan dengan mendampingi anak belajar jarak jauh.
Untuk mengatasi hal di atas, maka ibu bekerja harus dapat membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan dengan kepentingan pribadi, seperti pekerjaan rumah tangga, mendampingi anak belajar, masak dan sebagainya. Ibu juga harus pandai mengkondisikan dan melatih anak untuk dapat belajar mandiri serta mengajarkan anak bagaimana harus berperilaku ketika membutuhkan sang ibu, namun sang ibu masih harus melakukan pekerjaan kantornya.
ADVERTISEMENT
Perasaan terisolasi dapat muncul pada ibu pekerja saat bekerja dari rumah. Hal ini dikarenakan keterbatasan untuk dapat bersosialisasi dengan rekan kerja atau teman lainnya. Untuk mengatasinya, maka sangat penting menjaga hubungan antara atasan dan teman kerja. Mungkin bisa dilakukan pertemuan daring secara rutin terkait masalah pekerjaan, pencarian solusi dari permasalahan yang ada, atau hanya sekadar berbagi cerita.
Komunikasi secara daring tidak hanya dilakukan mengenai pekerjaan saja. Secara lebih pribadi, dukungan dapat diberikan kepada ibu bekerja jika memiliki ketakutan dan kekhawatiran berlebih mengenai pekerjaan dan keluarga.
Untuk para ibu ketika saat pandemi, di mana anggota keluarga beraktivitas dari rumah merupakan suatu hal yang cukup merepotkan. Harus mendampingi belajar anak-anak, menyiapkan makan dan makanan ringan, dan membersihkan rumah dapat menimbulkan stress pada ibu. Belum lagi harus menjadi guru untuk menjelaskan pelajaran kepada anak-anak. Bagi ibu yang bekerja, pekerjaan ibu rumah tangga tadi masih ditambah dengan pekerjaan dari kantor. Olah karenanya, ibu bekerja harus pandai mengatur pekerjaan dan rumah agar tidak menimbulkan konflik dan stress yang dapat mempengaruhi kondisi psikologisnya.
ADVERTISEMENT