Konten dari Pengguna

Kesehatan Mental dan Komunikasi: Mengatasi Stigma Melalui Edukasi Publik

Sarmiati mia
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
14 Juli 2024 14:57 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sarmiati mia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Kesehatan Mental menjadi Tantangan di Kalangan Masyarakat

Sumber: Pexels (Kesehatan Mental)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pexels (Kesehatan Mental)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kesehatan mental merupakan salah satu aspek penting untuk menghasilkan kesejahteraan bagi individu. Menurut Pieper dan Uden dalam Alifiya (2016), kesehatan mental adalah suatu kondisi atau keadaan dimana seseorang tidak mengalami masalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang ralistis terhadap dirinya sendiri serta dapat menerima kekurangan ataupun kelemahannya. Namun sayangnya masih banyak masyarakat yang masih memiliki stigma yang buruk dan melakukan diskriminasi terhadap indvidu atau orang-orang yang mengalami masalah dengan kesehatan mental. Saat ini, masalah kesehatan mental lebih banyak dialami oleh anak muda karena tingginya prevelensi masalah seperti tekanan akademis, perubahan hormon, perkembangan identitas, pengaruh media sosial, masalah pekerjaan, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman sehatnegeriku.kemkes.go.id gangguan kesehatan mental atau depresi merupakan masalah kejiwaaan yang rentan terjadi pada remaja. Data menunjukkan sebanyak 6.1% penduduk di Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental. Namun kenyataannya banyak masyarakat bahkan orang tua yang belum mengerti dan paham tentang kesehatan mental. Kebanyakan orang tua memiliki pandangan yang salah tentang kesehatan mental. Mereka tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang tanda-tanda dan gejala gangguan mental. Bahkan mereka mungkin memiliki pandangan yang salah atau mitos terkait kesehatan mental, seperti menganggap gangguan mental sebagai tanda kelemahan atau sesuatu yang dilakukan atau bisa diselesaikan dengan kemauan yang keras.
Jika bicara tentang masa remaja, tentu orang tua juga mengalaminya. Mereka juga mengalami krisis identias, perubahan hormon, masalah pekerjaan, dan sebagainya. Akan tetapi mereka dahulunya menganggap bahwa itu hal yang biasa dan merupakan masalah yang dapat diatasi. Sehingga mereka cenderung menganggap masalah yang terjadi pada diri mereka merupakan hal yang biasa. Namun jika dibandingkan dengan saat ini, masyarakat semakin sadar tentang pentingnya kesehatan mental diri sendiri. Terlebih lagi perkembangan teknologi dan juga media sosial saat ini memberikan pengaruh yang besar dalam penyebaran informasi tentang kesehatan mental. Sehingga remaja dan anak muda saat ini mendapatkan banyak informasi terkait kesehatan mental. Namun tetap saja berbagai stigma tentang kesehatan mental masih banyak berkembangan dikalangan masyarakat. Beberapa faktor yang menyebabkan dan memperkuat stigma terkait kesehatan mental diantaranya:
ADVERTISEMENT
a. Kurangnya pengetahuan dan juga pemahaman yang memadai terkait gangguan kesehatan mental, yang mudah terpengaruh dalam mitos dan juga kesalahpahaman.
b. Stereotip negatif yang menggambarkan kesehatan mental sebagai penyakit yang diderita oleh orang dengan gangguan mental yang berbahaya bahkan sudah mengarah pada kegilaan.
c. Norma sosial dan budaya yang masih menganggap kesehatan mental sebagai hal yang memalukan dan tabu untuk dibicarakan.
d. Pengalaman pribadi negatif oleh seorang individu terhadap orang yang memiliki gangguan mental yang menyebabkan semakin kuatnya pandangan negatif.
e. Kurangnya dukungan dari orang sekitar baik keluarga, komunitas, sekolah, bahkan sistem kesehatan untuk memahami dan mengatasi kondisi kesehatan mental.
Pada kenyataannya, orang yang terkena penyakit mental juga tidak mengingikan hal itu terjadi padanya. Sehingga ketika mengalami hal itu, mereka memerlukan dukungan dari lingkungan sekitarnya untuk mendapatkan pemulihan, dan membantu dirinya melewati masalah kesehatan mental yang dihadapi. Untuk mengatasi stigma kesehatan mental di kalangan masyarakat diperlukan pendekatan yang komperhensif melalui edukasi publik. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan pemahaman, mengurangi prasangka, dan mendorong masyarakat untuk memberikan dukungan kepada individu dengan gangguan kesehatan mental. Hal yang dapat dilakukan diantaranya:
ADVERTISEMENT
Melakukan kampanye kesadaran publik melalui media seperti TV, radio, media sosial, dan juga cetak untuk menyebarkan informasi tentang kesehatan mental, gejala, dan pentingnya mencari bantuan. Terlebih lagi mereka yang terkena masalah kesehatan mental cenderung untuk memendam sendiri dan tidak mau menceritakan pada orang lain karena banyaknya stereotip yang berkembang. Selain itu testimoni dan cerita nyata dari individu yang hidup dengan gangguan kesehatan mental dapat membantu menghumanisasi masalah ini dan membangun empati.
Pendidikan di sekolah dan juga universitas. Hal ini dapat dilakukan melalui kurikulum kesehatan mental untuk mengedukasi siswa tentang pentingnya kesehatan mental dan cara mengenali tanda-tanda gangguannya. Selain itu juga memberikan pelatihan kepada guru dan staf di sekolah maupun universitas tentang bagaimana cara mendukung siswa ataupun mahasiswam dengan masalah kesehatan mental dan cara mengatasi stigma di lingkungan sekolah.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi lembaga kesehatan dan organisasi non profit. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan seminar dan lokakarya yang berfokus pada kesehatan mental. Selain itu juga menyediakan akses terhadap layanan konseling dan dukungan yang terjangkau atau gratis melalui organisasi komunitas.
Menggunakan pengaruh tokoh publik dan selebriti. Pengaruh influencer saat ini sangat besar bagi pengguna media sosial. Sehingga mereka dapat membantu dan diajak kerjasama untuk membicarakan secara terbuka terkait kesehatan mental yang mereka rasakan dan memberikan contoh positif untuk mengurangi stigma yang berkembang. Terlebih lagi saat ini sudah banyak masyarakat yang menggunakan sosial media dapat menjadi senjata untuk menyebarkan pesan positif tentang kesehatan mental dan mematahkan stigma yang ada.
Oleh karena itu, edukasi publik terkait kesehatan mental dapat menjadi kunci untuk mengatasi stigma kesehatan mental yang berkembang dikalangan masyarakat. Dengan melakukan pendekatan yang terkoordinasi yang melibatkan berbagai pihak terkait, dapat membantu dan menciptakan masyarakat yang lebih memahami, menyadari, dan peka terhadap gangguan kesehatan mental, yang tentu akan mempengaruhi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT