Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Manajemen Komunikasi dalam Mengasuh Anak: Menciptakan Dialog yang Positif
28 Agustus 2024 6:42 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Sarmiati mia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Manajemen Komunikasi dalam Mengasuh Anak
ADVERTISEMENT
Manajemen komunikasi merupakan proses dalam merencanakan, mengorganisir, memimpin, serta mengendalikan informasi dengan tujuan untuk memelihara hubungan yang efektif. Dalam keluarga, mengasuh anak merupakan tugas yang memiliki tantangan tersendiri, dan tentu memerlukan berbagai keterampilan yaitunya manajem komunikasi. Membentuk komunikasi yang efektif dalam keluarga tidak hanya untuk membangun hubungan yang sehat antara orang tua dengan anak, tetapi juga sebagai keterampilan dalam tumbuh kembang anak secara emosional dan sosial. Melalui artikel ini, akan dijelaskan bagaimana proses manajemen komunikasi yang harus dibentuk dalam proses mengasuh anak.
ADVERTISEMENT
Dr. John Gottman yang merupakan seorang psikolog dan peneliti dalam bidang keluarga menjelaskan bahwa, komunikasi yang efektif merupakan kunci dalam membangun keterikatan emosional yang sehat. Hal ini dapat terbentuk dengan menciptakan lingkungan yang terbuka dan aman bagi anak untuk berkomunikasi. Manusia pada dasarnya memiliki permasalahan dalam hidupnya, bahkan anak. Sering kali anak membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah, meskipun cerita si anak tidak terlalu penting. Contohnya seperti kesedihannya tentang mainannya yang rusak, film kartunnya yang terlewatkan untuk ditonton, dan masih banyak lagi. Meskipun demikian, memberikan ruang terbuka dan aman untuk bercerita bagi anak sangat penting untuk diterapkan. Ketika orang tua memberikan perhatian dan juga empati ketika anak bercerita, hal ini akan membuat anak merasa lebih aman dan lebih mampu untuk mengekspresikan diri mereka.
ADVERTISEMENT
Untuk menciptakan hal ini, orang tua harus menunjukkan bahwa mereka siap mendengarkan tanpa menghakimi, yang dapat dilakukan dengan cara mendengarkan secara aktif. Hal ini dapat ditunjukkan dengan minat dan juga perhatian saat anak bercerita. Ditambah lagi menggunakan isyarat non verbal seperti mengangguk, kontak mata, mencoba menenangkan dengan mengelus punggung si anak. Tujuannya adalah agar anak merasa aman dan yakin bahwa orang tuanya benar-benar mendengarkan dan berempati terhadap apa yang anak sampaikan.
Dalam keluarga, konflik merupakan hal yang tidak bisa terhindarkan, terlebih dalam hubungan antara orang tua dan anak. Nah, disinilah peran orang tua untuk bisa mengelola konflik yang timbul dengan baik. Dr. Daniel J. Siegel menegaskan bahwa mengelola konflik secara konstruktif mampu memberikan pelajaran dan keterampilan kepada anak dan membantu anak dalam mengembangkan regulasi emosi. Hal yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah menetapkan aturan komunikasi ketika terjadi konflik. Hal yang dapat dilakukan seperti dengan tidak berteriak, berkata kasar, melakukan kekerasan, dan sebagainya. Tak hanya itu, konflik yang terjadi juga harus diselesaikan bersama-sama oleh seluruh anggota keluarga. Melibatkan anak dalam mencari solusi untuk mengatasi konflik yang terjadi tidak hanya membantu mereka merasa diperhatikan, tapi juga mengajarkan anak untuk bisa memecahkan masalah yang dihadapi. Sehingga jika dihadapkan dengan masalahnya sendiri, ia sudah bisa memecahkannya sendiri tanpa melibatkan orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Memberikan contoh yang positif kepada anak juga menjadi kunci dalam menciptakan dialog yang positif. Anak-anak sering kali meniru perilaku orang tua mereka. Untuk bisa memberikan contoh yang baik bagi anak agar terciptanya komunikasi yang positif, hal yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah menggunakan bahasa yang kontruktif. Memilih kata-kata yang baik dan sopan merupakan hal yang penting untuk membangun komunikasi yang positif bagi anak. Sehingga orang tua harus menghindari kata-kata kasar, merendahkan, dan juga kata-kata yang mengkritik anak secara berlebihan. Tak hanya itu, dalam membangun komunikasi dengan anak, orang tua harus menunjukkan kesabaran dalam berbicara dan ketika mendengarkan. Bahkan ketika dihadapkan dengan situasi yang cukup rumit. Sehingga setiap hal yang diucapkan, tindakan yang dilakukan, tanggapan dalam setiap permasalahAn yang dihadapi, merupakan model yang akan dijadikan contoh bagi anak-anak. Hal ini karena keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak, dan akan diterapkan ke lingkungan yang lebih besar bahkan akan dibawa hingga nanti sudah dewasa.
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan itu, anak-anak tentu memiliki perkembangan emosional. Sehingga orang tua harus memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang hal itu. Dr. Joan D. Cohen seorang psikolog perkembangan menjelaskan bahwa anak-anak cenderung lebih mudah tidak berkata-kata ketika mengekspresikan perasaan yang mereka miliki. Sehingga orang tua harus mampu membantu anak untuk bisa memahami dan mengungkapkan emosi yang mereka miliki, disesuaikan dengan usia mereka.
Dengan adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, akan membantu dan mendukung pertumbuhan si anak. Terlebih lagi untuk menghadapi dunia luar yang harus dihadapkan dengan orang-orang dengan karakter yang berbeda. Sehingga komunikasi yang penuh dengan perhatian dan empati yang diberikan orang tua tidak hanya dalam bentuk pesan, tapi juga bagaimana cara dalam membangun koneksi yang mendalam.
ADVERTISEMENT