Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Desa yang Mengkota dan Masalahnya
7 Mei 2024 11:28 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Sartana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Keadaan lingkungan pedesaan saat ini sudah jauh berubah. Desa yang ada sekarang adalah desa yang berbeda dengan desa yang ada dua atau tiga dekade yang lalu. Baik itu desa dalam artian fisik, orang, budaya, kehidupan sosial, ekonomi dan politiknya.
ADVERTISEMENT
Dulu, desa adalah daerah yang terisolir dari perkotaan. Untuk pergi ke kota, banyak orang desa membutuhkan waktu berjam-jam, entah dengan jalan kaki, naik sepeda, atau naik kendaraan umum. Memiliki kendaraan bermotor belum menjadi hal yang lumrah pada waktu itu. Seandainya orang punya sepeda motor, jalan-jalan di desa-desa pun belum tentu bisa dilalui.
Sementara saat ini, desa dan kota batas-batasnya relatif tipis. Mobilitas orang-orang desa ke kota cenderung intens dan lancar. Demikian juga pergerakan orang kota ke desa. Pada hari libur, orang-orang kota banyak yang pergi melancong ke desa-desa.
Kemudahan mobilitas dari kota ke desa dan sebaliknya itu kemudian mendorong tumbuhnya banyak cafe di desa-desa. Di daerah dekat rumah orang tua saya, di Jogja, sekitar lima kilo dari jalan raya sampai ke rumah saya, selama lima tahun terakhir, cafe-cafe tumbuh bak jamur di musim hujan.
ADVERTISEMENT
Di daerah yang awalnya adalah sawah itu, berdiri banyak rumah-rumah baru bergaya cafe. Bila malam tiba, di sepanjang kanan kiri jalan, ramai kendaraan diparkir di sana. Para pemiliknya menikmati makanan dan suasana cafe yang ramai itu. Kelap-kelip lampu cafe terlihat sangat meriah, semeriah derai tawa para pengunjung cafe yang sebagian besar adalah orang-orang yang tinggal di kota Jogja dan sekitarnya.
Tidak hanya cafe yang bertambah. Jalan-jalan di desa pun kini sudah bagus. Bahkan di kampung-kampung kecil sekalipun. Karena jalan yang bagus itu, orang dapat bepergian dengan mudah, dengan kendaraan bermotor. Kini, hampir setiap rumah tangga di desa memiliki motor. Bahkan tidak hanya satu. Ada yang punya dua, tiga, empat atau lima. Tergantung jumlah keluarga.
ADVERTISEMENT
Kemudahan dalam melakukan mobilitas ini juga berpengaruh besar pada warga desa. Dulu, jejaring sosial masyarakat desa relatif terbatas. Tetapi, kini, jejaring sosial mereka sangat luas. Mereka memiliki teman-teman yang jauh dari rumah. Antar kampung, antar desa, antar kecamatan, bahkan juga antar provinsi.
Tak hanya itu, kini, warga desa juga banyak yang bekerja jauh dari rumah. Juga berbeda dengan dulu, yang mana mereka hanya bekerja di ladang atau sawah. Pekerjaan mereka pun kini juga sangat beragam. Mulai dari jualan mi ayam, karyawan toko, teknisi bengkel mobil dan motor, teknisi elektronik, tukang cukur, sales atau marketing, pemborong, broker, PNS, polisi, tentara dan sebagainya.
Banyak juga dari mereka yang menjadi pegawai atau karyawan dengan jabatan tinggi, dan tidak sedikit yang menjadi pengusaha sukses. Sebuah capaian yang hampir tidak sempat muncul dalam bayangan orang-orang desa di masa lalu. Waktu itu, jenis dan batasan kerja sudah sangat jelas, yaitu mengolah sawah, memelihara sapi atau kambing, berdagang di pasar atau bekerja sebagai buruh bangunan. Hanya seputar itu-itu saja.
ADVERTISEMENT
Bagi orang desa, dengan modal ketekunan dan keuletan yang sudah mereka warisi secara turun temurun, mereka gampang untuk survive di berbagai bidang pekerjaan. Apalagi, karena kebiasaan hidup pas-pasan dan mengandalkan gotong royong di pedesaan, mereka juga cenderung tumbuh sebagai orang yang tidak memiliki ambisi berlebih untuk bergaji tinggi dengan cepat. Sehingga, mereka relatif kuat bertahan lama untuk satu jenis pekerjaan dengan gaji yang standar. Dan dari situ mereka belajar mengembangkan diri.
Melihat masyarakat desa yang sekarang dengan masyarakat desa dua puluh tahun yang lalu, kita dapat melihat sebuah perubahan sosial yang jelas dan nyata. Dari banyak sisi, kita melihat, masyarakat desa sekarang lebih sejahtera secara materi. Lebih baik dari era sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Saya tidak tahu apakah itu dialami oleh desa-desa di seluruh Indonesia, atau itu hanya terjadi di sebagian desa yang saya pernah kunjungi dan lihat. Namun, secara umum, ada kecenderungan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia lebih makmur dibanding masa-masa sebelumnya.
Hanya saja, di sisi berbeda, kemajuan dan kemakmuran masyarakat desa itu juga menumbuhkan problematika tersendiri. Kemajuan itu juga dibarengi dengan hubungan-hubungan sosial berubah, baik dari sisi jenis, pola maupun kualitas. Selain itu, standar-standar nilai, norma, keyakinan atau kebiasaan hidup juga banyak yang berubah.
Nilai-nilai yang dulu merupakan nilai khas masyarakat desa, yang konon banyak dikangeni oleh masyarakat kota, cenderung bergeser karena kemajuan itu. Misalnya, nilai kebersamaan dan gotong-royong.
Di banyak daerah pedesaan, nilai ini belum sepenuhnya hilang. Bahkan masih relatif kuat, namun cenderung melemah. Itu di antaranya terlihat secara kasat mata pada kegiatan membangun rumah.
ADVERTISEMENT
Dulu, orang-orang desa membangun rumah cenderung hanya mengandalkan gotong royong dari tetangga. Mulai dari bahan, makanan, hingga tenaga, semua diadakan dan dikerjakan dengan gotong royong. Adalah hal umum pada masa itu orang bekerja berhari-hari di tempat tetangga tanpa mereka dibayar, namun hanya diberi makan.
Saat ini, jarang ada lagi gotong royong model demikian. Ketika ada tetangga yang membangun rumah, saat ini, orang-orang di desa umumnya akan izin dari tempat kerja barang sehari atau dua hari, untuk gotong royong. Setelah itu, mereka sudah tidak gotong royong lagi, kecuali di hari-hari libur. Pemilik rumah sendiri mereka mempekerjakan tukang untuk menyelesaikan rumahnya.
Hal lain yang berubah dari orang desa tentu adalah gaya hidup. Terutama pada kaum muda di desa. Sebenarnya, gaya hidup ini selalu berubah. Namun, perubahan yang sekarang juga relatif cepat dan terlihat, sejalan dengan perubahan di desa yang juga berjalan relatif cepat.
ADVERTISEMENT
Orang-orang muda di desa sekarang cenderung bergerak ke arah gaya hidup orang kota. Lebih maju, menurut keyakinan masyarakat sekarang. Mulai dari kehidupan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan sebagainya. Dibanding dengan generasi yang lebih tua, anak-anak muda cenderung lebih berorientasi individual. Rasa kekomunitasan atau ketetanggaan mereka cenderung bergeser.
Mereka lebih banyak membangun hubungan dengan teman-teman berdasarkan hobi, profesi, pekerjaan dan yang lainnya; dibandingkan oleh ikatan-ikatan kekeluargaan di pedesaan. Karena itu, mereka cenderung dekat dengan orang-orang yang jauh, dibandingkan dengan tetangga atau saudara dekat rumah atau di satu kampung.
Selain itu, materialisme juga cenderung mulai menggeser nilai-nilai kekerabatan dan ketetanggaan. Orientasi kesuksesan dan keberhasilan bukan lagi pada kerukunan atau kebersamaan. Ukuran orang sukses bukan ketika orang menjadi baik, tetapi ketika orang berhasil mengakumulasi kekayaan materi dalam berbagai bentuk.
ADVERTISEMENT
Tentu, aneka perubahan itu tidak dapat dengan mudah untuk dinilai baik atau buruk. Hanya saja, aneka perubahan akan memiliki konsekuensi yang berbeda pada masyarakat desa, juga kehidupan sosial kita secara keseluruhan.
Kalau kita menilai perubahan itu dari nilai-nilai lama, dan dilekati oleh kerinduan pada masa lalu, perubahan itu akan cenderung kita lihat negatif. Namun, bila kita menilai perubahan itu dari standar-standar hidup pada masa sekarang, juga harapan-harapan di masa depan, aneka perubahan itu terasa baik dan sesuai arah zaman.
Perubahan dan kemajuan selalu menyisakan jejak masalah, namun kita juga selalu dapat menemukan solusi untuk setiap masalah tersebut. Pun demikian dengan desa-desa yang berubah, mereka juga akan dapat menemukan cara untuk mengatasi masalahnya, sehingga terus berkembang dan maju.
ADVERTISEMENT