Konten dari Pengguna

Pemberdayaan Komunitas Berbasis Nudge Theory

Sartana
Dosen Psikologi Sosial di Departemen Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
10 September 2024 7:12 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sartana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Nudge Theory. Sumber : Gambar dibuat penulis dengan aplikasi Microsoft Designer.
zoom-in-whitePerbesar
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Nudge Theory. Sumber : Gambar dibuat penulis dengan aplikasi Microsoft Designer.
ADVERTISEMENT
Banyak program sosial yang dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga dengan tujuan untuk membantu masyarakat. Tidak jarang, program-program tersebut didanai dengan anggaran yang sangat besar.
ADVERTISEMENT
Namun sayangnya, berbagai program tersebut kerapkali kurang memberikan manfaat maksimal kepada masyarakat. Program-program tersebut sering kali hanya mampu menyelesaikan masalah dalam jangka pendek. Setelah mendapatkan bantuan, masyarakat seringkali kembali menghadapi masalah yang sama.
Kondisi demikian terjadi di antaranya karena program-program sosial yang diadakan tersebut sering kali tidak berorientasi pada pemberdayaan, melainkan lebih fokus pada bantuan langsung yang bersifat sementara. Dengan pendekatan yang terakhir ini, pemberi bantuan kerap kali tidak berusaha untuk membangun kapasitas dan kemandirian masyarakat dalam jangka panjang.
Kadang, program-program bantuan tersebut kadang justru menciptakan ketergantungan bagi penerima manfaatnya. Dalam arti, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri pasca mereka dibantu, melainkan mereka masih terus menerus mengharapkan atau membutuhkan bantuan dari pihak lain, seperti pemerintah atau lembaga lain, untuk bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
Padahal, dengan memberikan bantuan yang sama, hasilnya dapat berbeda ketika bantuan tersebut diberikan dengan pendekatan berbeda. Ketika diberikan dengan berorientasi pada pemberdayaan, para penerima manfaat bantuan tersebut dapat mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih produktif. Mereka dapat mengembangkan kapasitas, kemampuan atau ketrampilan diri yang dapat mereka manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Misalnya, bantuan yang berorientasi pada pemberdayaan psikologis, dapat mengarahkan penerima bantuan dapat berubah cara pandangnya terhadap berbagai hal. Yang kemudian hal itu menjadikan mereka mengembangkan sikap, perilaku dan kebiasaan produktif yang lebih mengarah pada kemandirian. Diantaranya, mereka menjadi lebih memiliki keyakinan diri, kepercayaan diri, juga keberanian untuk memulai sebuah usaha.
Lalu, dengan modal mental demikian, mereka dapat disokong untuk mengakuisisi ketrampilan tertentu yang memungkinkan mereka menghasilkan sebuah produk. Termasuk ketrampilan untuk membuka pasar dan mempertahankan. Ketika mereka dapat berperilaku mandiri, secara perlahan mereka dapat “disapih” sehingga tidak lagi memiliki ketergantungan terhadap berbagai jenis bantuan.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit pendekatan dan teori yang dapat dirujuk untuk mendesain program bantuan berbasis pemberdayaan tersebut. Sebagian pendekatan tersebut menekankan pada distribusi kekuasaan dan akses terhadap sumber daya, sementara yang lain fokus pada partisipasi aktif anggota, penguatan jaringan, penguatan kesadaran kritis, hingga yang menekankan pentingnya kekuatan individu dan komunitas.
Penulis menganggap, salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memberdayakan masyarakat penerima bantuan tersebut adalah Nudge Theory. Teori ini dapat diterapkan untuk pemberdayaan warga dengan menciptakan kondisi lingkungan dan konteks yang mendorong mereka untuk membuat keputusan yang lebih baik yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
Secara khusus, teori yang dikembangkan oleh Richard Thaler dan Cass Sunstein ini dapat memberdayakan masyarakat dengan memengaruhi pilihan mereka untuk memilih hidup yang lebih produktif, tanpa memaksa mereka. Dalam arti, mereka berubah tanpa mereka merasa sedang diubah. Mereka dipengaruhi namun tidak terasa sedang dipengaruhi sehingga cenderung untuk tidak bersikap resisten.
ADVERTISEMENT
Bagaimana pemberdayaan itu dengan Nudge Theory dilakukan? Perubahan perilaku masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki "arsitektur" pilihan mereka. Dalam arti, mereka dapat diarahkan untuk mengadopsi pilihan-pilihan perilaku tertentu, yaitu perilaku yang lebih produktif dan berdaya, tanpa mereka merasa dipilihkan oleh kita.
Secara teknis, aplikasi Nudge Theory untuk program pemberdayaan tersebut bisa beragam caranya. Desain intervensinya tergantung kasus yang dihadapi. Secara umum, kita dapat melakukan beberapa tindakan dalam kegiatan intervensi tersebut, di antaranya menentukan setting default, menyediakan pengingat otomatis berbasis komunitas, menciptakan ruang visualisasi positif, serta menguatkan norma sosial tertentu.
Kegiatan pennciptaan setting “default” dilakukan dengan cara dengan membuat kelompok pemberdayaan ekonomi yang setiap penerima manfaat bantuan langsung menjadi bagian kelompok dan terlibat secara intensif di kegiatan-kegiatannya. Kelompok ini merupakan kelompok yang dibuat untuk memberikan pelatihan wirausaha kepada penerima manfaat bantuan yang sesuai dengan konteks hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Setting default tersebut dapat dilakukan dengan memberikan insentif, misalnya peralatan gratis atau tambahan bantuan, apabila para peserta berpartisipasi dalam paket kegiatan pelatihan. Insentif diberikan secara berjenjang sesuai dengan tingkatan ketrampilan mereka kuasai atau keberhasilan mereka dalam mempraktekannya. Dengan cara ini, penerima bantuan dapat secara bertahap membangun kemandirian.
Untuk mendukung keberlanjutan program, perlu ada pemantauan dan evaluasi secara berkala, misalnya bulanan terhadap kegiatan pemberdayaan. Oleh karena itu, perlu ada pertemuan anggota penerima manfaat secara rutin. Selain untuk melihat kemajuan dari kegiatan pemberdayaan, pertemuan ini juga untuk memberikan dukungan sosial kepada sesama anggota, berbagi cerita pencapaian, serta untuk saling memberikan motivasi.
Dalam memastikan jalannya pertemuan rutin tersebut, Nudge Theory mengusulkan pentingnya pengingat berkala berbasis komunitas. Dalam hal ini, peserta akan diundang secara otomatis ke dalam pertemuan tersebut. Selain itu, dalam acara tersebut, juga dapat diadakan acara pemberian penghargaan kepada para penerima manfaat yang berhasil mencapai prestasi tertentu, misalnya mereka mampu menyisihkan bantuan untuk menabung atau mereka malah sudah berhasil mengembangkan usaha yang dirintis.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, pemberi program dapat memberian voucher yang dapat ditukarkan dengan kebutuhan tambahan, misalnya untuk biaya sekolah anak, untuk membeli alat produksi atau bahan baku usaha. Pembatasan penggunaan bantuan ini bertujuan untuk memastikan bahwa program paket bantuan dapat mendukung pemberdayaan mereka. Selain itu, agar mereka tidak menggunakan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya tidak mendesak. Selain itu, dengan sistem voucher ini, peserta juga tetap terjaga kebebasannya, yang mana mereka memiliki fleksibilitas untuk menggunakan bantuan tersebut.
Untuk memperkuat motivasi dan semangat para peserta, perlu ada penghargaan kepada peserta yang memiliki prestasi dalam kegiatan pemberdayaan. Dalam hal ini, penciptaan norma sosial positif dengan menampilkan pencapaian-pencapaian yang dilakukan kelompok. Ini perlu dilakukan karena orang cenderung ingin melakukan dan mempertahankan perilaku positif ketika orang-orang disekitarnya melakukan tindakan serupa. Tujuan tersebut dapat dicapat dengan memasang hasil pencapaian mereka dalam hal keuangan dan kegiatan pemberdayaan di ruang-ruang publik yang strategis, sehinga tercipta kompetisi sehat antar mereka.
ADVERTISEMENT
Paparan tersebut hanya sebagian kecil dari beragam model pemberdayaan komunitas penerima manfaat bantuan tertentu. Ada banyak model pemberdayaan lain yang dapat dikembangkan berbasis teori ini yang dapat dikembangkan. Dengan program tersebut, para penerima manfaat bantuan dapat memperoleh sugesti, motivasi dan penguatan positif untuk berdikari. Dengan pendekatan dorongan halus demikian mereka mungkin akan lebih tergugah untuk mandiri daripada ketika mereka diperintah atau diedukasi dengan penyuluhan atau ceramah secara langsung.
Sartana, M.A.
Dosen Psikologi Sosial di Departemen Psikologi FK Universitas Andalas