Konten dari Pengguna

Ruang Alternatif untuk Nasionalisme Kaum Muda

Sartana
Dosen Psikologi Sosial di Departemen Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
4 November 2024 11:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sartana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kaum muda membutuhkan ruang alternatif untuk mengembangkan nasionalisme mereka yang khas. Sumber : Gambar dibuat penulis dengan aplikasi Microsoft Designer.
zoom-in-whitePerbesar
Kaum muda membutuhkan ruang alternatif untuk mengembangkan nasionalisme mereka yang khas. Sumber : Gambar dibuat penulis dengan aplikasi Microsoft Designer.
ADVERTISEMENT
Dalam banyak literatur dan forum, misalnya dalam pidato, tulisan media, bahkan tulisan ilmiah, kaum muda Indonesia kerap disebut memiliki masalah dengan nasionalisme. Banyak pihak yang menyatakan bahwa nasionalisme mereka telah luntur, terkikis, pudar, atau bahkan hilang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam berbagai program atau kegiatan peningkatan atau pendidikan nasionalisme, kaum muda juga selalu dijadikan sebagai objek dan sasaran utama. Banyak program dilakukan untuk meningkatkan, memantapkan, atau memperbaiki nasionalisme kaum muda. Di sisi lain, jarang ada progam yang fokus pada peningkatan nasionalisme generasi tua.
Fakta demikian mengindikasikan bahwa dalam diskursus nasionalisme di Indonesia, kaum muda cenderung ditempatkan dalam posisi inferior. Nasionalisme mereka dianggap memiliki kedudukan lebih rendah dibanding dengan generasi yang lebih tua. Dan sayangnya, pandangan demikian terlihat sudah menjadi stereotip umum, dianggap benar oleh banyak orang.
Padahal, beberapa riset empiris tentang tingkat identifikasi mereka terhadap bangsa, tidak mendukung pandangan umum tersebut. Hasil riset Supratiknya (2021) menunjukan bahwa tingkat identitas nasional orang muda Indonesia cukup tinggi. Riset lain yang dilakukan oleh Suryani et al., (2019) juga menunjukan bahwa identitas nasional kaum muda lebih tinggi daripada identitas etnis.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan kenyataan itu, saya melihat bahwa berbagai label tentang nasionalisme kaum muda yang bermasalah tersebut tidak dapat dikatakan merepresentasikan kenyataan sebenarnya. Ia cenderung disimpulkan secara serampangan, sewenang-wenang dan tanpa dasar.
Saya berpendapat bahwa salah satu sebab munculnya stereotip demikian adalah karena relasi kuasa yang timpang antara generasi muda dengan generasi yang lebih tua. Generasi yang lebih tua, yang karena posisinya lebih menguasai dan mengendalikan sumber daya, merasa memiliki kuasa untuk menentukan standard moral atau kebenaran. Termasuk untuk menentukan narasi nasionalisme yang ideal, standard, atau sesuai.
Sebagai dampaknya, segala yang tidak sesuai dengan standar generasi yang lebih tua tersebut akan dianggap bermasalah atau bahkan salah, sehingga perlu diperbaiki atau ditingkatkan.
Nasionalisme anak muda berkelindan dengan berbagai wacana di ruang digital. Sumber : Gambar dibuat penulis dengan menggunakan aplilkasi Microsoft Designer.
Dalam konteks nasionalisme kaum muda, mereka adalah generasi yang tumbuh dan berkembang di era yang berbeda dengan generasi yang lebih tua. Karena itu, mereka juga memiliki pengalaman sosial kebangsaan yang berbeda. Kondisi demikian menghalangi mereka untuk membangun imajinasi nasional yang serupa atau yang diidealkan oleh generasi tua.
ADVERTISEMENT
Kaum tua mebangun pandangan kebangsaannya di atas pondasi sejarah dan peristiwa-peristiwa lama yang terjadi di zaman mereka. Peristiwa-peristiwa yang tidak dialami oleh generasi muda. Kaum muda dan kaum tua memiliki imajinasi masa lalu tentang bangsa yang berbeda, sehingga sulit untuk menuntut anak-anak muda untuk hidup dalam standar-standar lama tentang bangsa menurut versi orang tua.
Perbedaan konsepsi tentang bangsa demikian merupakan kejadian berulang yang terjadi hampir pada sepanjang sejarah. Seperti yang diungkapkan Kristen Bracho (2015) bahwa bangsa-bangsa secara teratur dibayangkan kembali oleh kaum muda. Dan sering kali visi kebangsaan yang ditawarkan kaum muda tersebut bertentangan dengan visi yang dibangun oleh generasi tua, yang biasanya disosialisasikan melalui pembelajaran di sekolah.
Mempertimbangkan realitas demikian, tidak tepat kiranya bila kaum tua secara serampangan memberikan label atau penilaian terhadap nasionalisme kaum muda sebagai salah atau bermasalah. Hal yang dilakukan mestinya adalah berusaha menyadari dan memahami bahwa mereka mengembangkan nasionalisme yang khas.
ADVERTISEMENT
Bahwa kaum muda hadir dengan mengusung nasionalisme alternatif. Nasionalisme yang berbeda dengan nasionalisme arus utama atau nasionalisme yang didukung oleh generasi yang lebih tua. Nasionalisme anak muda adalah nasionalisme yang merepresentasikan semangat zamannya. Bukan nasionalisme yang bersandar pada kehidupan dan pengalaman lama.
Lebih lanjut, kaum muda juga perlu mendapatkan ruang untuk mengembangkan dan mengekspresikan nasionalisme menurut versi mereka. Sebagai misal, anak-anak muda hari ini sangat terhubung dengan teknologi digital. Ruang-ruang digital menjadi arena utama bagi mereka untuk mengembangkan diri. Sehingga, nasionalisme mereka juga sangat tertaut dengan keberadaan ruang digital tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memfasilitasi untuk membangun rasa dan identitas kebangsaan di ruang digital tersebut.
Di luar itu, kaum muda hari ini juga merupakan generasi yang terhubung secara global. Mereka membangun pertemanan lintas kelompok, wilayah dan negara. Di tengah situasi demikian, mereka juga dituntut untuk membangun, mengembangkan, dan mengekspresikan rasa dan pandangan kebangsaan dengan cara yang khas. Untuk itu, mereka butuh dukungan dan sokongan.
ADVERTISEMENT
Ada banyak area atau ruang lain yang perlu diperhatikan terkait pengalaman kebangsaan kaum muda. Ruang-ruang tersebut perlu dipetakan, sehingga mereka terfasilitasi untuk menjadi Indonesia yang sesuai semangat zaman. Ruang dan fasilitas tersebut penting terutama karena nasionalisme alternatif yang mereka imajinasikan hari ini akan menjadi nasionalisme arus utama di kemudian hari.
Sartana, M.A.
Dosen Psikologi Sosial di Departemen Psikologi Universitas Andalas