Konten dari Pengguna

Belajar Kebaikan dari Organ Badan

Sarwendah Puspita Dewi
Sarwendah Puspita Dewi merupakan seorang pranata humas BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Kegemarannya merangkai kata menggunakan pena sama besarnya dengan kesukaannya membaca aksara dalam wajah dan perilaku manusia.
7 September 2021 13:20 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sarwendah Puspita Dewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Jamak diketahui bahwa Tuhan tak pernah menciptakan sesuatu secara sia-sia. Dengan kata lain, selalu ada hikmah dan kebaikan dalam setiap bentuk, ciptaan, dan keadaan yang dikehendaki oleh-Nya. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari berbagai macam anasir kompleksitas semesta sehingga manusia dan segala perangkat yang telah Tuhan ciptakan sudah barang tentu mengandung banyak sekali hikmah dan kebaikan.
ADVERTISEMENT
Pemahaman tersebut mengandung arti bahwa kebaikan yang diamanatkan langsung oleh Tuhan terletak di mana saja, bahkan di dalam diri setiap insan. Itu artinya, setiap dari kita membawa banyak kebaikan dari Tuhan, tak terkecuali dengan faktor penggerak biologis kehidupan kita. Jantung yang berdenyut tanpa kita perintah, aliran darah yang mengantarkan oksigen dan sari-sari makanan ke seluruh tubuh kita secara alamiah, serta organ sistem pembuangan yang bekerja tanpa pamrih untuk mengeluarkan sampah dan residu dari dalam tubuh kita, merupakan fakta kebaikan yang telah Tuhan anugerahkan agar kita senantiasa ingat dan bersyukur pada-Nya. Kalau organ tubuh kita saja adalah kebaikan, maka apa alasan kita—sebuah entitas hidup yang disokong oleh organisasi kinerja sistem-sistem organ tersebut—untuk tidak melakukan kebaikan?
ADVERTISEMENT
Bayangkan apa yang akan terjadi jika organ-organ dalam tubuh kita mogok kerja? Atau bekerja dengan pamrih, dengan meminta gaji bulanan misalnya? Bukankah akan menjadi masalah jika ginjal kita mau bekerja tetapi ia meminta syarat A misalnya, atau hati kita mau memproduksi insulin tetapi dengan imbalan dan tuntutan tertentu yang tak dapat kita penuhi? Sejak seorang anak manusia dilahirkan, sistem organ-organ dalam tubuhnya sudah secara otomatis melakukan kebaikan sebagaimana diperintahkan untuk mendukung kehidupan sang anak manusia tersebut. Kalau organ-organ dalam diri kita saja bekerja sebagaimana mestinya, lantas mengapa kita—manusia—tidak melakukan hal yang sama?
Organ-organ tersebut bekerja bukan atas perintah kita, bukan kita yang mengendalikan mereka. Semua susunan organisasi organ-organ tersebut memang berada di dalam diri kita, tetapi kita tidak benar-benar memilikinya. Kita tak punya kuasa atau hak apapun atas mereka semua. Mereka adalah milik penciptanya, dan mereka terus melakukan kebaikan tanpa pamrih apa-apa, semata hanya melakukan perintah dari Tuhan sesuai dengan fitrahnya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Otak menjalankan kodratnya sebagai pengendali segala sistem kerja organ-organ dalam tubuh sekaligus pusat keseimbangan, lambung mengolah, dan mencerna makanan, otot dan syaraf memungkinkan kita untuk bergerak dan berjalan. Tiap-tiap organ memiliki fungsinya masing-masing. Ada standard operational procedure (SOP) bagi setiap organ sehingga tidak akan terjadi kekeliruan ataupun tumpang tindih pekerjaan karena lambung tak akan mengerjakan tugas otak, jantung tak kan melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh paru-paru, dan seterusnya. Jadi, jikalau setiap organ tersebut setia mengerjakan tugas kebaikan sesuai dengan amanat dari Tuhan, lantas mengapa kita masih tak setia mengerjakan kebaikan sebagaimana mandat dari Zat yang menciptakan kita?
Organ-organ itu adalah contoh kebaikan yang nyata, yang tak pernah mengenal bosan dan lelah. Bekerja sepanjang waktu berdasarkan aturan main dari sang Pencipta, mereka tak pernah alpa. Entah apakah Tuhan juga menjanjikan surga dan neraka bagi mereka seperti Tuhan menjanjikannya kepada manusia. Nyatanya, kita tak pernah benar-benar tahu perjanjian macam apa yang Tuhan lakukan dengan mereka. Yang pasti mereka terus bekerja untuk kita walau sejatinya kita tak benar-benar mengenal mereka. Mereka setia melakukan kebaikan, dengan atau tanpa kita perhatikan, dengan atau tanpa kita sadari. Dan sejak lahir hingga dewasa saat ini pernahkah kita menghargai dan berterima kasih kepada mereka, meski hanya sekali saja?
ADVERTISEMENT
Demikianlah, kebaikan ada di mana saja sepanjang manusia mau dan mampu memahami hakikat penciptaan dirinya, meresapi serta memahami setiap kejadian dan momen yang melingkupinya. Kebaikan ada di dalam diri setiap manusia. Banyak kebaikan yang dapat kita lihat dari orang lain, dari entitas di luar diri kita. Namun, tak sedikit pula kebaikan yang dapat kita temukan jika kita melongok ke dalam diri kita, dan belajar memahami apa saja dalam diri kita, termasuk belajar memahami dan meresapi kinerja organ-organ badan yang telah Tuhan anugerahkan. Betapa ajaib dan memesonanya kebaikan yang mereka lakukan!
Perenungan ini semoga semakin menyadarkan kita untuk terus meneladani kebaikan dari organ-organ tubuh kita: Bagaimana untuk terus berbuat baik dengan ikhlas, tanpa pamrih apa-apa, sesuai aturan dan perintah Tuhan. Barangkali dengan kedangkalan pikir dan sempitnya kaca mata pandang ini, melalui organ-organ ciptaan-Nya, Tuhan seakan bersabda, “Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular. Lihatlah dengan mata batin dan kejernihan akal tentang semua penciptaanku yang tak pernah sia-sia. Dengan begitu, kalian akan lebih mudah bersyukur, tak kan pernah mengenal lelah, apalagi menyerah untuk melakukan setiap satu kebajikan, dan kebajikan demi kebajikan.”
ADVERTISEMENT